Rabu, 12 Desember 2018

Menyapih, Ujian Kesabaran dan Konsistensi

Sudah hampir satu setengah bulan Atha akhirnya disapih.  Akhirnya tuntas sudah perjalanan mengASIhi atha. Magical moments nya kini berganti,  bagaimanapun 2 tahun menyusui adalah sebuah kesempatan luar biasa dalam fase motherhood ini. 

Perjalanan menyapih ini sebetulnya sangat.. Berliku.  Proses menyapih setiap ibu-anak memiliki ceritanya masing-masing.  Sebagian ibu dapat dengan mudah melewati proses menyapih,  sebagian lagi harus bersusah payah memutar otak bagaimana bisa membuat anak akhirnya mau berhenti menyusu.  Dalam cerita menyapih ini saya termasuk tim kedua ya,  penuh drama dan lika liku dalam proses menyapih Atha.  Dari cara oles-oles,  pahit-pahit,  hingga akhirnya berhasil menggunakan sounding, bertahap hingga akhirnya bisa lepas total kurang lebih memerlukan waktu sekitar 1.5 bulan.  Lama banget ya?

Sebetulnya saya tipe yang selow perihal sapih menyapih ini,  nggak harus 2 tahun,  nggak harus seketika. Dan dari lubuk hati ada keinginan untuk mencoba WWL meskipun ragu banget apakah akan berhasil pada Atha.  Kenapa?  Karena dalam sejarahnya Atha belum pernah bisa tidur tanpa menyusu,  dan frekuensi menyusunya tinggi banget bisa setiap 2 jam menyusu meskipun usianya hampir 2 tahun.

Memasuki usia 20 bulan saya sudah berinisatif untuk mulai sounding ke Atha,  bahwa nanti setelah potong kue di ulang tahunnya yang kedua Atha sudah tidak menyusu dari umi lagi.  Atha sudah besar,  minumnya air putih dari gelas.  Kenapa air putih dan gelas?  Karena saya dan suami sepakat untuk tidak memberikan susu botol,  atau susu sebagi alternatif pengganti ASI. jadi lulus ASI ya makan minum seperti kita biasa,  susu sifatnya hanya tambahan dan bukan keharusan apalagi untuk pengantar tidur. Sounding terus berjalan hingga ulang tahun ke-2 meskipun sering bolong-bolong dan kurang konsisten.  Meskipun begitu,  Atha sering mengiyakan kalau diajak mengafirmasi "Atha sudah besar,  setelah 2 tahun minumnya dari gelas". Semakin mendekati hari H saya menambahkan countdown kurang berapa hari lagi Atha boleh menyusu, karena banyak tulisan yang saya baca hal tersebut banyak berhasil hingga anak benar-benar berhenti menysu ketika usianya tepat 2tahun.

Tibalah hari H, tak ada perayaan di rumah seperti tahun lalu.  Hanya sepotong kue yang kami beli mendadak karen aAtha terus-terusan minta potong kue.. Wkwk. Kembali kami sampaikan ke Atha bahwa setelah potong kue ini Atha sudah berhenti menyusu,  gimana tanggapan doi?  Iya iya aja. Kue sudah dipotong.. Tibalah waktu bobok siang, dalam hati saya berharap sebuah keajaiban terjadi.. Daaan.. Ternyata doi nangis minta nyusu sebelum tidur. Failed.

Setelah percobaan sapih pertama gagal, sepanjang bulan Agustus saya masih santai.. Yasudah nanti juga kalau sudah mau berhenti ya berhenti sendiri.  Tapi ternyata yang enggak santai para mbahnya,  karena berkali kali ditanya kapan sapih.. Kapan sapihh.. Kumulai kepikiran. Kebetulan frekuensi menyusu Atha bukannya berkurang tetapi malah semakin menggila!  Sebentar-sebentar nyusu.. Lebih ke mencari kenyamanan sih sepertinya. Hingga suatu waktu saya mulai merasa Atha harus segera disapih karena memang di usianya sekarang ASI sudah tak diperlukan dan saya juga ingin kembali merasakan tidur lelap sepanjang malam!

