Senin, 31 Desember 2012

Datang dan Pergi

Angka tahun sekejap hendak berganti.
Ada yang akan datang mungkin, tapi yang sudah pasti akan ada yang pergi.
Esok pagi ketika matahari tepat muncul di pagi pertama, hari pertama di jeda hitungan yang baru, kamu, aku atau siapapun akan saling melepas.
Entah dalam langkah yang mengiring,  namun yang pasti lantunan doa lah yang akan membumbung ke langit.
Dengan atau tanpa tetesan air mata, akan ada yang datang dan akan ada yang pergi.
Entah harus pada awal atau penghujung masa, semua pasti akan terjadi.
Berapa banyak hari yang kita tertawakan atau tangisi.
Tapi semua hanya hitungan waktu dan deretan angka yang akan berlalu.
Pastikan dalam setiap hilangnya terdapat jejak berarti, bukan hanya untuk kita, tapi untuk semua.
Kita akan masih saling beriringan meski tidak bersisian.
Sebanyak dan seberat apa semua hal yang kita miliki, adalah sebuah hal yang tak sedikitpun berat untuk terus dibawa.
Aku, kamu, kita atau semua, dan segala hal yang telah kita lalui.
Selamat menjejakkan langkah baru di hari yang baru.

Untuk Muti, sahabat tujuh belas tahun dan semoga selamanya. Stay strong, selamat berjuang dimanapun. Terimakasih atas segala hal yang telah kita lakukan bersama :)








Selasa, 25 Desember 2012

Menurut Lo, Ini Piknik?

Kisah pelarian dua pejuang TA dan seorang calon pejuang TA. Di tengah masa pengumpulan data, dengan meninggalkan laporan yang terlantar di kosan. Ini adalah kisah hampir satu semester yang lalu...

Skip lah dengan segala cerita tentang bus yang berangkat pukul 07.00 pagi meskipun kami sudah standbay sejak pukul 05.30. Atau adegan diteriaki kernet bus yang salah paham atas gelagat -pengen ke Indomaret- sebagai -Iya bang, kita mau naik-. Serta perjalanan dibawah langit biru cerah yang super terik. Ini cerita setelah kelaparan terlambat makan siang.

Ya, saya yang palin bersemangat pergi ke Cirebon untuk jalan-jalan dan makan-makan. Yang paling semangat mencari rute kendaraan umum sejak dari Bandung hingga akses transportasi di sana. Mendaftar termpat wisata dan makanan khas di agenda. Menurut Lo ini piknik? haha..peduli amat! Sweet escape ditengah badai asistensi menuju preview selanjutnya.

Perlu diketahui, sejak awal saya begitu ngiler ingin mencicipi empal gentong, nasi jamblang, dan beberapa makanan khas Cirebon lainnya. Maka begitu urusan bengkel-membengkel selesai, kami segera menuju warung rekomendasi yang katanya menjual empal gentong dan nasi jamblang yang mantab jaya. Yess, wisata kuliner dimulai!

Setelah beberapa saat mencari-cari warung yang dituju, rupanya nasib baik belum mau berkompromi. Gagal sudah menuju warung rekomendasi karena kami bertiga have no clue sedang di mana dan menuju ke mana. Jadilah kami makan nasi jamblang di warung kaki lima yang bahkan dipilih secara acak berdasarkan variabel rame-atau tidaknya warung tersebut. Kalu rame kita hengkang, terlalu lapar untuk mengantri berebut piring kosong.

“Carilah pengabulan doa pada saat bertemunya dua pasukan, pada saat iqamah shalat, dan saat turun hujan.” (HR. Al-Hakim).


