Kamis, 24 September 2020

Pantulan Warnaku


15 hari sudah saya melewati hari berjibaku dengan tantangan untuk menggunakan komunikasi produktif. Beberapa hari sudah berselang sejak hari terakhir. Hari ini saya masih kelepasan membentak Atha, tapi hari ini juga saya mengucapkan kata maaf. Saya masih jauh dari sempurna. 

Kemarin ditengah tumpukan aktivitas domestik saya berhasil mengajak diri saya untuk mengubah masalah menjadi tantangan. Saya membayangkan sedang bermain game bersih-bersih rumah. Saya membayangkan akan mendapatkan beelian-berlian jika berhasil menyelesaikan setiap tantangan. Mencuci piring, menyapu, memandikan dan menyuapi anak-anak, merapikan mainan, hingga men uci baju dan menjemurnya. Alhamdulillah, hingga babak terakhir saya masih bisa tersenyum, bersemangat. Meskipun capek tetap terasa, apalagi perut sudah meronta-ronta. 

Saya berusaha terus belajar mengubah sudut pandang, mengatur nada bicara, memilih kata yang terbaik. Berpikir sebelum bertindak. Mungkin saya belum merona seperti pelangi, tetapi perlahan namun pasti akan berubah secerah mentari. Semangat, aku!

Kamis, 17 September 2020

Hari ke-15 Komunikasi Produktif : Akhir Zona Pertama

Lima belas hari sudah tantangan komunikasi produktif berlangsung. Hari inj menjadi titik persinggahan pertama perjalanan panjang bab komunikasi yang tantangannya tak pernah ada habisnya. Belum sempurna memang, tapi ada kemajuan...

Masih lekat di ingatan saya dua minggu lalu saya menuliskan temuan demi temuan:

Atha susah mandi.
Drama bangun tidur.
Drama makan.
Dan episode episode drama lainnya yang entah harus diberi judul apa.

Di minggu awal saya menempatkan Atha sebagai Objek. Sumber temuan, permasalahan. Tetapi di tengah perjalanan saya menyadari bahwa saya lah yang 'belum selesai' dengan diri saya sendiri. Saya menciptakan ekspektasi, yang berujung kecewa karen Atha tidak bisa memenuhi.

Untung saja saya segera menyadari. Bahwa sebelum menerapkan komunikasi produktif kepada Atha, saya harus berdialog dengan diri saya terlebih dahulu. Lalu saya mencoba berdiskusi dengan diri, mengungkapkan apa yang saya resahkan..lalu mencoba mengubah cara berpikir. Menjadikan masalah menjadi tantangan, adalah sebuah kata kunci.

Saya mulai mencoba untuk berdialog dengan diri sendiri. Me-reset bayangan tentang bagaimana bereaksi ketika Atha melakukan hal-hal yang tidak sesuai harapan. Saya melakukan re- framing, mencoba melihat masalah dari sudut pandang berbeda. Tidak berlarut fokus pada masalah, tetapi fokus pada mencari solusi. 

Ternyata memang menjadi lebih mudah. Segalanya tampak tak semenakutkan sebelumnya. Agaknya, saat ini saya tidak akan bisa menjadi perfeksionis yang mamlu membereskan semua. Saya mulau menerima bahwa ada hal-hal di luar kendali, dan tidak semua harus diselesaikan saat itu juga dengan paripurna.

Saya mulai bisa menerima rumah yang berantakan karena mainan. 
Saya mulai bisa menerima bahwa saat ini fokus pada anak-anak lebih penting daripada memikirkan cucian.
Saya mulai menerima perasaan lelah yang saya rasakan, sehingga saya memberikan waktu bagi diri saya beristirahat sejenak.

Lalu berusaha mencari solusi

Saya berusaha bangun lebih pagi.
Saya berusaha fokus menyelesaikan satu hal dalam satu waktu.
Saya mulai membuat prioritas.
Saya belajar bersabar mengikuti proses Atha.
Saya belajar menahan emosi, ketika Atha belum berfokus pada apa tang saya sampaikan.
Saya belajar menggunakan kalimat produktif dibanding berteriak dan mengancam.
Saya belajar 'menikmati' waktu bersama anak-anak, daripada sekedar menjalani rutinitas harian dan menyelesaikan semua pekerjaan.

Perlahan, saya merasakan memang ada yang berubah. Semuanya memerlukan proses, dan konsistensi. Semoga meskipun tantangan ini berakhir, penerapamnya bisa terus saya lakukan. Practice makes perfect, right?

Bintang untukku hari ini
🌟🌟🌟🌟

Siap melaju ke tantangan berikutnya, Bismillah!

Hari ke -14 Komunikasi Produktif

Tantangan zona pertama sudah hampir berakhir. Empat belas hari sudah trial and error mempraktekkan poin-poin komunikasi produktif. Ternyata, kuncinya ada pada kelapangan hati.. 

