Jumat, 25 Oktober 2013

Suatu Hari Nanti

Bicara tentang cita-cita, jika dingat-ingat lagi rasanya cukup menggelikan. Dulu sekali, ketika masih kecil, jika ditanya tentang cita-cita saya akan menjawab: "Pengen jadi pedagang semangka", kenapa? karena saya sangat menggandrungi semangka saat itu. Setelah duduk di bangku sekolah, mulailah konsep cita-cita sedikit demi sedikit saya kenal. Masih ingat kan, waktu zaman SD dulu sedang sangat nge-trend buku diary lucu-lucu? Pilot, astronot, dokter, menjadi profesi yang paling sering di tulis di bagian biodata ketika mengisi diary baru seorang teman. Hingga ketika SMP dan SMA cita-cita secara spesifik tidak lagi bisa saya katakan. Apa yang saya inginkan di masa depan nanti? ingin jadi apa? sesaat menjadi pertanyaan yang kalau bisa sih dihindari jauh-jauh. Astronot, pilot, dokter menguap. Pikiran tentang jurusan apa yang harus diambil di PTN mendominasi kepala. Tidak ada lagi 'mau jadi apa' yang ada adalah 'masuk jurusan apa', 'universitas mana'. Saya tetap tidak bisa memutuskan sampai di akhir bangku SMA Hingga di awal semester terakhir saya memutuskan, saya akan masuk ke Fakultas Seni Rupa dan Desain, di Institut yang katanya Terbaik Bangsa.

Menjadi desainer selalu saya pikir adalah pilihan yang menyenangkan. Dengan tekad bulat dan kekerasan kepala yang luar biasa, saya memilih untuk berada di sini. Meskipun dari awal tujuan di kepala saya adalah ingin memiliki offset, percetakan. Yang bisa mencetak buku-buku dengan cover lucu, yang selalu ketika disebut oleh bapak saya terdengar tidak bergengsi, "pengen punya offset cetak undangan". Saya selalu dongkol dalam hati dan memilih menghindar jika obrolan tentang offset itu diangkat ke permukaan. Dan nyatanya, kini saya tertarik juga untuk nyemplung di usaha percetakan undangan, meskipun bukan dalam skala industri.

Dan suatu hari nanti itu telah menjadi hari ini. Saya yang sekarang adalah seorang desainer produk di perusahaan di bidang art-craft. Meskipun begitu, saya selalu saja segan menyebut diri seorang desainer. Dan hari ini, saya selalu saja kesulitan menjelaskan pada orang-orang yang bertanya apa pekerjaan saya, apa yang saya kerjakan. Masih sedikit orang yang bisa mengerti bahwa profesi tidak hanya menjadi dokter, insinyur, guru, maupun pilot. Apalagi desainer yang tidak hanya mendesain iklan, poster, iklan, film, kereta api, interior, mobil dan pesawat. Ada desainer yang mendesain art-craft, craft, kerajinan. Barang-barang kecil yang masih saja dianggap sebelah mata, tidak disadari keberadaannya. Saya desainer art-craft, yang selalu dibilang orang pekerjaan mudah dan ditanyai, "mengapa tidak mendesain yang lebih hebat seperti mobil atau kereta?". Jawabannya mudah, "Saya tidak suka,", dan apakah berarti pekerjaan saya ini tidak penting di muka bumi? bukankah Allah menyukai keindahan? dan desianer menciptakan keindahan dan kemudahan. Biarpun hanya lewat sebiji plakat, sebuah kotak, ini adalah salah satu jenis profesi.