Percobaan sapih pun dimulai.  Tanpa rencana saya memutuskan untuk mencoba tidak memberikan nenen ketika mau tidur siang.  Hasilnya?  Sesuai dugaan.. Nangis menjerit-jerit hingga akhirnya ketiduran.. Dan terbangun satu jam kemudian masih meminta nenen disertai badan demam. Yak,  mamak pun panik.. Akhirnya sore balik kasih nenen sambil bilang Atha boleh nenen.. Atha sembuh ya.. Nggak demam.. Dan taraa.. Malamnya demam sembuh.. Hahaha.  Semenjak itu saya mulai berusaha mengurangi frekuensi menyusu Atha. Sebisa mungkin mengalihkan dengan menawari air putih atau mengajak bermain. Bulan berikutnya,  saya memperbolehkan Atha menyusu setelah bangun tidur dan siang hari hanya ketika akan tidur siang dan selama tidur siang. Perlahan Atha dapat menyesuaikan diri dengan ritme baru dan saya kembali mencoba peruntungan.  Bertepatan dengan akhir pekan saya mulai percobaan ketiga dengan harapan ada abi nya yang bisa membantu mengalihkan dan menenangkan kalau menangis. Sebetulnya agak mendadak karena terinspirasi dari tetangga sebelah yang langsung berhasil dengan mengoles pewarna makanan pada PD, saya mengambil pewarna makanan dan melakukan hal serupa.. Betul saja.. Atha langsung menolak.  Kotor.. Nen umi kotor katanya.. Berhasil nih batin saya.  Cara ini bertahan selama 2 hari 1 malam saja karena sepanjang siang akhirnya Atha menangis karena mengantuk dan malam hari pun hanya tidur beberapa jam itupun harus dengan melihat video baby shark di youtube yang nggak ada habisnya.  Wah.. Efek sampingnya nih yang gak bisa diteruskan.. saya menyerah di malam kedua karena sakit kepala hebat akibat kurang tidur dan lelah gendong-gendong. Atha nangis terus, teriak teriak.. Cuci nen umiiiiiiiii!!!! sambil menarik -narik saya ke kamar mandi. Pukul 1.30 pagi kami nangis bersama karena udah nggak sanggup sakit kepala akhirnya kasih lagi lah nenen.. Kami berdua berhasil tidur nyenyak sampai pagi.

Selepas percobaan ketiga sapih ini Atha semakin nempel,  meskipun begitu saya perlahan kembali membuat perjanjian dengan Atha kalau nenen hanya kalau mau bobok saja. Alhamdulillah,  Atha bisa mengikuti hingga satu bulan kemudian saya kembali membulatkan tekad. Saya membaca banyak tulisan ibu-ibu lain tentang perjalanannya menyapih
.memang ada yang mudah.. Ada juga yang berbagai cara ditempuh tak kunjung berhasil seperti . Akhirnya di akhir bulan Oktober dengan banyak berdoa dan tekad yang bulat saya berkata pada diri saya sendiri bahwa saya sudah siap menyapih Atha,  insyaaAllah ikhlas dan saya juga banyak berdoa pada Allah agar dimudahkan. Karena proses menyapih sejatinya memerlukan kesiapan lahir batin baik anak maupun ibu, setidaknya kali ini saya benar-benar siap apapun konsekuensinya. 

Kali ini Saya membagi proses menyapih Atha menjadi 2 tahap.  Terinspirasi dari kisah sukses seorang teman,  dalam satu minggu pertama Atha disapih siang- dari menyusu setelah bangun tidur Atha baru boleh menyusu lagi setelah hari gelap,  jam 7 malam. Masih nggak mudah ya prosesnya,  hari pertama dan kedua menolak tidur,  beberapa hari berikutnya merengek dan menangis hingga akhirnya bisa tidur siang sendiri di hari ke-4, dengan durasi maksimal 1 jam. Sisanya 'memaksakan' diri ON terus.  Selama satu minggu disapih siang sudah mulai lancar bisa tidur siang sendiri. Minggu berikutnya saya sounding lagi bahwa satu minggu lagi Atha sapih total. 

