Senin, 28 April 2014

Senin Pagi di Akhir April

TV di ruang tengah sejak tadi saya tinggalkan dalam keadaan meyala. Juga sapu yang seharusnya sejak tadi saya ayun. Dan apa yang sedang saya lakukan? Memenuhi tugas baru setiap pagi: Menulis.

Hari ini awal minggu terakhir di bulan April. Benar juga ya, terkadang waktu memang aneh..cepat dan lambat secara bersamaan. Cepat ketika berkejaran dengan deadline, lambat ketika hendak ditagih gajian, haha.

Yang terbersit di pikiran pagi ini adalah keinginan untuk melakukan hal baru, kebutuhan untuk bertemu dengan orang baru, yang tentunya membutuhkan peningkatan skill manajemen waktu. Hobi, kebutuhan, pekerjaan merupakan hal-hal yang saling beririsan dan harus sejalan. Kepala saya penuh sesak dengan rencana, dan saya bosan dengan semua wacana. Kali ini harus ter-realisasi!

Eh apakah saya sudah bercerita bahwa saya randomly bergabung dalam komunitas card to post? haha..ya..ya..ya..random. Sahabat-sahabat saya bahkan sudah mahfum dengan kerandoman saya ini sehingga 'iya' saja ketika bilang: " aku mau kirim kartu pos ke kamu ya, minta alamat kosan!". Dan sampai sekarang jangankan dikirim..dibikin saja belum.

Ah, minggu ini saya akan membuat kartu posnya, juga grup fesbuk jualan itu *apa lagi nih?, juga cari info baru tentang yang satunya lagi..hahaha..banyak mau, kurang realisasi tuh ya gini.

Nantilah, saya coba tuliskan leboh banyak tentang apa-apa yang sedang saya kerjakan. Yang jelas saya masih punya PR satu buku lagi.

Selamat hari Senin ceria.

Minggu, 27 April 2014

Menjadi Lebih Baik

Beberapa hari yang lalu saya baru saja menamatkan dua buah buku motivasi: Sila ke-6 Kreatif Sampai Mati (Wahyu Aditia) dan How to Master Your Habits (Felix. Y. Siauw).

Buku pertama melucuti harga diri saya sebagai sesama mantan mahasiswa desain tapi kenapa kreatifnya tidak sama-sama dewa, dan buku kedua menampar pipi saya karena semua hal yg salah untuk melestarikan habits sudah khatam saya lakukan. Hopeless? No!

Dari perenungan yang sejenak saya lakukan setelah membaca keduanya akhirnya saya dapatkan bahwa untuk menjadi kreatif, untuk mewujudkan mimpi, tidak bisa terlepas dari habits yang kita miliki. Lha iya? semua orang juga sudah tahu, info basi kali. Eits, tapi coba refleksikan, apa saya atau Anda sudah menyadari atau hanya sekilas info numpang lewat yang tidak pernah terlintas di pikiran?

Jika dikembalikan kepada karakter saya, akhirnya dapat dimengerti kenapa belum ada yang luar biasa muncul dari kepala. Ada dua hal penting yang selalu saya tidak lakukan, pertama, tidak melakukan pencatatan (bisa juga penggambaran) yang benar terhadap setiap ide yang terlintas. Maksudnya bagaimana? jadi begini, sebagai mantan mahasiswa seni rupa yang dulu selalu dituntut untuk membadai otak, kebiasaan ini sering muncul dimanapun dan kapanpun. Seperti sudah terotomatisasi, jika ada ide baru biasanya akan muncul ide-ide lainnya. Dan pada kasus saya, biasanya terjadi ketika saya sedang motoran, atau sedang dalam kesibukan apapun yang akhirnya membuat malas untuk mencatat. Padahal ide-ide spontan itu sering sekali brilian. Kedua, ide brilian sering saya tinggalkan di tengah jalan sehingga belum ada satupun yang terwujud. membayangkan ratusan ide brilian yang sangat berpotensi menjadi luar biasa itu membuat saya seketika galau luar biasa.

Nah, akhirnya tibalah pada sebuah kesimpulan. Keraguan saya untuk terus bereksplorasi rupanya didukung penuh oleh geng penjahat pikiran yang tidak lain adalah habits. Saya memiliki habits peragu, takut salah dan menunda pekerjaan. Jadilah, ide-ide kreatif semuanya menguap tanpa bekas. Ketakutan terhadap anggapan orang, kecenderungan menganggap diri sendiri tidak mampu adalah dua iblis terkuat yang jarus dilenyapkan dari muka hati! Sebelumnya menulis dalam blog ini pun sudah tertunda, pertanda saya takluk oleh iblis habits. Jadi inshaa Allah, mulai saat ini saya akan belajar menaklukan si anak bandel bernama habits, dan membesarkan dengan penuh kasih sayang si anak kreatif dan spontan. Hmm..sepertinya saya harus berpindah hati untuk melakukan pencatatan di tempat lain.

Baiklah sampai jumpa deng saya yang akan menjadi master! terimakasih mas wadit dan ustadz Felix, terimakasih ya Allah karena mempertemukan saya dengan mereka di rak buku. Bismillah!