Jumat, 30 Oktober 2020

Zona 3 Cerdas Emosional & Spiritual : Memulai di Hari ke- 2 Bersama Sahabat Terbaik

Awal zona ketiga kali ini bertepatan dengan kami berempat ambruk diterpa demam. Akhirnya baru bisa mengejar setoran di hari ke-2. Semakin lama, tantangan di setiap zona membuat saya garuk-garuk kepala..heheh. Menantang..apalagi bagian mendokumentasikan. Bismillah, siap mencoba!

Hari 1

RENCANA
Kegiatan : Membacakan buku untuk adek Ruby.
Waktu :  Siang atau sore hari (tergantung situasi)
Perlengkapan : Buku koleksi pribadi

AKTUAL DAN KENDALA
Di sini banyak hal di luar rencana terjadi..wkwk. Aktualnya, hari ini kegiatan membaca ternagi menjadin2 sesi. Yang awalnya rencana mau baca siang atau sore, habis di tanya Atha langsung ajak baca buku kesukaannya. Saya mengiyakan dengan syarat tidak terlalu lama karena adek belum mandi. Satu bab, dua bab..Atha nggak mau berhenti dan memaksa umi membaca buku padahal umi harus memandaikan adek. Akhirnya harus melalu drama kumbara, kegiatan membaca pagi didelegasikan bersama mbahkung.

Sesi ke-2 berlangsung setelah sholat isya. Atha memilih buku-buku yang ingin dia baca. Banyak banget..wkwkw. Dan rencana membacakan buku untuk adek tentu saja gagal karena adeknsudah mengantuk sejak lepas sholat maghrib. Jadilah sesi membaca berubah menjadi belajar bersama umi.

Kendala

Pemilihan waktu yang kurang tepat sehingga adek sudah tertidur lebih dahulu. 
Briefing di awal.yang kurang jelas jam nya sehingga umi pun lupa mengalokasikan waktu. Juga insiden membaca pagi-pagi karena tidak ada briefing waktu yang jelas.


REFLEKSI

Kondisi adek sudah tidur justru lebih menguntungkan bagi saya dan Atha untuk menikmati quality time. Selain membaca buku kami bahkan sempat belajar hijaiyah, dan huruf melalui flashcard hingga larut malam. Kami berdua menikmati waktu belajar dengan senang, meskipun saya harus belajar banyak lagi bagaimana bersabar mengajari Atha. Karena dorongan untuk membuat Atha belajar 'baik' lebih besar daripada menghadirkan suasana belajar 'menyenangkan'. Masih keceplosan jurus ancam mengancam meskipun dengan ekspresi bercanda. 

PROSENTASE KEBERHASILAN
90%
Ternyata jauh lebih menyenangkan dan berkualitas dari yang saya bayangkan. Besok sudah janjian mau diulang lagi!
inisiatif tinggi belajar tanpa ditemani, meski hanya melihat-lihat gambarnya saja :D.

Kamis, 22 Oktober 2020

Surat Untuk Mas Atha: Terimakasih Sudah Mengajari Umi

Assalammualaikum mas Atha, 
Semoga ketika kelak mas Atha mampu membaca surat ini Mas Atha selalu dalam kondisi sehat dan bahagia, kapanpun, dimanapun, dan dengan siapapun itu.

Sayang, mungkin belakangan mas Atha menganggap umi menyebalkan? Mungkin mas Atha bertanya-tanya kenapa tiba-tiba tidak ada angin ataupun hujan, umi memaksa mas Atha untuk belajar makan sendiri? Membereskan mainan sendiri? Juga memakai pakaian sendiri?

Umi mengerti, pada awalnya terasa berat ya nak? Apalagi umi selalu menambah dengan marah-marah. Maafkan umi nak, sejatinya umi sama sekali yidak ingin menambahkan bagian marah-marah dalam proses belajar kita setiap hari. 

