Sabtu, 29 September 2012

Menukar Sudut Pandang

"No one ever injured his eyesight by looking at the brightside."
90% dari kekahawatiran tidak pernah terjadi. Dan 10% sisanya memang di luar kontrol kita. Bila demikian, kenapa harus ambil pusing? Kenapa tidak mengisi pikiran dengan harapan dan keceriaan? -Rene Suhardono.

Noted. Bagi seseorang dengan kadar kekhawatiran berlebih seperti saya, ini perlu ditanam di kepala. Yang sering luput dari kesadaran otak adalah kita selau punya tempat kembali, tempat bersandar, yang menuliskan dengan cermat dan hati-hati seluruh cerita kita. Dan menjadi terlalu pusing terhadap sesuatu hal bisa berkembang menjadi tindak penyangsian terhadap kekuatan Tuhan. Ya Allah, jadikan saya seorang hamba yang sadar bahwa sudah jauh dari lebih cukup untuk mengandalkan-Mu.
Target selanjutnya: Positif setiap saat. Toh sudah jelas dan tidak terbantahkan bahwa Allah itu sesuai dengan prasangka hamba-Nya. Harus (terus) meyakinkan diri bahwa Dia selalu ada untuk kita. Jika kita sudah memiliki-Nya sebagai tim sukses, apa sih yang nggak bisa?: D

Jumat, 28 September 2012

Dear John, You have to live well too..


Sebuah novel karya Nicholas Sparks, yang juga menulis A Walk To Remember dan The Notebook, kisah-kisah penguras airmata. 

Kisahnya masih becerita tentang "cinta-cintaan" plus scene patah hati di awal buku yang rupanya merupakan tarik balik dari kisah yang terjadi antara masa lalu, masa sekarang dan yang akan datang. 
Kisah antara John dan Savannah yang saling jatuh cinta dalam liburan musim panas yang singkat ini memang ringan saja untuk dibaca. Bahkan, belakangan cenderung membosankan karena terkesan datar-datar saja.

Meskipun di awal telah terjadi konflik ketika John dan Savannah harus berpisah..tapi penceritaan karakter kedua tokoh yang berbeda menjadi daya tarik tersendiri. Penggambaran yang detil tentang karakter dan kehidupan John maupun Savannah menjadi benang merah yang penting dalam jalan cerita. Masalah yang dimiliki masing-masing tokoh utama, yang berkecamuk dalam pikirian masing-masing tokoh, serta keterlibatan tokoh pendamping seperti ayah John, Tim, teman-teman John dan Savannah serta keluarga Savannah menyempurnakan kompleksitas benang merah cerita.

Yah..meskipun sebagian besar adalah curhat galau John yang tergila-gila dan rindu setengah mati kepada Savannah selama penugasan perang, tapi cerita ini cukup seru untuk disimak. Pembaca akan dibuat menerka-nerka apa yang terjadi sebenarnya di antara mereka berdua yang baru akan diceritakn di akhir kisah. Tapi hal itu justru menjadi twist yang menarik. 

Bagi saya, nilai yang dapat diambil dari kisah ini adalah keikhlasan, ketabahan dan..dan..apa ya..mungkin fakta bahwa kalau cinta itu nggak harus memiliki. Ups, galau dan spoiler deh!

Selamat membaca :D


Senin, 24 September 2012

Hujan

"Setelah aku pikir-pikir. .kamu itu seperti hujan di Bandung ya,"

he. .apa maksudnya? Rara lantas hanya nyengir, tetap tak memandang wajah Dira.

Sepuluh detik, lima menit, sepuluh menit,
selain Rara yang gelisah memainkan ujung rambutnya, tak ada lagi yang bergeming.

"Hujan di Bandung akhir-akhir ini nggak pernah lama. Sekilas mengguyur lantas pergi lagi, mana peduli dengan sesak udara sebelum dia turun..sekejap basah, lantas menguap. Seperti kamu, datang dan pergi," Dira berbicara pelan lantas menghela nafas panjang.
Keduanya lantas kembali terdiam.

Sepuluh detik, lima menit, sepuluh menit. .
Bahkan hingga sisa bias cahaya senja mulai terusir oleh gelap.