Hari ini saya sudah mulai terbiasa untuk berbicara kepada Atha dengan intonasi rendah, kalimat pendek dan to the point. 
Dibandingkan berkata-kata panjang lebar karena kesal melihat tumpahan air, saya memilih untuk meminta Atha mengambil lap dan membersihkannya. Meskipun sesekali, emosi saya masih sedikit 'meletup' tapi saya cukup puas dengan kemajuan yang saya dan Atha alami. Dua hari belakangan, Atha tidak terlalu sering marah-marah. Mungkin karena saya lebih tenang, membuatnya terbawa lebih tenang dan frekuensi merengeknya berkurang drastis.

Saya juga menyadari, Atha lebih mudah menyampaikan kata 'maaf' dan lebih mendengarkan apa yang saya ucapkan. Lebih mudah diajak bernegosiasi tentunya. Hal ini tentu saja sangat membantu dalam proses tawar -menawar yang hampir selalu saja terjadi ketika mau mandi, makan, juga tidur. 

Bintang Untukku Hari Ini
🌟🌟🌟🌟

Selasa, 15 September 2020

Hari ke-13 : Mulai Bisa Mengendalikan Emosi Diri

Hari demi hari berganti seperti biasa. Hari ini saya berusaha bangun lebih pagi agar bisa memulai rutinitas lebih awal, tanpa gangguan.

Pagi hari berjalan seperti biasa, hanya saja hari ini saya bangun lebih awal. Belum pukul 07.00 kegiatan dapur sudah saya tuntaskan. Lumayan, pikir saya.

Ruby dan Atha bangun seperti biasa, kegiatan berjalan seperti biasa. Yang luar biasa, sudah 3 hari ini frekuensi marah-marah saya berkurang drastis. Saya berusaha menerapkan komunikasi produktif ketika berbicara dengan diri saya, memberi sugesti positif, menyusun prioritas, dan menurunkan ekspektasi terhadap apapun. Intinya, saya menyiapkan diri saya untuk segala kemungkinan terburuk. 

Dan ternyata, cukup berhasil! 
Pikiran lebuh ringan, pekerjaan lebih banyak yang terselesaikan. Frekuensi tangisan berkurang, saya mencoba tidak memaksakan semua sesuai dengan harapan saya. Saya mencoba mendengar pendapat Atha,bernegosiasi, dan mengambil jalan tengah. Bukan seperti dahulu, negosiasi terselubung untuk memenangkan keinginan saya.

Seperto hari ini, sudah hampir pukul 11.30 ketika mau mandi. Tiba-tiba Atha mengajak saya bermain layang-layang. 
Hmm..baiklah, saya berpikir sejenak.
Hari terik, angin tidak bertiup. Tetapi jika saya tolak pasti Atha akan terus merengek dan berujung menangis. Akhirnya saya tawarkan untuk bermain sebentar saja, karena umi mau mandi. Untungnya, Atha setuju.

Saya pun menyeret kayang-layang plastik ke depan rumah. Mencoba menerbangkannya, yang tentu saja..gagal! Hahahah..saya memang belum pernah berhasil menerbangkan layang-layang sendiri. Pun, siang begitu terik. Angin hanya berhembus sesekali, tak mampu mbawa lanyang-layang kami terbang tinggi. Saya kembali menawarkan,bagaimana kalau Atha bermain layang-layang bersama abi nanti sore. Atha mengangguk setuju, dan kami masuk ke dalam rumah dengan tentram. Hore!

Sebuah penyelesaian kasus yang cukup baik bagi saya. Saya tidak marah-marah, Atha juga tidak histeris. Hari ini saya memberikan 4 bintang bagi diri saya!

Bintang untukku hari ini
🌟🌟🌟🌟

Semoga besok dan seterusnya menjadi lebih baik!

Senin, 14 September 2020

Hari ke -12 : Hari yang Indah

Hari ini mendung. Hujan mengguyur Batam hampir sepanjang siang. Tapi hati saya cerah, ini hari yang indah.

Pagi ini saya menyiapkan diri dan merapal niat dalam hati. Sedang apapun saya, ketika anak-anak terbangun nanti saya akan mengakhiri aktivitas saya dengan lapang dada. Biarlah, kalau semuanya tidak beres dalam satu waktu tidak apa-apa.

Selama ini salah satu sumber yang membuat upaya komunikasi positif saya gagal adalah ekspektasi dan keinginan. Meskipun sesederhana melihat rumah bersih dan rapi pagi-pagi. Maka ketika hal tersebut tidak tercapai, suasana hati saya terganggu. Lalu saya menjadi mudah marah, menyalahkan anak-anak sebagai sumber ketidaktuntasan setiap pekerjaan.
Maka hari ini, ketika saya mencoba mengikhlaskan dan mengikuti kegiatan anak-anak, ternyata hati menjadi lebih lapang. Saya mengakui dan menerima bahwa diri saya tidak sempurna. Ketika saya mampu menerima hal itu, saya melihat kesalahan-kesalahan kecil yang dibuat anak-anak sebagai sesuatu yang ternyata..sama sekali bukan masalah besar. 

Sesederhana tidak memarahi Atha ketika menumpahkan air. Alih-alih merepet seperti biasa, saya menyodorkan tisu. Meminta Atha untuk mengelap, dengan nada suara yang lebih bersahabat. Jika ingat bagaimana kerasnya kemarin saya berkata-kata kepada Atha ketika menumpahkan makanan, rasanya sedih sekali. Sungguh, tak perlu semua ucapan dan gesture menakutkan itu saya lontarkan kepada anak-anak kesayangan saya.

Upaya komunikasi produktif saya kepada Atha cukup berhasil. Demikian juga kepada diri saya sendiri. Cukup mulus untuk hari ini. 

Bintang untukku hari ini
🌟🌟🌟🌟

Semoga besok akan lebih baik, dan selalu lebih baik!

Hari ke - 11 Komunikasi Produktif : Weekend yang Menyenangkan

Hari Minggu kami berempat melipir ke rumah mbah. Hujan sejak pagi sudah mengguyur, jadi tempo kegiatan juga melambat. 

Ruby sudah bangun sejak pagi. Atha bangun paling terakhir, dengan iming-iming ke rumah mbah. Mandi pagi lancar..makan..belum pada makan karena dapur umi tutup hari ini 🤣. 

Sejak pagi ya lebih rileks karena menyadari ada suami di rumah. Nggak perlu terburu-buru..aman..hehe. Suasana hati yang baik berpengaruh pada cara komunikasi saya pada Atha. Sebiamsa mungkin menggunakan nada ramah, dan tidak memaksakan kehendak. 

Hasilnya?

Hari Minggu dilalui dengan cukup baik. Sempat menangis ketika bangun tidur, saya mencoba tetap kalem. Sampai malam pun cukup kondusif, tidak ada kejadian yang membuat saya merasa bersalah dan menyesal. Aman..

Bintang saya hari ini
🌟🌟🌟

Saya cukup puas dengan kontrol emosi saya. Sounding pada diri sendiri berupa komunikasi positif cukup berhasil!

Sabtu, 12 September 2020

Hari ke-10 Komunikasi Produktif : Emosi yang Terlukis dalam Nada Bicara

Sudah hari ke-10, dan rasanya tak kunjung mampu saya menguasai teknik komunikasi produktif. 

Hari ini, entah sudah berapa kali nada suara saya naik 8 oktaf. Otomatis, ketika mendengar Ruby "Ngeeekkkk!!!" dan terlihat Atha disebelahnya sedang merebut mainan. Juga ketika mendapati Atha memaksa makan semangka ditengah sesi makan nasi. Dan lagi, di waktu tidur siang yang dua-duanya tak kunjung memejamkan mata. Yang satu berisik, satunya ikutan ketawa.

Ya Allahh..kenapa kok saya begitu mudah 'meledak'? 

Saya harus mengulang kembali manjemen waktu, dan one bite at a time . Sepertinya mengerjakan banyak hal dalam satu waktu memang terbukti tidak efektif dan justru jauh dari efisien. Harus meniatkan untuk lebih memperbanyak waktu untuk betul-betul membersamai Atha dan Ruby tanpa distraksi. Untuk itu semua tugas rumah harys bisa diselesaikan lebih cepat atau didelegasikan.

10 hari sudah, dan temuannya lebih banyak pada diri saya sendiri dibanding pada anak dan suami. 

Bintang untukku hari ini
🌟🌟

Besok coba lagi!!!
Tidak boleh menyerah!

Jumat, 11 September 2020

Hari ke- 9 Komunikasi Produktif : Masih Bergulat dengan Emosi Diri

Pagi ini semuanya kesiangan. Hampir pukul 10 pagi rumah masih berantakan. Atha belum mandi, apalagi sarapan. Mood saya kacau balau..

Ini semua karena saya berusaha manjat salah satu grup di WAG. Saya berusaha mengejar ketinggalan, tapi ternyata sulit memfokuskan perhatian. Materi tidak terkejar, kerjaan rumah semua tertunda..jadinya kemrungsung. 

Akhirnya saya memutuskan keluar dari wag tersebut. Memikirkannya kembali, sepertinya sekarang bukan saat yang tepat. 

Saya tipe orang yang kalau ada sesuatu yang belum beres jadi kepikiran. Dan pengen segera menyelesaikan. Konsentrasi yang terbagi membuat saya kebingungan, kesal karena tidak ada satupun yang tuntas. Atha kena marah karena memaksa memakai baju yang tidak sesuai janjinya tadi pagi. Setelah itu berkali kali menghampiri saya ke kamar yang hendak menidurkan Ruby yang juga sedari tadi mennagis karena ngantuk.