Tiba waktu penyapihan total,  seingat saya itu hari Jumat ya.  Siang lancar.. Malam mulailah mencari-cari.. Biasanya jam 7 sudah 'buka puasa' hari itu meskipun sempat minta tapi dibilang nggak boleh masih mau menahan hingga sepertinya ngantuk berat mulai nangis rewel.  Akhirnya tidur setelah gendong dan terbangun 2 jam kemudian dengan siklus yang sama: menangis jerit-jerit,  minta nyusu,  menolak minum dari gelas,  serba salah mau gendong atau mau tidur dikasur. Malam pertama sapih total kami tidur di mobil hingga subuh karena Atha baru bisa tenang dan tertidur setelah diputerin naik mobil. Besoknya,  drama menangis masih terjadi,  hanya saja malam bisa tidur setelah main dan nonton TV, tidur 2 jam,  melek 2 jam baru bisa tidur lagi.  Siang malam berulang,  mamak stres lelah kerjaan rumah bertumpuk bocah nggak mau lepas dari gendongan 😂.

Usaha memang tidak mengkhianati hasil.  Perlahan tapi pasti proses sapih Atha mengalami kemajuan.  Dari yang sebelumnya setiap mau tidur memaksa minta menyusu (hingga saya selama beberapa minggu tidak memakai baju busui friendly karena Atha nggak move on😂), ketika disounding Atha sudah besar,  berhenti nenen selalu memberikan jawaban penolakan akhirnya Atha berhenti berkata 'nggak' ketika Atha diberitahu sudah besar,  berhenti nenen. Beberapa hari lalu bahkan Atha masih terkesan menghindari tidur di kamar karena mungkin kasur,  kamar sangat terasosiasi dengan aktivitas menyusu karena setiap bersiap tidur di kasur dia akan memandangi baju saya dan berbisik "nen.. " lalu berakhir minta pindah tidur d depan TV karena ditolak permintaanya. 

Hari ini entah tepatnya sudah berapa lama.. Satu setengah bulan sudah terlewat sih mestinya,  baru perlahan Atha mulai mengikhlaskan nenen umi.  Meskipun belum sepenuhnya tidur lancar tanpa terbangun,  sudah bisa dibilang lah Atha sudah berhasil di sapih. Masih ada sedikit PR karena hingga sekarang tanpa alasan yang jelas Atha terkadang bangun dan menangis yang sulit ditenangkan sambil serba salah, tidur salah gendong salah semua salah. Atha juga mulai bisa tidur di kamar tanpa meminta nen atau bahkan sekedar melirik-lirik. Ya ada lah sekali dua kali kalau sedang ngambek dia mengeluarkan statement " nen aja" 😂😂.

Perjalanan singkat meyusui ini akhirnya berakhir sudah,  kekahwatiran saya perihal bonding apakah akan berkurang sepertinya tidak terbukti.  Atha masih lengket dan setiap mau tidur ritualnya ganti peluk-cium umi meskipun nggak mau dipeluk lama.  Begitupun kalau terbangun,  cari umi untuk dicium. Mamak baper nggak?  Hmm.. Kadang baper.. Entah kenapa kok jadi tiba-tiba udah besar gitu si anak.. Heheh.. Yang jelas masih berusaha menghindari mood swing karena konon ada perubahan hormon dan peningkatan BB 😂. Sempat mudah marah.. Tapi akhirnya mencoba kembali mengingat bahwa Atha ini harus makin disayang,  diperhatikan.  InsyaaAllah sudah mereda.. Atha semakin bisa diajak kerja sama.. Diajak kemana mana.. Heheh.

Nafsu makan gimana mak??
Sesuai harapan alhamdulillah semenjak disapih Atha makannya meningkat.  Makan utama OK,  cemilan YES,  nyenengke banget.. Heheh.. Kemarin timbang nambah 400-500 gr kalau nggak salah.  Mungkin ini bonus dari lika liku penyapihan Atha kemarin 😀

Buat ibu-ibu yang akan atau sedang menyapih,  tetaplah semangat,  berpikiran positif dan optimis.  Terus berdoa,  kami semua pernah berada di fase itu hingga akhirnya lulus,  bisa jadi sebentar lagi ibu juga akan berhasil menyapih.  Konsistensi,  komunikasi dan bantuan daru keluarga berperan besar. Jangan ragu meminta tolong kepada suami,  atau kakek-nenek.   Yang paling penting pahami anak kita,  temukan celah komprominya,  setiap ibu-anak memiliki hubungan spesialnya masing-masing dalam proses mengASIhi. Selamat berjuang!