"Kalau aku ini hujan, mungkin belum cukup deras untuk membuatmu tetap tinggal, Dir", ucap Rara terbata berbarengan dengan rintik hujan pertama.
Denting tetesan air malam itu seolah menjadi lagu sedih akhir cerita mereka berdua. Dalam hujan, semuanya tiada.

Jumat, 21 September 2012

Selfproject: Lima Kaktus


Sudah hampir satu minggu lima pot berukuran mini tersebut bertengger di depan pintu. Jika ingin tahu informasi detail tentang nama latin, jenis atau bahkan nama populernya, jangn harap saya dapat memberi tahu. Saya mengenalinya secara sederhana sejak dulu hingga sekarang dengan nama:kaktus.

Mengapa tiba-tiba memelihara kaktus? hmm. .tidak ada alasan khusus. Spare waktu berlebih membersitkan ide untuk jalan-jalan random ke Lembang. Meskipun Lembang sebenarnya lebih identik dengan tahu susu, tapi memiliki kaktus untuk dirawat. .terdengar seru juga! nah, jadilah. .pada hari Minggu yang cerah, sekantong kresek berisi lima jenis kaktus dengan tampilan berbeda resmi diboyong ikut ke kosan.

Memelihara kaktus biasanya dianggap lebih mudah karena pada dasarnya jenis tanaman ini tidak memerlukan banyak air. Tapi jangan salah, bukan berarti tidak perlu dirawat lho. Jangan karena kaktus kuat puasa minum, kita bisa seenak hati menyiramnya sebulan sekali, hehe. Agar tanaman kaktus dapat tumbuh dengan baik, berikut adalah tips untuk merawat kaktus :

1. Simpan di tempat yang terang, minimal 5 jam sehari.
2. Jika media tanam sudah kering, siram hingga basah yang ditandai dengan keluarnya air siraman dari pot. Frekuensi menyiram kaktus biasanya 2-3x seminggu, tergantung cuaca.
3. Untuk perawatan dengan menggunakan pupuk dapat dilakukan dengan interval 2 minggu sekali, dengan menyiramkan larutan yg terdiri dari 1/4 sendok teh pupuk pertumbuhan yang dilarutkan dalam 4liter air.
4. Pengendalian/pencegahan hama penyakit dapat dilakukan dengan menggunakan fungisida dan supracide yang dilarutkan dalam air. Semprotkan pada kaktus dengan interval 2 minggu sekali.
5. Tanaman kaktus dapat pula diperbanyak dengan stek dan biji.


Tidak sulit bukan memelihara kaktus? hmm. .sebenarnya sayapun juga harap-harap cemas mengingat ada satu jenis yang masih kecil sekali. Tapi karena memang sengaja ingin merawat dan menumbuhkan, jadi ya Bismillah saja lah, hehe. Semoga mereka bertahan diabawah asuhan majikan slebor seperti saya. Sampai jumpa!

Kamis, 13 September 2012

Simple Daily Life


Life? hmm..bagi saya yang sekarang sudah berumur cukup, rasanya sudah menjadi keharusan untuk bisa memahami definisi life. Yang, masih saya artikan sebagai : kehidupan, koreksi kalau ada yang salah ya.

Sepertinya saya bukan orang yang mempunyai kehidupan yang cukup normal secara sosial dalam artian yang luas. Terdengar membingungkan? hehe..saya akan sedikit menjelaskan isi kepala saya yang terkadang memang njlimet ini. Sebagai seorang (mantan) mahasiswa yang merantau ke kota lain, kadang kita merasa nggak hidup secara baik dan benar bukan? Berapa banyak sih mahasiswa perantauan yang terlibat aktif dan dapat berbaur dengan lingkungan baru, masyarakat baru?

Dalam cerita ini, kehidupan di Bandung, kota rantau saya selama empat tahun terakhir akan diangkat sebagai contoh. Dalam komunitas ini, selain hanya merupakan warga komunitas kampus belum satu hari pun saya merasa menjadi warga komunitas masyarakat Bandung. Tidak ada sosialisasi aktif dengan masyarakat, hanya dibawah 10% jika kegiatan membeli pulsa-makan- dan sholat tarawih berjamaah yang sekedar datang, duduk, dan pergi bisa dianggap sebagai bentuk sosialisasi aktif. Selebihnya hanyalah kampus-kosan-unit, dan kalaupun pernah agak jauh melancong hingga Bale Endah dan Kidang Pananjung toh itu juga bagian dari kegiatan kampus. Keberadaan saya di sini sebagai bagian dari masyarakat bisa dibilang hampir tidak ada. Sedih bukan?