Read more: http://nuurislami.blogspot.com/2012/12/bersyukur-dan-berdoa-adab-muslim-hadapi.html#ixzz2G3tttFE4

Konsentrasi 'menggarap' nasi jamblang ;p

Kita, yang sama sekali tidak tahu menahu apa itu nasi jamblang, sempat ber -ooh- ria ketika melihat deretan baskom berisi berbagai macam lauk yang terhampar di atas meja. Sebenarnya saya juga masih nggak ngerti nasi jamblang itu apa bahkan setelah habis melahap satu porsi, haha. Yang jelas, pokonya ada nasi yang dialasi daun jati ketika dihidangkan, terus ada macam-macam lauk dari tahu tempe telor ati ampela dan lain-lain serta berbagai sayur bersantan berwarna dominasi merah-oranye itu yang dengan takut-takut saya cicipi dulu, inspeksi pedas atau tidak, hehe.

Setelah kenyang, kami bertolak menuju lokasi piknik yang terjangkau dari warung nasi. Tampak nggak niat banget ya pikniknya? hahah..maklum lah, hari semakin sore dan kita kehabisan waktu. Akhirnya kami memutuskan untuk menuju keraton Cirebon via angkot. Setelah sampai, ternyata keraton-nya sunyi senyap. Tapi yasudahlah, lanjut saja..dengan ditemani sorang guide yang menjelaskan panjang lebar cerita tentang keraton dan isinya kami mulai berkeliling.

Sebenarnya saya sudah lupa nama bagian-bagian keraton. Berikut beberapa foto yang pastinya tanpa penjelasan detail =_=, yang sempat diambil dalam perjalanan tersebut.




Sedikit yang saya ingat tentang batu pada foto di bawah. Pokoknya waktu itu kami diminta untuk mencoba mengukur panjang batu dengan jengkal. Dan memang dicoba tiga kali dengan tangan yang berbeda hasilnya juga berbeda. Lha terus? yah saya juga lupa kenapa. Yang jelas konon, hasil pengukuran tersebut bisa digunakan untuk mengetahui nasib kita kedepannya. Saya cuma cengengesan saja mendengarnya. Bagi saya nasib itu sepenuhnya ada pada ikhtiar kita dan ketentuan Allah :).

Selain fenomena 'mengukur batu' ada juga sumur yang konon airnya jika digunakan untuk membasuh muka akan menjadikan wajah awet muda. 


Ada juga kereta kencana yang menurut saya kondisinya kurang terawat. Bisa dilihat juga pada foto, selain berada di tempat yang cukup terpencil, kereta yang konon juga keramat ini hanya ditemani dedaunan yang alpa disapu serta bekas tanah becek di sana-sini. Padahal bisa jadi, kereta ini peninggalan sejarah yang penting dan bernilai tinggi.


Terakhir adalah bangku batu di taman depan yang katanya juga tidak kalah mistis yang saya lupa lagi kenapa bisa jadi mistis.



Di akhir perjalanan ada gapura yang membuka jalan menuju sebuah situs mirip candi tapi berukuran kecil.  Setelah ini, kami segera mengakhiri perjalanan singkat di Cirebon dan kali kembali ke dunia nyata. Oh iya, dalam perjalanan pulang kami sempat oper bus karena, bus yang kami tumpangi mogok di jalan. Sekian catatan perjalanan menuju Cirebon di tengah badai TA.


Jumat, 14 Desember 2012

sumber: jimmz.wordpress.com

Ini katanya foto sebelum puncak Mahameru. Kata orang, apapun bisa terjadi di gunung, ketika naik gunung, sifat asli seseorang akan muncul. Dan konon, kebersihan hati menjadi salah satu faktor penting untuk bisa menememukan jalan menuju puncak. Mungkin karena gunung itu posisinya tinggi, jadi lebih dekat pula dengan yang Maha Tinggi. 

Ya Allah, tahun 2013 ini saya ingin merasakan luar biasanya pengalaman mendaki gunung. Ini bukan resolusi yang terlambat atau terlalu cepat, hanya sebuah doa yang terbersit berkali-kali di kepala sepanjang beberapa tahun terakhir. Jika memang rezeki, kabulkanlah dengan cara yang terbaik Ya Allah. 

Kamis, 13 Desember 2012

Curhat: Ujian Kenaikan Tingkat

"Anggap saja ini ujian kenaikan tingkat,"
Ujar ibu kos sambil tersenyum dan meninggalkan saya nyengir di dapur. Pagi hari, sangat pagi bagi ukuran saya yang biasa memulai mengangkat piring pukul sembilan ini.