Akhirnya jebol pertahanan saya. Saya kembali menyalahkan Atha karena Ruby terbangun. Saya marah karena Atha yang berkali kali menghampiri saya yang sedang menyusui. Saya marah kepada Atha karena tidak segera makan. Saya kesal dengan Ruby yang tidak kunjung tidur. Saya kesal karena saya tidak bisa melakukan apa yang ingin saya lakukan. 

Sepertinya saya harus banyak berbincang dengan diri saya sendiri. Barangkali belakangan saya terlalu serakah ingin melakukan semua hal. Tetapi saya lupa ada Atha dan Ruby yang lebih penting untuk diperhatikan.

Hari ini saya kembali mengomel, menggerutu dan berkata keras pada Atha, bahkan sempat kesal kepada Ruby. 
Ah, sudahlah..rasanya hari ini saya buruk sekali. Komprod pada diri sendiri dan Atha belum berhasil sengan baik.

Bintang untuk saya hari ini
🌟

Besok coba lebih keras lagi!

Hari ke-8 Komunikasi Produktif: Secercah Harapan

Pagi ini belum selesai saya menuntaskan dzikir pagi, mas Atha sudah nongol dari pintu."Umi, ayo bobok lagi.." katanya dengan wajah yang masih mengantuk. Mau tak mau saya mengikutinya ke kamar, menarik selimut di subuh yang gerimis.

Tak lama kemudian terdengar Ruby mulai bangun. Atha yang hampir tertidur pun akhirnya ikut bangun. Jadilah pagi ini kami bertiga bangun kepagian lalu lanjut bermain di kamar.

Saya mencoba enjoy dan tidak memikirkan 'tugas negara'. Sejak tadi Atha berpesan, umik nggak usah masak..main aja sama Atha..

Wah, enak nih..umi juga senang nggak usah masak..wkwkwk

Akhirnya saya menyempatkan diri bermain dan membaca buku pagi-pagi ini. Saya pikir, tidak apa-apa lah sesekali menuruti Atha untuk bermain. Kebetulan hari ini abi puasa, jadi tidak terburu-buru mencari sarapan. 45 menit berlalu, akhirnya Atha mau diajak keluar kamar. Dalam hati, saya berniat untuk mengajak diri saya berpikir positif hari ini. Berpikir sebelum bertindak dan berkata, mengabaikan rumah berantakan dan membiarkan Atha mencuci baju. Saya berharap..hari ini tidak banyak tangisan.
---
Sampai malam, tidak banyak yang terjadi. Atha hari ini cukup kalem. Bangun tidur juga tidak menangis. Tapi entah kenapa menjelang malam malah saya yang badmood. Akhirnya sempat terucap kalimat negatif, ketika hendak menidurkan Ruby saya kembali membuat Atha menangis. Atha ingin berada di kamar, sedangkan Ruby tidak bisa mendengar suara Atha, pasti langsung menoleh. Jadi karena tidak sabar, saya melewatkan diskusi mencari solusi. Saya meninggalkan kamar dengan kesal, yang membuat Atha menangis karena dia ingin adek dan uminya tetap di kamar. 

Untung saja tidak lama kemudian Ruby tertidur. Saya segera kembali ke kamar untuk berekonsiliasi dengan Atha. 

Bintangku hari ini
🌟🌟

Belum ada peningkatan signifikan. tetapi saya terus berusaha.


Rabu, 09 September 2020

Hari ke-7 Komunikasi Produktif: Jatuh Bangun

Sudah hari ke-7 tantangan komprod. Sudah 7 hari pula saya berjibaku dengan latihan berkomunikasi yang baik dengan Atha. Rupanya, saya justru belum mampu menaklukkan diri saya sendiri...

Sejak pagi saya sudah meniatkan untuk menerapkan komprod sepanjang hari ketika berbicara dengan Atha. Tapi sudah berapa kau saya masih tidak bisa menahan intonasi, dan emosi. Hari ini, sudah hari ke-7, tetapi emosi saya justru semakin sulit dikendalikan. Mandi, makan, tidur, pilihan baju, masihbsaja berkutat diseputaran itu. Rasanya saya sulit menerima kemanjaan Atha, nggak mau pakai baju sendiri padahal sudah bisa. Lama ketika mengeluh kebelet pipis, hingga akhirnya meminta gendong ke kamar mandi. Dan sederet permintaan ajaib lain yang membuat saya menghela napas dalam-dalam.

Jika sedang santai seperti ini, rasanyabmudah memaklumi perilakunya yang mencari perhatian tersebut. Tapi pada prakteknya, saya selalu tidak sabar jika sudah mendengar Ruby menangis sedangkan Atha tak juga beranjak ke kamar mandi. Selalunya, ketika saya sudah bersiap menidurkan Ruby, Atha baru sibuk memburu-buru pergi ke kamar mandi, mibta disuapi dan lain sebagainya. 