Apa ya yang dipikirkan oleh warga Bandung terhadap ribuan, puluhan ribu mungkin mahasiswa yang datang pergi setiap tahunnya? Mungkin saja mereka berharap lebih banyak daripada sekedar peluang untung dari bisnis kos-kosan maupun warung nasi yang tentu saja tidak bisa lepas dari kehidupan mahasiswa. Lantas apakah oknum mahasiswa dan mantan mahasiswa seperti saya ini pernah berpikir juga sedikit saja tentang kontribusi? yah..kalau tidak mau terlalu mellow untuk disebut dengan balas budi sih.

Secara sederhana, bisa dibilang..kadang pola kehidupan yang saya miliki tersebut tidak bisa dibilang 'kehidupan'. Saya rasanya tidak memiliki kehidupan di Bandung kasarnya. Sebagai saya yang orangnya nggak muluk-muluk, rasanya excited saja merasa ada tanda-tanda kehidupan lagi setelah sekian lama. Tentu saja karena status liburan yang membuat ada banyak waktu luang untuk sekedar berkunjung ke rumah teman, bukan kosan teman dan yang paling penting adalah tidak untuk mengerjakan tugas, hehe. Memiliki aktifitas rutin dalam komunitas, yang tidak berasal dari tugas himpunan atau unit, yang belakangan sedang di uji coba, sesederhana itu. - Namun, bertahankah saya dalam menghadapi tantangan ini?- *diucapkan pakai intonasi ala MC s*let.

Aaah..bagaimanapun, setidaknya yang harus dicoba untuk dilakukan adalah kontribusi. Mencoba mencari jalan untuk bergabung dalam komunitas, bukan sebagai orang luar yang datang dan pergi tapi  secara perlahan ikut menempatkan diri sebagai bagian dari masyarakat tanpa arogansi. Berawal dari hal-hal kecil yang dapat dijumpai sehari-hari, partisipasi. Semuanya memang nggak terus menerus tentang apa yang telah kita dapat, tapi juga tentang apa yang kita berikan.

Senin, 10 September 2012

Menu Baru, Classic Tales


Awalnya saya rasa, cuma saya yang terjebak membeli buku dengan genre fiksi yang sedikit menjebak ini. Ternyata, buku karangan Jules Verne yang memiliki judul asli Twenty Thousand Leagues Under The Sea ini cukup maembuat banyak orang terkesima. Kepiawaian Jules Verne menuturkan dengan detail setting cerita yang banyak menyebut biota-biota bawah laut membuatsaya berdecak kagum. Meskipun tidak dipungkiri butuh hampir satu minggu penuh untuk menyelesaikan buku ini -waktu yang cukup lama karena diselingi acara ketiduran- tetap saja buku ini sungguh menarik. 

Claasic Tales ini menceritakan petualangan Monsieur Arronax bersama abdinya yang setia, Conseil, serta pelempar harpun ternama, Ned Land, yang terdampar di sebuah kapal selam luar biasa bernama Nautilus. Diawali dengan munculnya sebuah makhluk yang diyakini sebuah cetacean raksasa yang banyak menyebabkan kapal tenggelam pada tahun 1866, kisah ini dimulai. Monsieur Arronax yang merupakan profesor biologi sangat tertarik untuk ikut serta memenuhi undangan pemerintah Amerika Serikat untuk memburu cetacean raksasa ini. Bukan hanya kenyataan bahwa yang mereka buru bukanlah seekor cetacean raksasa seperti yang dituturkan oleh para kapten, namun ketiga tokoh utama ini justru terjebak dalam kehidupan bawah laut yang sungguh luar biasa setelah pertemuan mereka dengan kapten Nemo.