Tahukah mas Atha, umi takjub. Sebelumnya tidak terpikir oleh umi hanya kurang dari dua pekan mas Atha sudah terbiasa mau untuk makan sendiri dan memebereskan mainan sendiri. Meskipun terkadang, masih merajuk meminta bantuan umi. Berpindah dari zona nyaman menuju kemandirian melelahkan ya nak? Mas Atha merasa umi tidak sayang lagi kah dengan menolak membantu mas Atha?

Sesungguhnya sama sekali tidak, Nak.

Umi hanya ingin mas Atha menyadari bahwa mas Atha bisa melakukan banyak hal hebat tanpa selalu umi bantu.
Lihat saja, sekarang mas Atha sudah pandai mengerjakan banyak hal sendiri. Tak lagi harus menunggu umi selesai menggendong Ruby agar bisa membantu kebutuhan mas Atha. 

Dalam proses belajar ini sesungguhnya bukan hanya mas Atha yang belajar. Melainkan umi yang banyak belajar. Belajar bersabar, menghargai, mengapresiasi, dan tidak memaksakan. Yang mana kesemuanya sungguh sulit untuk umi lakukan karena dalam pikiran umi, seringkali selalu imgin cepat, segera, dan mudah. Padahal tak ada yang seperti itu dalam proses belajar bukan?

Umi harus banyak-banyak berkata pada diri umi bahwa proses belajar memerlukan waktu. Untuk terbiasa, harus diulangi berkali-kali. Untuk terbiasa harus diingatkan berkali-kali. Jika bagi umi begitu, apalagi bagimu ya sayang ..ketika bermain adalah duniamu. Maafkan umi yang seringkali kurang bijak dan mengabaikan perasaanmu. Maafkan umi yang terkadang kurang sabar menemani prosesmu. Maafkan umi, yang seringkali marah..kepdamu dan terlebih kepada diri umi sendiri.

Jika umi katakan bahwa sesungguhnya ada cinta dalam kemarahan itu maka umi berbohong. Karena cinta ridak akan pernah menyakiti hati orang yang kita cintai, nak. Hanya umi yang kurang bersabar untuk menerima segala kerepotan proses belajar ini. 
Maafkan umi yang terkadang membuatmu menangis untuk mencapai harapan dalam angan-angan umi. 
Meskipun setelahnya, setelah kamu tertidur umi melakukan hal yang sama: menangisi perbuatan umi yang membuatmu menangis.
Semoga kita berhasil melalui proses belajar seumur hidup ini ya, Nak.

Semoga kita selalu menyayangi hingga kapanpun nanti. Cinta umi kepadamu tidak akan pernah terganti, sulungku. Pelita hatiku, guru pertamaku dalam menjadi orang tua. Semoga dirimu selalu dalam lindungan Allah SWT. 




Senin, 12 Oktober 2020

Zona 2 Hari ke- 11: Akhir Lembar Cerita Makan Sendiri

Saya memutuskan untuk mengakhiri tabtangan kemandirian dengan tema makan sendiri hari ini. Karena selama 11 hari terakhir, Atha audah bersedia dan berinisiatif makan sendiri meskipun sesekali masih minta dibantu. Meskipun begitu, ini adalah kemajuan yang sangat signifikan. Sesuatu yang bahkan di luar dugaan..

Tadi, diam-diam saya meninggalkan Atha dengan piring makanan. Saya masuk ke dalam kamar untuk menidurkan Ruby. Tidak seperti sebelumnya, hari ini saya tidak berharap apapun. Saya mengintip keluar sebentar, ternyata Atha makan sendiri sesuai apa yang kami sepakati sebelumnya, meskipun perlahan. 

Saya bersorak dalam hati. Selama 11 hari ini Atha pandai sekali. Mau makan sendiri, dihabiskan pula, bahkan tidak perlu ditunggu. Maka saya memutuskan untuk berganti topik kemandirian di hari ke-12 besok. Apa topiknya? Tunggu saja besok, semoga sama berhasilnya seperti 11 hari belakangan. Semangat!

Zona 2 Hari Ke -12: Tantangan Baru

Hain ini adalah hari ke-12. Secara umum, Atha sudah dapat melakukan aktivitas makan sendiri. Maka , inilah saatnya berganti topik bahasan tantangan kemandirian.

Setelah kegian makan sendiri dapat Atha lakukan dengan baik, maka saya mencoba mengambil topik 'membereskan mainan setelah selesai bermain'. Saya terlambat menyadari bahwa membereskan mainan dapat menjadi indikator kemandirian anak. Maka, mulailah tadi sebelum tidur siang saya meminta Atha membereskan mainannya alih-alih membiarkan dia tidur tanpa merapikan mainan yang berserakan di lantai.

Awalnya, sepertu biasa ada penolakan. Kenapa harus Atha yang beresin? Kenapa nggak umi aja? Dan sebagainya.
Saya berusaha mengarahkan jawaban pada perlunya mandi, dan menawarkan untuk membantu. Akhirnya Atha luluh juga. Akhirnya Atha mulai memunguti mainan atu persatu dan menyusunnya di atas kabinet. Misi berhasil!

Sabtu, 10 Oktober 2020

Zona 2 Hari ke-10 : Masih Tentang Makan Sendiri

Hari ke sepuluh. Rencananya hari ini tantangan kemandirian akan beralih pada bab 'Membereskan Mainan', tetapi rupanya hari ini Atha ikut ke rumah mbah dari pagi hingga malam.

Perkara membereskan mainan ini belakangan mulai mengusik pikiran saya. Sebelumnya, saya tak memusingkan mainan berantakan dan meninggalkannya begitu saja ketika menidurkan Atha dan Ruby. Tapi ternyata hal ini membuat Atha salah menangkap pesan. Atha serak-serak, umi nanti membereskan..wkwk. 

Perihal membereskan mainan ini sebetulnya ada andio kesalahan saya juga. Dahulu, saya akan meminta Atha membereskan mainannya. Jika menolak, maka saya akan menawarkan untuk membereskannya bersama-sama. Tetapi setelah ada Ruby, perihal membersihkan 'bersama-sama' ini menjadi lain ceritanya.
Rasanya menjengkelkan jika kita sudah setengah jalan menidurkan bayi, ketika meminta Atha membereskan mainan malah akhirnya dia merajuk maunya membereskan bersama-sama. Lalu, biasanya keluarlah jurus ancam mengancam. 

Beresin, atau umi beresin ke tempat sampah.

Hmm..ini pasti tidak betul juga. Membereskan karena takut dibuang, bukan karena menyadari selesai main ahrus dirapikan dan dikembalikan ke tempatnya. Maka mulai besok, topik makan insyaaAllah akan berganti pada topik membereskan mainan. 

Ohiya, hari ini Atha juga makan sendiri. Memang harus ekstra sabar, melihat makanan tercecer dan banyaknya waktu yang dihabiskan. Tapi demi masa depan yang lebih cerah, umi harus bersabar! Wkwkw

Sejauh ini kemandirian dalam hal makan sudah 75%tercapai. Baik makan besar ataupun camilan, Atha sudah mampu melakukannya secara mandiri. Sesekali merajuk, meminta disuapin tetapi menurut saya masih dalam batasan wajar -mencari perhatian. Tapi secara umum, kemandirian dalam hal makan sudah tercapai. Good job, Atha! 

Jumat, 09 Oktober 2020

Zona 2 Hari ke-9 : Menemukan Permasalahan Baru

Hari ini saya belum menentukan topik kemandirian apa selanjutnya untuk dicoba bersama Atha. Tetapi belakangan saya menemukan hal yang sangat menggangu. Bahkan beberapa kali, emosi saya tersulut karena hal ini. Apakah itu?

Membereskan mainan.

Dua hari belakangan kami beradu argumen perihal siapa yang harus membereskan mainan. Apakah umi, Atha atau adek Ruby..wkwk.
Saking kesalnya saya mengancam akan membuang semua mainan dan buku yang berserakan. Sementara ini it works.
Tetapi saya tahu ini bukan cara yang baik untuk membiasakan Atha membereskan mainannya. Hari ini saya belum menemukan metoda tang tepat bagaiman cara membuat Atha mau membereskan mainan selain dengan menakutinya.
Hmm PR untuk besok, karena mencoba memberinya pengertian saat ini belum berhasil juga. 

Besok harus bisa lebih tenang mengajak Atha berdiskusi agar mau belajar membereskan mainan. Dan satu lagi, tidak berorientasi pada hasil karena pasti hanya akan membuat saya stress. Semangat!

Zona 2 Hari ke 8: Terbuai Ekspektasi

Sudah 7 hari tantangan kemandirian dengan tema makan sendiri berjalan dengan up and down meskipun tak jarang menuai sukses. Hari ini hari ke-8, saya merasa Atha sudah mulai terbiasa untuk makan sendiri. Nyatanya, Atha memang sudah bisa dan mulai terbiasa. Tetapi tidak dengan perasaannya, rupanya hari ini ceritanya sedikit berbeda...

Seperti biasa, sekitar jam 9.30 pagi saya menidurkan Ruby ke dalam kamar. Sebelumnya saya sudah menyiapkan makan dan air panas untuk mandi Atha sembari berpesan bahwa Atha makan, setelah itu mandi sama bulik. Di kamar, selama saya menggendong Ruby, Atha beberapa kali masuk ke kamar sambil mengunyak makanan. 
Oh dia sedang makan, pikir saya dalam hati. Hingga sekitar 45 menit kemudian saya keluar, dan mendapati Atha masih menonton TV dan piring masih penuh! Astagaaa...ngapain aja dari tadi!
Saya terkejut dan seketika berubah menjadi marah. Atha menolak melanjutkan makan, padahal tadi berjanji nonton sambil makan.
Atha meminta nasi baru, saya menolak dan membuang sisa nasi di piring. Masih dalam keadaan marah, saya berkata bahwa kalau Atha nggak mau makan yasudah, nggak usah makan sampai nanti malam. 

Komunikasi produktif gagal total, kemandirian gagal total, mengendalikan emosi apalagi..

Singkat cerita, siang terlewati dengan Atha yang akhirnya minta makan sendiri, dan menyuap sendiri. Malam Atha kembali menolak makan nasi dengan hanya menyantap beberapa lembar roti tawar. 
Sepertinya esok hari saya harus move on dari perkara makan sendiri ini.




Rabu, 07 Oktober 2020

zona 2 hari ke-7 : Let It Go With The Flow

Hari ini saya memutuskan untuk slow down. 'Camilan' yang dibagikan mbak Henny di grup membuat saya tertegun. Selama ini, saya terlalu fokus pada menunaikan tugas tantangan. Memaksa Atha untuk mandiri, dengan segala cara yang bahkan melukai perasaannya..

Pagi ini saya tidak ambil pusing tentang makan sendiri atau tidak. Setelah mandi segera saya menyiapkan sarapan bagi Atha. Sepagi ini, pagibsaya sudah dipenuhi drama tangisan Atha yang memaksa main ke rumah tetangga. Larangan baik-baik tidak diterima, maka keluarlah jurus ancaman yang berujung pada kurungan di rumah dengan pintu terkunci. 

Sekitar 20 menit Atha menangis. Setelah minta gendong, kemarahannya mereda.Tapi tidak dengan saya. Rasa jengkel terbawa hingga kemana-mana. Ah, apakah tabungan amarah saya sudah mulai penuh? entahlah.. Yang jelas, belakangan saya sering sekali berharap bisa sendirian lebih lama. 