Bangun tidur, tak jarang Atha menangis, memukuli, tidak tahu apa maunya. Saya bingung, apakah yang saya lakukan ini benar? Ketika dia merajuk saya diamkan. Saya ingin menyampaikan pada Atha bahwa tidak semua keinginannya bisa diperoleh meskipun tampaknya tidak berperasaan. Tapi lagi-lagi, jika sudah dibenturkan dengan Ruby saya akan kembali sulit menahan emosi. Rasanya tidak sabar sekali menunggunya melepas celana dan berjalan ke kamar mandi. Selalunya saya berteriak: "cepat,cepat, cepat! Ruby udah nangis, tuh!" yang disambung membantunya dengan terburu buru bahkan kadang merenggut tangannya dengan kasar. 

Sering saya merasa bersalah, membiarkannya bermain sendirian, menomorduakan keinginannya. Bagaiman lagi, bertiga saja di rumah dengan Ruby yang masih 9 bulan tentu membuat saya tidak bisa fokus sepenuhnya pada Atha. Terlebih, saya harus membenahi manajemen emosi saya dulu. Sepertinya mulai besok saya harus mundur dulu selangkah, berbelok tujuan komprod dari Atha ke diri sendiri. Semoga besok bisa lebih baik.

Bintangku hari ini 
🌟🌟


Selasa, 08 September 2020

Hari ke-6 Komunikasi Produktif: Mengulang-ulang

Setelah kemarin sukses dengan sugesti positif pada diri sendiri, hari ini kericuhan kembali terjadi.

Atha..atha..
Rasanya saya ingin melambaikan bendera putih. Keinginannya yang keras, sulit dibujuk. Persoalan mandi dan makan hari ini berjalan mulus, meskipun komunikasinya tidak cukup produktif karena saya menggiring setengah paksa Atha ke kamar mandi. 

Tetapi lain cerita jika cemburunya kepada Ruby kambuh. Berkali kali dia meminta gendong padahal saya juga sedang menggendong Ruby yang sudah rewel karena mengantuk. Tangisan kembali terdengar nyaring. Tengah hari bolong, Atga minta ganti baju dengan alasan 'basah kena keringat'. Saya bersikukuh, kalau mau pakai baju Atha pakai sendiri. Atha sudah bisa pakai baju sendiri, lagipula dia merajuk minta ganti baju karena tahu kaosnya yang bergambar iron man sudah kering di jemuran.

Saya membiarkan Atha menangis hingga diam. Tapi tak lama kemudian kembali ribut gara-gara mainan. Saya mengabaikan tangisannya. Hingga akhirnya dia ketiduran. 

Dalam hati sebenarnya saya merasa sedih. Tapi sekaligus tidak ingin jika mengabulkan keinginannya akan dijadikannya senjata kelak. Bahwa dengan menangis ia bisa mendapatkan yang ia mau. Tapi tidak bisa dipungkiri beberapa kali saya berteriak, menolak dengan tidak lembut. Lupa menjaga intonasi dan tidak sabar. Ah, hari ini mundur lagi selangkah...

Saya belum mampu menerapkan pola komunikasi produktif sepenuhnya. Sehingga respon balik yang diberikan Atha pun menjadi negatif.

Bintang untukku hari ini hanya 2
🌟🌟

Semioga besok bisa lebih baik lagi.

Hari ke-5 Komunikasi Produktif: Berdialog dengan Diri Sendiri

Hari ini Atha bisa dibilang tidak ada temuan. Sejak pagi Atha tergolek lemas akrena sakit. Kasus mandi pagi tidak lagi valid karena saya memutuskan untuk tidak memandikan Atha. Setengah hari berlalu, Atha minta diantar ke rumah mbah. Tinggallah saya berdua bersama Ruby. 

Hari ini tiba-tiba Atha mengeluh tidak enak badan. Saya pikir, dia hanya bercanda. Tapi meskipun hari semakin siang, Atha tak juga beranjak dari kasur. Tidak seperti biasa, dia hanya mengajak saya baring-baring dan bermain di kamar. 

Tak lama kemudian Atha terbatuk keras. Disusul dengan gesture orang yang mual hendak muntah, saya yang menggendong ruby sontak kaget. Tak sempat saya mengajaknya ke kamar mandi. Atha sudah memuntahkan isi perutnya ke atas kasur.

Tarik napas..hembuskan perlahan.

Saya mencoba mensugesti diri saya bahwa semua akan baik-baik saja. Cepat-cepat saya membersihkan Atha, lalu mengganti seprei di kamar. Sejenak saya biarkan Ruby sendirian sembari menanyai Atha apa yang dirasakannya. 