Diceritakan Nautilus adalah sebuah kapal selam yang luar biasa dengan dinding kaca yang sewaktu-waktu bisa diselimuti oleh pelat besi serta memiliki kecepatan berkali-kali lipat dari kapal layar pada masanya. Bersama Nautilus, kapten Nemo mengajak Arronax, Conceil dan Ned Land mengarungi samudera, mengelilingi dunia dengan caranya sendiri tanpa bertemu seorang manusia pun. Berbagai cerita tentang Atlantis, ladang rumput laut, mutiara raksasa bagaimanapun membuat saya tersihir dan mupeng ingin nyemplung ke laut! Selain kisah petualangan menyenangkan di dasar laut dengan penjelasan ilmiah yang rinci dari Arronax mengenai nama latin setipa species dan entah apa lagi itu, kisah perjalanan Nautilus juga dibumbui dengan kisah sedih yang mengharu biru. Pertempuran ganas dengan specias ikan ganas yang merenggut nyawa beberapa awak kapal, kesedihan dan trauma mendalam yang disembunyikan kapten Nemo, mengajak pembaca terlarut dalam cerita meskipun porsinya memang tidak banyak. Ide-ide konyol dan rasa takjub Ned, Conseil dan Arronax selama dalam perjalanan memberikan sediikit nuansa segar.

Untuk buku yang saya beli dengan harga luar biasa karena ada diskon besar, ini adalah cerita seru yang cukup panjang dengan plot yang sedikit membosankan. Namun, tetap saja, cerita klasik Jules Verne ini layak dibaca kerena mengangkat kisah dan konflik yang luar biasa berbeda. Apalagi sekarang sedang jamannya novel-novel galau percintaan, bukan? dijamin, buku ini jauh dari yang namanya galau cinta ala teenlit maupun chicklit :p

Taste Buds, Ramai Rasanya


Awalnya saya bahkan tidak tertarik ketika sang penulis membuka pre-order edisi khusus bertanda tangan. Ya, di dunia maya tempat saya biasa nongkrong salah satu penulis Taste Buds, Yunus Kuntawi Aji sudah duluan terkenal. Namun, rupanya saya justru lebih banyak menyukai tulisan Kinsia Eyusa Merry yang terasa sangat hidup. Bukan berarti tulisan Yunus tidak hidup, tapi auranya terasa lebih berat..dan karena saya membacanya ketika sedang liburan, maka saya lebih jatuh hati pada tulisan Kinsi yang juicy.

Bagi yang belum tahu, Taste Buds adalah kumpulan 20 cerpen yang ditulis oleh dua orang penulus: Yunus Kuntawi Aji dan Kinsia Eyusa Merry. Buku setebal seratus lima puluh-an halaman ini entah kenapa sedikit banyak begitu realistis. Tidak berlebihan. Meskipun temanya masih banyak seputar galau percintaan, - Well, apalagi sih sekarang yang lebih hip?- justru itu mungkin ya, yang membuatnya terasa mengena di hati.

"Abis ini saya pengen belajar leadership..."
" Belajar leadership  di mana? emang kamu mau S3?"
"Saya mau belajar leadership sama kamu"

Percakapan di atas adalah cuplikan cerpen JENUH karya Kinsi, cerita favorit saya dari keduapuluh judul di Taste Buds. Galau? mungkin..tapi manis.

Cerita Yunus yang cenderung serius dan membuat dahi sedikit berkerut berdampingan serasi dengan tulisan Kinsi. Ada satu tulisan Yunus yang menurut saya cukup ringan dan menghibur: Mengejar Jodoh. Awalnya saya kira tulisan Kinsi, tapi ternyata adalah tulisan Yunus. Ada banyak perasaan ketika membaca setiaap cerpen, ada yang serius, sedih, lucu bahkan terkesan curhat. Tidak berlebihan sih, kalau buku ini disebut-sebut sebagai "pengaduk rasa". 

Bagi saya sendiri banyak yang membuat galau sesaat, hahaha..selamat membaca Taste Buds bagi yang penasaran :)

Minggu, 09 September 2012

catatan hutang

Aah. .saya belum membayar janji saya untuk bercerita tentang Hatta. Dan kini, bertambah lagi yang ingin saya janjikan, "taste buds" tulisan kak yunus dan kak kinsi. Penasaran juga dengan komentar bejibun tentang novel tulisan seleb tumblr ini :b. Tunggu, masih ada satu lagi yang belum diselesaikan dan diceritakan nanti, kisah kapten nemo, nautilus dan monsieur arronax! Jules verne bikin saya nggak ngerti lagi.

Wah. .semakin banyak yg harus dilunasi:D, CU soon!