Mengelola emosi, berkomunikasi positif masih saja menjadi PR besar bagi saya. Kenapa saya mudah sekali marah kepada Atha? Pertanyaan ini terus muncul. Berkali-kali juga saya berusaha meredam emosi, berusaja berpikir sebelum bertindak. Tapi diamnya saya, oleh Atha pun sudah dianggap kemarahan..wkwk.
---

Singkat cerita, hari sudah siang. Pahlawan tantangan makan sendiri hari ini adalah Mbah Kung. Mood Atha baik, mbah Kung mengajak Atha berlomba makan paling cepat. Alhasil, siang ini Atha menuntaskan sepiring nasi yang ditemani Sayur Asam, bakwan dan tempw goreng sendiri, tanpa disuapi, tanpa dipaksa dan tanpa dimarahi. 

Kesuksesan siang hari kembali terulang di sore hari. Sore ini Atha menolak makan nasi, meskipun begitu Atha semangat sekali menghabiskan 2 porsi bakso gelas yang dibelinya entah dimana bersama Abi.
2 buah kesuksesan yang beruntun. Kuncinya rupanya ada di suasan hati. Atha akan mau makan sendiri ketika hatinya hepi. Tapi pertanyaannya, mampukah saya selalu bersabar untuk menghadirkan hal-hal yang membuatnya selalu senang? Wkwkwk

Ah, biarlah besok kita lihat lagi situasi dan kondisinya.

Selasa, 06 Oktober 2020

Zona 2 Hari ke-6 : Bisa dengan Berbagai Ancaman

Sepertinya saya mulai kembali kelepasan, memaksa Atha untuk mandiri alih-alih mengikuti prosesnya.

Hari keenam, perihal makan sendiri ini masih juga bisa meyulut pertengkaran di antara saya dan Atha. Hari ini, sudah jam 11 saya keluar kamar dan mendapati Atha belum juga sarapan.

Saya mulai terpantik, ada bibit emosi.

Sepiring menu sarapan pagi sudah berada di atas meja makan. Saya kembali menyampaikan bahwa Atha makan sendiri, umi juga sarapan. Kita makan sama-sama karena umi sudah lapar sekali. Drama pun di mulai..

Atha menolak makan sendiri. Saya menjawab datar, Atha makan sendiri, Atha sudah bisa. Tetapi Atha bersikeras minta disuapin, satu suap umi satu suap Atha. Saya masih kukuh tidak mau menyuapkan makanan. Tetapi, sembari menolak..ancaman keluar dari mulut saya. 
Kalau nggak makan sendiri nggak usah pergi main, ucap saya. 
Saya mengabaikan rengekannya, dan 'memaksa' Atha dengan gesture, ekspresi, bahkan intonasi. Berhasil sih, pada akhirnya Atha makan sendiri. Tapi sambil menangis, kesel, marah. Sayapun heran dengan diri saya tadi pagi, kenapa saya harus memaksa?

Lagi-lagi saya hanya berorientasi pada hasil, sehingga mencederai proses. Saya melupakan bahwa proses itulah yang penting, yang akan melekat dalam ingatannya hingga nanti. 

Ah, besok harus memperbaiki kembali peta tujuan dan strategi eksekusi. 

(Tidak ada gambar, lupa ambil gambar karena sedanh marah)

Senin, 05 Oktober 2020

Zona 2 hari ke-4: Failed

Hari ini Minggu, semua kegiatan di rumah melambat. Kegiatan sarapan disponsori oleh mbah uti yang membuat Indomie seleraku bagi seisi rumah. Atha yang bangun kesiangan, memulai aktivitas hariannya bersama abi karena umi menidurkan Ruby.

Seharian, kegiatan mandiri dalam aktivitas makan sama sekali tidak tercapai. Pagi disuapin bulik, siang disuapin abi, malam disuapin abi lagi.Wkwkkw..
Baiklah..hari ini tidak ada pencapaian. Besok kita move on!

Zona 2 hari ke-5: Bersabar dalam Latihan Makan Sendiri

Hari ke-5 tantangan kemandirian anak, masih dengan topik membiasakan makan sendiri. Awalnyabsaya pikir akan mudah, karena sesekali Atha memang sudah mau makan sendiri. Tapi lain ceritanya jika disandingkan dengan kata 'terbiasa'...

Sudah 5 hari, tapi tingkat keberhasilan untuk mengkondisikan Atha dapat melakukan aktivitas makan sendiri baru berhasil sekitar 30%. Dari 3x kegiatan makan, biasanya hanya berhasil pada satu kali sesi makan. Sisanya disuapin umi/abi, atau menolak makan.

Kegiatan makan tidak dipungkiri merupakan salah satu aktivitas harian yang bagibsaya merupakan sebuah 'kegiatan besar' sama seperti mandi, dan tidur. Ketiga aktivitas harian tersebut merupakan indikator ketercapaian tugas harian saya. Jika sudah selesai, rasanya seperti sudah menyelesaikan sebuah tugas besar. Legaaaa...rasanya!
Maka dari itu, seringkali saya dan suami memiliki perasaan 'ingin cepat menyelesaikan' yang berarti malah menghilangkan kesempatan bagi Atha untuk belajar mandiri. Jadi selain Atga, saya lah yang sebetulnya sedang belajar dalam proses membuat anak mandiri ini.

Pagi ini kegiatan makan tidak jauh berbeda dengan biasanya. Masih dengan perdebatan kecil, makan dulu baru main atau main dulu baru makan. Sehabis mandi, saya sudah sampaikan kalau harus makan dulu. Tetapi bukannya bersiap di meja makan, Atha malah bermain sepeda di dalam rumah. Akhirnya keluar juga teriakan dari umi, berseru dengan nada tinggi meminta Atha untuk makan. Huft..

Di awal kegiatan makan, Atha menolak makan sendiri. Maka suapan pertama umi suapkan ke mulut. Selanjutnya, sembari bermain sepeda akhirnya Atha mau makan sendiri dengan tetap duduk di atas sepeda. Berpura-pura sedang mengisi bensin sepedanya. Hingga isi piring hampir habis, atha makan sendiri dengan dibantu umi memegang piring. 

Tantangan hari ini 1x makan sendiri berhasil dilakukan meskipun belum menerapkan adab makan yang baik. Satu lagi PR buat umi, untuk mendisiplinkan Atha makan sendiri dengan berlatih adabnya sesuai tuntunan Islam.

Besok umi akan mulai mengenalkan adab makan lebih detail, bukan hanya sambil lalu. Semangat!!


Minggu, 04 Oktober 2020

Zona 2 hari ke-3: Ketika Makan Bukan Prioritas Utama Baginya

Hari ke 3 tantangan kemandirian. Masih dengan tema makan sendiri, Atha pagi-pagi sudah siap di meja makan dengan piring. Sebelumnya, sebelum mandi saya sudah melakukan sounding bahwa setelah mandi Atha akan makan. Makan sendiri, tidak disuapi oleh umi. 

Seperti biasa, respon yang pertama muncul dari Atha adalah
 "Kenapa?"
Maka sayapun dengan bijak menjawab:
"Atha sudah pandai makan sendiri, biar makin pandai dong!" 
___

Singkat cerita, selesai mandi makanan sudah saya siapkan di meja. Atha juga sudah duduk manis bersiap-siap makan. Setelah memastikan suapan pertama masuk ke mulutnya, saya kemudian izin kepada Atha untuk menidurkan Ruby. 

Lalu plot twist tiba-tiba terjadi. 
Saya yang belum berhasil menidurkan Ruby keluar kamar, dan mendapati Atha tidak melanjutkan kegiatan makannya. 
Saya kembali berbicara kepada Atha, memintanya untuk melanjutkan makan. Tetapi dia menolak. Saya juga menyampaikan kalau Atha tidak makan nanti Atha akan lapar. Tetapi tidak juga berhasil.

Lalu datanglah mbah Uti dengan kalimat pamungkas:
"Bawa sini piringnya, uti suapin"

Sekian dan terimakasih.

---
Hari ke 3 tantangan kemandirian makan sendiri belum berhasil dilaksanakan. Berarti target konsistensi makan sendiri belum tercapai.

Besok saya harus mencoba kembali untuk membiasakan Atha agar mau makan sendiri.

Jumat, 02 Oktober 2020

Zona 2 Hari ke-2 : Mengikuti Proses Makan Sendiri

Hari ini sejak pagi saya berusaha melakukan sounding kepada Atha.
"Setelah mandi, nanti Atha makan yaa.."
"Atha makan sendiri, nggak disuapin umik,"

"..." , tidak merespon..wkwkwk

Di hari ke-2 ini saya masih mengambil topik makan sendiri bagi Atha. Setalah mandi pagi dan ganti baju, di luar dugaan Atha langsung setuju untuk sarapan, dengan makan sendiri.

Terlalu mudah..ini.mencurigakan..

Nasi di piring sudah tersaji. Sendok sudah disiapkan.
"Atha mau makan nasi putih aja!"
Hmm..mm..umik berpikir, yowes sudahlah..lanjutken!

Sambil tawar menawar akhirnya Atha sarapan nasi putih, dengan tepung tempe goremg dan kuah lodeh, ha-ha!
Atha makan sambil nonton TV, yang membuat waktu makan menjadi lama sekali. Bisa dibilang nyuapinnya sambil bengong..sesekali saya tidak tahan untuk tidak komentar. 
"Cepat sikit lah Atha, dikunyah itu nasinyaa..sambil makaaan" 

Pelan tapi pasti, ternyata nasi di piring habis juga. Akhirnya tantangan makan sendiri di hari ke-2 dapat dilaksanakan dengan baik! Horee, hari ini lebih baik daripada kemarin.

Ingin sukses apa lagi ya besok?

Besok masih ingin membiasakan makan sendiri, minimal 1x dari 3x waktu makan.
Semoga sukses lagi!



Zona ke-2: Melatih Kemandirian Anak

Setelah 2 minggu rehat, kini tantangan 15 hari kembali di mulai. Kali ini temanya tentang melatih kemandirian anak. Menarik, kan?

Saya berpikir sejenak, kira-kira kemandirian apa yang akan saya ambil sebagai temuan. Karena banyak sekali tentunya di usia Atha yang ke-4 ini yang harus diajarkan dan diperkenalkan.

Maka hari pertama ini tema yang saya ambil adalah : Makan sendiri

Kenapa Makan Sendiri?
Karena sebetulnya Atha sudah bisa dan mulai mau makan sendiri. Jadi akan lebih baik jika full Atha mampu menyelesaikan proses makan sendiri dengan pendampingan.

Strategi Apa yang saya gunakan agar Atha mau mencoba makan sendiri? 
Saya mencoba menawarkan, "Atha makan sendiri boleh? Umi mau suapin adek, biar kita bisa selesainya sama-sama"

Yhaa..awalnya nggak mau, tapi karena saya lama suapinnya karena tandem jadi akhirnya dia mau makan sendiri🤣

Sukses Apa?
Sukses setemgah jalan, setengah disuapin, setengah makan sendiri.

Apa tantangannya?
Yang paling menantang adalah menahan diri untuk tidak memburu-buru..sabar mengikuti prosesnya, sabar melihat tumpahannya, dan sabar beres-beresnya.

Ingin sukses apa besok?
 Makan sendiri dari awal sampai akhir!