Menjalani rutinitas setelah hampir satu semester penuh, atau tiga tahun terakhir bahkan? hidup saya tidak ada yang rutin, rasanya adalah..sesuatu banget. Allah memberikan saya kesempatan menimba pengalaman di sebuah tempat baru dengan orang-orang yang hampir seluruhnya baru, meskipun dengan pekerjaan yang relatif sama. Dan semuanya terjadi begitu saja, begitu cepat dan sulit diatasi, haha. Bahkan hingga saat ini, kemampuan saya untuk beradaptasi masih begitu rendah, bisa dibilang tersengal-sengal kalau diibaratkan berlari.

Mengarungi lautan manusia setiap pagi rupanya bukan perkara mudah. Belum lagi kesaktian saya mengendarai motor belum seluruhnya pulih. Dibutuhkan kehati-hatian yang sangat ekstra, serta stok doa yang juga ekstra untuk bisa terus melaju -sedikit kencang- setiap harinya, pagi dan sore. Mengulang prolog yang ditulis di awal, bahwa semua ini anggap saja sebagai ujian kenaikan tingkat. Meskipun saya hanya bisa nyengir sambil cuci piring setelah gubrak-gabruk menyiapkan sarapan dan bekal, tapi sembari mencucui piring entah mengapa jadi terpikirkan. Iya ya, hidup kan terus berjalan..pasti ada kondisi baru dan tantangan baru.

Dengan status baru, tanggung jawab baru, dan peran yang baru, pasti akan ada hal yang berubah, tingkat kesulitan yang berubah, serta perubahan-perubahan lainnya. Bukankah dinamika tersebut yang justru membuat kita semakin 'hidup'? Jika semua dipandang sebagai masalah, tentu seorang manusia hanya akan disibukkan dengan ketakutan dan perasaan terbebani. Hmm..kalau begitu anggap saja ini wahan baru, tantangan baru. Ketika terdapat sebuah tantangan, maka akan ada upaya untuk menghadapi tantangan tersebut. Dan hasilnya, ketika berhasil menaklukan sebuah tantangan, maka tanpa diisadari seorang manusia baru saja berhasil menyelesaikan 'ujian kenaikan tingkat' untuk menjadi seorang manusia yang lebih baik.

Memang tidak ada lagi sarapan sambil leha-leha nonton running man, atau menyimak berita di Yahoo. Tidak ada lagi "jam berapa aja, gue bisa kok," serta hak-hak prerogatif lainnya seperti sebelumnya. Tapi dengan begini jadi harus belajar tanggung jawab, mengatur waktu, menentukan skala prioritas, menata hati, dan banyak lagi pastinya. Setelah dipikir-pikir lagi sangat seru sekali hidup ini :D. 

Meskipun masih harus banyak yang diperbaiki di sana-sini, insyaAllah semua bisa diatasi. Menormalkan hari-hari liburan mungkin masih belum seluruhnya. Tapi semuanya adalah sebuah proses pembelajaran. Meskipun agak sambil nyengir bilangnya, tapi tetep lah..everyday is holidaaay ;p




Sabtu, 10 November 2012

Hari Menggambar Muka




KODIR



Terimakasih Sudah Berkunjung :D


Terimakasih sudah mengunjungi rafikahasna.blogspot.com. Berkat kunjungan Anda semua, hari ini pengunjung blog saya mencapai 4000 orang! Norak ya sampai diposting segala? hehehe..tapi bagaimanapun saya terharu. Meskipun sudah dua tahun dan baru 4000 orang, yang berarti tidak banyak dilirik ini, tetap saja rasanya sesuatu banget.  Yang lebih mengherankan adalah ternyata saya masih bertahan untuk menulis, meskipun lebih sering bertopik "apapun" dan "menyampah" selama hampir dua tahun. Hmm..insyaAllah akan selalu ditingkatkan baik kualitas maupun kuantitasnya. Semangat blogging! :D

Karya iseng: AVATAR GALAU


Sudah lama sekali tidak iseng seperti ini. Hampir lupa rasanya excited diapresiasi dengan sekedar ucapan "lucuuu,", atau "aku mau dibikinin" yang meskipun semakin merepotkan, haha. Kemarin tiba-tiba kangen teman-teman lama. Menggambar avatar mereka, sambil membayangkan bentuk muka, senyum mereka, potongan rambut, warna kesukaan, rasanya "seneng-seneng miris". Betapa tidak? pertemuan kami biasanya tak lebih dari setahun dua kali. Bertukar kabar pun sering tak sempat, hmm..teman macam apa saya ini..hehe

Beberapa tengah atau telah berkutat dengan tugas akhir. Beberapa sudah menjadi sarjana, ada pula yang sedang menjalani fase peralihan menuju keprofesian, dan ada pula yang...sedang memiliki banyak sekali waktu luang untuk membuat avatar sahabat-sahabatnya. Yang jelas, hampir semuanya terpisah dalam kota yang berbeda, menghadapi permasalahan berbeda dan berbagai perbedaan-perbedaan lainnya. Seru bukan? 

Semoga Allah melindungi kalian semua dimanapun kalian berada temans. :D

Kamis, 01 November 2012

Di Salah Satu Tepian Lapangan Lanud Sulaiman

Lapangan Lanud Sulaiman, Januari 2012
Suatu sore di tepian Lanud  Sulaiman, Bandung. Ditepi kemacetan jalanan Kopo ketika para suporter Persib memadati jalanan menuju Stadion Jalak Harupat. Ditepian lapangan Lanud Sulaiman, di belakang lapisan terluar penonton pertandingan adu domba, di belakang kerumunan anak-anak kecil yang mengantre jajanan di gerobak. Pemandangan sambil menggenggam wadah plastik es krim cincau, di lapangan pertunjukan adu domba. #Januari 2012.

Rabu, 31 Oktober 2012

Langit Biru

Langit cirebon, Maret 2012

Langit di atas Suramadu, 2010

Langit di atas Suramadu, 2010

Langit di atas Suramadu, 2010

Selasa, 30 Oktober 2012

Titik Hujan Terakhir

Hujan.

Musim yang paling kusukai sekaligus kubenci. Tahu kenapa? karena hujan akan selalu mengingatkanku kepadamu. Malam ini Bandung kembali diguyur hujan, deras sekali. Seperti saat terakhir kali aku bertemu denganmu tahun lalu. Aku selalu suka hujan sekaligus membencinya. Aku selalu suka ketika lelehannya membasahi setiap inci tubuhku ketika aku menangis menggigil, menyamarkan setiap kepingan hatiku yang ikut luruh jatuh menghantam tanah. Aku benci karena hujan selalu datang bersamaan ketika hatiku hancur.

Tahun lalu, Oktober juga kita sempat bertemu. Kau terdiam lama terpekur menatap tanah, mendiamkanku yang menatap penuh tanya. "Maafkan aku," katamu. Kata pertama yang terbata kau ucapkan sejak pukul tiga kita bertemu. Aku masih menatapmu dengan penuh tanda tanya, saat itu kurasa akan terjadi sesuatu yang salah. Benar saja, sepuluh menit kemudian semuanya selesai. Mengakhiri setahun penuh penantianku dalam percakapan-percakapan tengah malam kita, rindu-rindu yang terdiam di udara, dan tentunya cerita-cerita sejak tiga tahun lalu, sebelum kau memutuskan mengejar mimpimu di ibukota. Tahukah kau satu yang kusesali, harusnya saat itu aku bilang saja, aku cemburu pada ibu kota, nyatanya kini ia benar-benar merenggutmu. Tahukah kau? untuk pertemuan kita sore itu, aku mematut lama di depan kaca. Lima kali mengganti baju, lima kali pula mengganti kerudung. Aku menduga-duga, pasti ada yang istimewa hingga kau mengajakku bertemu di taman kota di hari Sabtu. Bukan long weekend, saat itu aku menduga pasti kau sangat merindukanku. Aku bahkan disangka gila karena beberapa kali terpergok tersenyum simpul sendiri di dalam angkot tanpa lawan bicara, tapi siapa peduli? aku akan segera bertemu lagi denganmu.