Terlepas dari tentang hanya desainer, ada lagi yang tentang hanya perajin. Jika suatu hari nanti saya berpindah hati menjadi seorang perajin, apakah pula hal ini menjadi sesuatu yang sangat disayangkan? Mungkin bagi beberapa orang. Bagi saya menjadi perajin adalah menjadi seorang yang rajin *yah.., hehe. Akan sangat seru sepertinya menjadi seorang perajin. Dan demi untuk mengawinkan hobi kumpul-kumpul saya yang selama ini jarang terealisasi, sepertinya akan menjadi hal yang luar biasa menyenangkan. Satu lagi cita-cita saya setelah kini berusia kepala dua, sederhana saja, crafty days di kota kelahiran. Craft comunity, crafty days, entrepreneur community, bersama para teman-teman di sana nantinya, saya akan mengejar cita-cita menjadi designpreneur, istilah yang jika tidak ada ini harus diada-adakan, hehe. Dikepala saja bertumpukan ide-ide seru tentang hal ini, meskipun pasti dalam pelaksanaannya tidak aka sedikit halang-rintang. Tapi apa asyiknya jalanan tol lurus mulus tanpa belokan? insyaAllah apapun akan bisa jika berusaha.

Suatu hari nanti, di hari minggu yang cerah. Crafty days itu akan ada, bersama saya, bersama kita. Kita membuat, kita mendesain, kita berkumpul, kita berbagi, kita bercerita. Yah, dari pada nonton FTV kan ibu-ibuuu..yuk ah mari kita buat saja ini crafty days. Boleh jika dberi kesempatan saya menjadi ketua panitia, catet, amini ya malaikat :).

Kamis, 24 Oktober 2013

Es Pe En

Pict: http://www.confetti.co.uk
Ketika menemukan gambar ini, tagline-nya tiba-tiba terdengar begitu menarik "Countdown to  your wedding". Saya memang dengan sengaja ingin menuliskan terkait countdown to 'this things you-know-what" karena bagi angkatan saya, saat ini topik menikah dan pernikahan sedang sangat naik daun. 

Bagaimanapun, hal tersebut sangat berdampak pada kehidupan pribadi maupun sosial seseorang di usia 20-an. Saya sendiri saat ini sedang berada di-awal-menengah- usia 20-an, dengan berbagai pertanyaan "Sudah punya pacar belum?", "Kapan dikenalin pacarnya ke kita?", hingga "Kapan menikah?" yang santer dimana-mana. Sebelum akhirnya ada yang bertanya, "Mau nggak, nikah sama aku?" #tsaaahhhh..saya merasa sangat perlu untuk mengambil ancang-ancang menuju pernikahan. 

Akhirnya, dalam rangka mempersiapkan keberhasilan menuju pernikahan yang entah kapan tiba masanya, daripada galau tak berujung mari kita bersiap. Saya memilih memulai dengan mempelajari teorinya dulu. Pernikahan adalah sebuah awal perjalanan, bukan akhir muara. Di dalamnya setengah iman yang digenapkan oleh ijab qabul diuji keteguhannya. Ia adalah sebuah perjanjian suci, yang menghalalkan apa yang sebelumnya haram bahkan menjadikannya ibadah yang mulia. Nah, untuk itu bekal sangat perlu dicari dan dipersiapkan. Sebelum bekal jodohnya diberikan sama Allah, yasudah cari bekal ilmunya dulu, hehe. Mulai bulan Oktober ini saya telah memantapkan niat untuk mengikuti Sekolah Pra-Nikah. Bukannya saya sudah mau menikah bulan depan atau dua bulan depan, tapi ya siapa tahu Allah kapan akan mempertemukan? 

Dalam rangka membagi ilmu dan memantapkannya di kepala, tulisan mengenai Sekolah Pra-Nikah (SPN) InsyaAllah akan diposting agar ilmunya tidak hanya mandeg di buku catatan dan pikiran saya. Sebelumnya sudah ada beberapa teman yang juga menuliskan tentang hal yang sama di SPN angkatan sebelumnya, insyaAllah nanti di link-kan agar bisa menjadi referensi.  Semoga Allah memberikan kelancaran dan menjauhkan dari rasa malas untuk menuliskan tentang SPN di sini.