Beberapa saat kemudian Atha kembali terbatuk, disusul muntah sekali lagi. Saya mulai cemas, sekaligus kesal. Kenapa Atha tidak mau muntah di kamar mandi,malah sengaja tidak beranjak dari kasur.

Tenang..tenang..Atha sedang sakit. Dia tidak bermaksud membuatmu kesal, ucap saya dalam hati.

Untung saja saya meletakkan alas anti air di bawah seprei sehingga bekas muntah tidak sampai meresap ke bawah. saya mengelap dengan cepat dan menaruh alam bersih di atas seprei. Saya mengganti baju, menawari Atha makan, dan mencoba membujuknya selembut mungkin agar mau makan. Sudah sejak semalam Atha tidak mau makan. Bisa jadi pagi ini dia masuk angin. Saya emncoba menjelaskan dengan bahasa yang mudah Atha mengerti.

"Kalau Atha sakit, Atha harus makan agar sel darah putih punya kekuatan melawan penyakit. Sel darah putih itu tentara pelindung tubuh Atha dari kuman," cerita saya.

Alhamdulillah, Atha pun mau makan. Setelahnya dia bertanya, 

"berarti tentara dalam tubuh Atha udah bisa lawan penyakit ya, Umi?" tanyanya antusias. 
Saya hanya tertawa mendengar pertanyaannya. Anak pandai, puji saya pendek.

Cerita hari ini adalah bagaimana bisa berkomunikasi positif dengan diri sendiri ketika dalam situasi darurat. Menjaga diri agar tetap tenang dan berpikir jernih (ya meskipun saya sempat kepikiran bagaimana kalau ini gejala covid-19). Tapi alhamdulillah saya cukup berhasil meyakinkan diri untuk tenang. Dengan begitu saya bisa mengambil tindakan yang paling rasional, bahkan meyakinkan Atha bahwa ia akan baik-baik saja.

Good job, diriku! 

Bintang untukku hari ini 4 bintang, karena berhasil tetap tenang dalam menghadapi situasi mendadak 😄.

Besok akan dicoba lagi agar lebih baik. Semangat!

Minggu, 06 September 2020

Hari ke-4 Komunikasi Produktif : Perlahan Tapi Pasti

Hari Minggu bagi kami adalah hari di mana semuanya slow down. Santai, selow..sedapatnya. Termasuk urusan mandi pagi mas Atha..

Komprod dalam Kegiatan Mandi
Perihal mandi pagi dan sore masih menjadi temuan yang akan masuk daftar praktek komprod. Sampai hari keempat ini, masih belum ada perubahan mencolok pada inisiatif pribadi Atha untuk mandi.

Tetapi ada yang sedikit berubah pada diri saya. Selama 4 hari ini saya berusaha untuk 'berperilaku secara sadar' - biasanya nggak sadar jadi, ya? 🤣- bahwa upaya saya selain bisa berhasil juga bisa gagal. Jadi saya perlahan merubah orientasi yang awalnya pada hasil, sekarang lebih mengutamakan proses dalam kegiatan mandi. 

Sebisa mungkin saya berusaha tidak memaksakan kehendak, tidak tergesa-gesa, dan menahan suara agar tetap rendah. Meskipun harus berkali kali menarik napas panjang, ingin sekali kuteriakkan "..cepaaaat..cepaaaat..cepaat..!!"
"..jangaaan.."
" ..gak usaaaah.." tapi, saya berusaha  menahannya.
Kabar baiknya hari ini cerita drama mandi kami tidak terlalu bergejolak. Pagi lancar..sore juga lancar. Meskipun msih belum bisa langsung gercep : "Oke, siap umi!!" ketika disuruh mandi. 

Komprod dalam Kegiatan Makan
Hari ini saya berniat untuk menerapkan komprod dalam rangka kegiatan makan. Biasanya selain mandi, makan menjadi salah satu aktivitas yang 'berat' untuk dimulai. Rasanya ada saja yang membuat jadwal makan tertunda. 

Selama ini makan bagi Atha bukanlah hal yang sangat menyenangkan. Saya mendapati Atha makan seringkali karena terpaksa, agar memenangkan tawaran yang saya berikan. Tawaran? Seperti apa?
Seperti..
" Makan dulu, baru boleh main"
" Habisin, kalau nggak gak dapat jatah jajan,"
Menyebalkan ya? 
Berartinada yang salah dalam cara menyampaikan ajakan makan kepada Atha. Sehingga selama ini, dia megkorelasikan aktivitas makan sebagai salah satubtiket (selain mandi dan tidur) untuk mendapatkan hal yang dia inginkan.

Hari ini saya belum cukup baik menerapkan komprod dalam aktivitas makan karena seharian Atha makan dengan abi. Sehingga hasilnya belum bisa diketahui. Harus menunggu besok lagi untuk observasi.

