Rabu, 04 Januari 2012

Aku Cinta Ibu

Jika seseorang menyebut kata 'manis' mungkin yang terlintas di benak kita adalah segenggam permen warna-warni, coklat meleleh, atau mungkin banyak lagi yang bermetafora dengannya. Tapi 'manis' yang ingin saya sebutkan kali ini adalah manisnya sebuah kasih sayang seorang ibu pada anaknya. Ya, lagi-lagi masih cerita tentang ibu. Sosok yang selalu saya rindukan bahkan hanya beberapa jam yang lalu saja beliau melepas kepergian saya dengan senyum dan lambaian tangan di stasiun tadi malam. 

Dua minggu penuh saya menikmati rehat di rumah bersama keluarga. Meskipun tidak sepanjang hari bersama ibu dan bapak karena kesibukan masing-masing, mereka tetap sukses memompa saya kembali. Alhasil, saya kembali ke perantauan dengan pipi yang lebih gembung dan bobot yang lebih berat, hehe. Madiun, kampung halaman saya kini selain dilanda musim hujan juga tengah dilanda musim durian. Begitu pula dengan rumah saya yang juga tiba-tiba penuh dengan durian, ibu dan bapak memang sukaaaa sekali makan durian.

Suatu siang ketika pulang dari sekolah, ibu membawa beberapa buah durian lagi, Ya, lagi karena baru dua hari sebelumnya beliau juga sudah membeli beberapa durian. Wow..ini kenapa heboh banget batin saya, sepanjang libur ini sepertinya saya jadi sering makan durian. Bertiga, saya, ibu dan bapak segera melakukan ritual belah duren, sik asik..makan durian..lagi.
Disela-sela khidmatnya menikmati durian, tiba tiba ibu berceletuk,
"Kita beli duriannya nungguin kamu pulang lho," ujar beliau.
"Lah, kenapa buk mesti nunggu aku segala? yaudah sih kalau mau beli durian sih beli saja," ujar saya sambil cengengesan
"Nggak, ah,"
"Kenapa memangnya?" tanya saya lagi dengan heran, setahu saya ibu saya ini yang paling semangat kalau urusan beli dan makan durian.
"Kalau gak ada kamu, gak lengkap," ujar beliau pelan.
"Ck..yaelah.." ujar saya sok-sok an mencibir. Padahal dalam hati saya rasanya terenyuh. Ibu selalu ingat saya rupanya, bahkan hanya urusan makan durian saja, beliau memilih menunggu saya pulang terlebih dahulu.

Duriannya terasa sangat enak, sangat enak karena dimakan bersama ibu dan bapak. Sangat enak karena cerita ibu yang menunggu saya hanya untuk membeli durian. Sebigitu besarnya kasih sayang ibu pada seorang anak. Hingga masalah sepele sekalipun tak jarang beliau pikirkan, pertanyaan "kamu sudah makan?", "kamu makan apa?" sering beliau luncurkan pertama kali ketika berkirim pesan, menelepon atau chatting sekalipun. Katanya, ibu sering teringat saya kalau ada makanan kesukaan saya di rumah.  

Semoga Allah selalu mencurahkan kebahagiaan untuk ibu. InsyaAllah Allah akan menepati janji surga-Nya pada Ibu. Karena ibu adalah Ibu terbaik di seluruh dunia. Kasih Ibu memang sepanjang hidup, semoga Allah juga menjadikan kasih sayang saya sebagai anak ibu sepanjang hidup pula. 

Allah menitipkan surga-Nya di bawah kaki seorang ibu. Wanita yang telah mempertaruhkan nyawanya untuk memberi kita kesempatan menjadi khalifah di bumi Allah. Sebuah madrasah yang menyiapkan lahirnya generasi yang berbudi pekerti.

"Kami perintahkan kepada manusia supaya bernuat baik pada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun Ia berdoa : 'Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nekmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kedua ibu bapakku, dan supaya aku dapat berbuat amal saleh yang Engkau ridhai, berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) pada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri." (QS. Al Ahqaaf, 46: 15)

Rabbighfir lii waliwaa lidayya warhamhumaa kamaa rabbayaanii saghiiraa. Amin
Ya Tuhanku, ampunilah aku dan kedua orang tuaku dan sayangilah kedua orang tuaku sebagaimana mereka telah mendidik/ memeliharaku sewaktu aku kecil. Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar