Senin, 18 Februari 2013

Belum genap tiga bulan, dan meskipun semua tampak baik-baik saja masih ada beberapa hal yang belum berada pada tempatnya. Saya seperti terhisap pada sebuah frame waktu. Berulang dan berputar dalam satu momen tanpa pergerakan. Idealisme yang susah payah dibulatkan entah kini berbentuk apa. Mulanya saya berpikir, "ah, ini hidup saya. Siapa lagi yang harus dan akan peduli?" nyatanya kini saya hampir lupa bahwa setiap kehidupan bagaikan sambungan rangkaian listrik. Paralel, dan bahkan sekaligus seri terhadap kehidupan manusia-manusia lain.

Entah sejak kapan saya lupa melakukan, hanya terhenti pada memikirkan. Ratusan bahkan ribuan menit yang saya gunakan untuk berpikir sambil menyabung nyawa di jalanan itu, menumpuk sampai akhirnya menyelip entah kemana. Persis seperti fatwa-fatwa menyentuh yang kau temukan dalam buku, yang hilang begitu saja tanpa sempat dituliskan kembali.

Bagaimanapun hati yang tidak mampu terus sok-bebal, mengiyakan logika kepala. Ada yang tidak pada tempatnya. Bahwa hidup seorang manusia tidak seharusnya terpaku pada satu tembok. Bahwa manusia tidak hanya berurusan dengan dirinya dan Tuhannya saja.

Oh ya, ini sudah lewat tengah malam. Dan bisa jadi setiap pikiran di "jam-bego" seperti ini lebih terdengar seperti racauan daripada perenungan. Tapi tulisan ini dibuat dalam kondisi kesadaran dan kesedihan 50:50. Tentang cita-cita yang belum sampai, dan setiap yang belum dapat dibagi dengan manusia lain. Jadi, saya insyaAllah akan berusaha.