Bintangku Hari Ini
🌟🌟🌟🌟
4 bintang untukku!
Cukup sepadan rasanya dengan pagi dan sore yang tenang 😉. Besok harus bisa lebih bersabar, dan memberi kesempatan kepada Atha. Ingat, jangan paksa sesuai kemauan kita karena mereka adalah pribadi merdeka yang punya rasa ingin tahu sendiri.

Hari ke-3 Komunikasi Produktif : Antisipasi

Sudah memasuki hari ke-3 tantangan komprod. Masih dengan tema mandinseperti hari ke-2, hari ini setelah bangun tidur saya menyiapkan diri untuk menyambut Atha dengan baik. Saya merasa sudut pandang saya dalam melihat permasalahan sebagai sebuah tantangan berperan penting dalam menentukan respon saya berikutnya.

Bagaimana dengan kegiatan mandi hari ini?
Hari ini bisa dibilang tidak ada tantangan yang berarti. Pagi hari kegiatan mandi lebih lambat daripada biasanya karena hari hujan dan akhir pekan. Atha puas bermain, sehingga kegiatan mandi tidak banyak drama. Meskipun begitu, tawar menawar masih tetap terjadi. Saya sudah memperkirakannya, dan mengantisipasi emosi saya. Saya mengambil napas sejenak ketika Atha merajuk, dan tetap berbicara perlahan dengan nada suara rendah. Berusaha tidak terpengaruh oleh respon Atha.

Hasilnya, saya cukup puas karena tidak tersulut emosi. Atha juga mandi tanpa banyak drama. Sempat minta gendong meskipun biasanya sudah pandai ke kamar mandi sendiri. Saya menganggap hal itu bentuk dari Atha ingin diperhatikan.
Dan saya pikir, sesekali saya 'masuk' dalam permainannya tidak menjadi masalah. Pagi ini, kegiatan mandi berjalan lancar. 

Mandi sore, apakah berjalan mulus?
Sounding mandi sore hari ini dimulai daei sebelum tidur siang. Kebetulan, hari ini Abi berencana mengajak Atha pergi ke rumah mbah. Maka sebelum tidur saya sudah berpesan bahwa bangun tidur Atha mandi, lalu pergi ke rumah mbah. 

Sore hari, Atha bangun tidur dan mandi sesuai instruksi. Pakai baju tanpa ba bi bu, lalu bergegas menuju halaman menyusul abinya yang sudah terlebih dahulu ke mobil.

Selesai sudah bab mandi Atha hari ini.
Saya memberikan 4 bintang untuk diri saya atas proses mandi yang cukup lancar.
🌟🌟🌟🌟

Esok hari saya akan mencoba menerapkan komunikasi produktif dalam kegiatan makan. Doakan saya ya!




Jumat, 04 September 2020

Hari ke-2 Komunikasi Produktif: Yuk, Kita Mandi Atha!

Kegiatan mandi setiap hari, merupakan  'tugas besar'. Rasanya, setengah to-do-list pagi saya sudah selesai jika Atha sudah mandi, berpakaian rapi dan wangi. Kenapa? karena membuat Atha mandi itu sungguh menguras tenaga. Biasanya, selalu ada drama baik teriakan saya atau tangisan Atha. Tidak hanya di pagi hari, sore hari pun tak jauh berbeda situasinya.

Di hari ke-2 tantangan ini saya mengambil tema mandi sebagai temuan yang harus coba dieksekusi dengan komunikasi produktif (kedepannya akan disingkat dengan komprod).

Mengubah aktivitas mandi menjadi tantangan, bukan beban.

1. Mandi Pagi
Pagi tadi, saya mencoba mempraktekkan beberapa poin komprod kepada Atha ketika mengajaknya mandi. 
Memposisikan tubuh sejajar, menatap matanya, dan berdiskusi dengannya tentang mandi pagi. Kebetulan dia kebelet pipis, dan setenha bajunya sudah dilepas karena saya mau mencuci baju..hihi.

Seperti dugaan saya, Atha menolak.
Saya kembali mengajaknya bicara sembari menatap mata. Kemudian saya menyampaikan kenapa Atha lebih baik mandi sekarang: sudah setengah lepas baju, air mandi sudah siap, lebih cepat mandi maka lebih cepat main. Tentunya juga mempertahankan ketenangan dan intonasi agar tidak nge-gas.

Hasilnya? 
Beberapa kali membujuk, menyampaikan benefit dan ..berhasil! Mulus, tanpa tangisan!

2. Mandi Sore
Mandi sore juga aktivitas yang tidak kalah seru untuk ditaklukan. Malah biasanya lebih banyak drama dan air mata. Bangun tidur memang Atha sering sekali malah rewel, apalagi bangun kesorean dan terlihat temannya sudah bermain di depan. 

"Mandi? "
"Kenapa harus mandi? "
"Atha nggak mau mandi! Atha mau mandi sama Abi ajaaaaaa" (kalau abinya nggak ada di rumah)
"Atha mau mandi sama umi ajaaaaaaa!!" (kalau umi lagi rempong masak)

Kebayang? Wkwkwk..
Sore ini bangun tidur mulus..tenang. Terdengar suara anak-anak di depan. Atha segera berlari, melihat siapa yang sedang bermain. Hari sudah sore, sebentar lagi magbrib dan Abi belum pulang juga. 

Mulailah drama babak ke-2 dimulai..
Diajak mandi ditolak. Diberi penawaran tidak disambut. Umi selesai memandikan Ruby, dan saatnya Atha mandi tetapi masih menolak. Malah merajuk, menangis. Atha tidak mau mandi karena sudah mau gelap. Kalau mandi, nanti temennya keburu pulang. 

Kali ini saya sempat hilang kesabaran. Akhirnya saya paksa, setelah saya sampaikan kenapa harus mandi. Segera mandi agar tidak keburu malam. Saya masih menjaga intonasi tetap rendah, bahkan ketika dia sudah mulai menangis menolah keramas. Saya kembali menegaskan bahwa tadi pagi Atha sudah berjanji untuk keramas ketika mandi sore. Pecahlah tangisan..saya lanjutkan mandi hingga selesai. Drama tangisan masih berlanjut hingga pakai baju dan mengajak umu nongkrong di teras padahal sudah maghrib.

Singkat cerita akhirnya keinginan main sore sudah teralihkan. Dan drama mandi hari ini berakhir sudah.

Apa yang akan saya lakukan besok terkait mandi?
Masih akan mencoba agar kegiatan mandi tidak terus menerus menjadi beban baik bagi Atha maupun saya sendiri. Saya harus banyak berlatih agar dapat mempertahankan pola komprod yang ampuh saya rasakan manfaatnya. Dua hari ini, frekuensi ngomel saya menurun drastis! Rupanya kesadaran dan niat untuk menerapkan komprod itu bisa membuat saya melakukan upaya untuk bersabar dalam berkomunikasi dengan Atha.

Bintangku hari ini....

Hari ini saya mengapresiasi diri saya dengan 3 bintang!
🌟🌟🌟
3 bintang untuk bertahan dengan intonasi suara, helaan napas panjang, dan drama tangisan yang lebih singkat. Semangat untuk besok!



Kamis, 03 September 2020

Permainan ke-1: Komunikasi Produktif



Hari ke-1 Tantangan Komunikasi Produktif

Perihal berkomunikasi, apalagi di pagi hari, bagi saya sama sekali tidak sederhana. Apalagi dalam berkomunikasi dengan Atha, sebetulnya yang bisa dimanipulasi itu adalah saya, bukan sebaliknya. Jadi yang harus di kontrol adalah emosi emaknya..wkwk.

Pagi-pagi keluar kamar saya mendapati Atha sudah asyik dengan HP. Kebetulan semalam mbah Kung menginap di rumah. Kalau sama mbah, memang kesempatan Atha bisa nonton video2 dari kanal youtube.

Saya melirik jam, sebentar lagi mbah Kung akan berangkat kerja. Benar saja, dari dapur saya mulai mendengar  suara mbah Kung meminta HP, yang jelas saja ditolak mentah-mentah oleh Atha🤣. Saya mendapati Atha berlari ke arah dapur, tempat saya berada.

Ah, kesempatan untuk praktek nih, batin saya

Atha mulai merajuk, tidak mau mengembalikan HP Mbah Kung. Saya memutar otak, kira-kira penawaran apa yang bisa saya berikan?

Aha! Terlintas satu ide.

" Atha mau keliling sama mbah Kung, sebelum Mbah pergi?" Tanya saya memulai penawaran.

Untung saja, gayung bersambut. Atha segera mengiyakan, bahkan juga setelah saya berkata untuk mengembalikan HP kepada Mbah Kung. Misi pertama selesai, fiuh.

Tetapi perjalanan komunikasi saya dengan Atha seharian masih saja seterjal rute pendakian menuju Gunung Semeru :')). Tak terhitung lagi berapa kali, saya harus menarik napas panjang. Mengepalkan tangan, bahkan sesekali kelepasan menggunakan intonasi nada tinggi juga menggunakan kata 'jangan', apalagi jika sudah melibatkan Ruby. 

Hari pertama ini observasi saya masih gado-gado,belum terfokus. Tetapi saya ingat betul untuk mencoba mengelola emosi, menyatakan keinginan, serta perintah yang jelas, satu persatu. Tapi hasilnya masih belum terlihat. Harus sabar dan terus berusaha! 

Bintangku hari ini 🌟🌟

#harike-1
#tantangan15hari #zona1komprod #pantaibentangpetualang 
#institutibuprofesional #petualangbahagia