Benar saja. Rupanya benar ada yang istimewa sore itu. Selain hujan pertama sepanjang tahun mengakhiri kemarau panjang, ada yang lain yang juga turut berakhir. Aku, kamu dan empat tahun pertemuan kita juga turut berakhir bersama dengan hujan pertama di bulan Oktober. 

"Kenapa.."

Hanya satu kata yang waktu itu bisa keluar dari bibirku yang bergetar, kerongkonganku seketika terasa kering, mataku berkedut menahan air mata yang semenit kemudian tumpah ruah tanpa suara. 

"Kurasa, aku tidak bisa lagi membendung jarak di antara kita..." ucapmu pelan masih tanpa menatapku.

Aku begitu heran dan tidak mengerti, jarak Bandung-Jakarta hanya sepelemparan batu. Dan ya, harusnya aku mulai menyadari berapa kali kau rela menyempatkan datang menemuiku dalam jarak sepelemparan batu itu. Yang nyatanya seingatku bahkan lebih sedikit dari berapa kali aku mengganti bajuku untuk menemuimu sore ini. Aku bahkan tidak sempat berpikir untuk menuntut penjelasan lebih darimu. Aku terlalu sibuk berkata pada diriku jangan menangis sekarang, tidak ketika kau masih di depanku. Dan saat itupun aku gagal menahan tangisku yang pecah tepat ketika kau menatap mataku untuk pertama kalinya sore itu.

Kita tidak pernah menyelesaikan pembicaraan yang seharusnya akan menjadi panjang. Hujan mengakhirinya lebih cepat dari yang kubayangkan, atau mungkin juga yang kau bayangkan. Rintik yang perlahan menjadi deras seperti menjadi jeritan peluit yang menandakan waktu kita telah habis. Aku bahkan tidak ingat apa yang kuteriakkan untuk mengusirmu dari hadapanku. Sepertinya aku sempat memintamu untuk tidak pernah kembali menemuiku. Dan kau menepatinya hingga hari ini, setahun lebih dua puluh hari. Aku menghintungnya? ya, tentu saja. Hujan memberiku cukup waktu untuk berdiam dan menghitung berapa lama aku menangisi dan mengutukimu.

Hujan berangsur mereda. Berarti sudah hampir habis waktuku mengingatmu malam ini. Untung saja hujan di sini tidak pernah lama. Sejenak deras sejenak reda, setidaknya hujan masih berbaik hati untuk tidak lebih lama lagi memaksaku mengingat dirimu. Bersama titik hujan terakhir malam ini, aku menghitung hari. Membiarkanmu benar-benar pergi.

Minggu, 28 Oktober 2012

Sajak Bangun Tidur

Sajak-sajak gelisah menyelinap pelan lewat gemerisik angin.
Ada banyak lalu lalang ceracauan yang membuat pagi indah ini menjdai sontak tidak tenang.
Seliweran patahan asumsi dan kekhawatiran memblokade jalanan yang semula ramai lancar.
Satu dua larik cerita kepahlawanan, ambisi, dan pertanyaan-pertanyaan tentang jati diri.
Satu persatu melekat merapat membungkus erat membuat sesak.

Sejenak aku berontak meminta waktu untuk sejenak berhenti.
Meminta sedikit saja ruang yang lebih besar agar dapat beringsut barang satu sepersekian milimeter.
Tarikan napas dalam pelan terhembus seiring lalu lalang kalimat yang mereda di kepala.
Setengah terkaget aku melihat ada yang tiba-tiba terjulang.
Dengan pijakan rapuh yang sedikit demi sedikit minta ditambal dengan keyakinan.

Sajak-sajak kemenangan tetiba mengalun meyelinap di antara lipatan-lipatan daun yang bergemerisik.
Mendengung di kepala menguntai notasi yang semakin lama dapat dicerna.
Aku mengenalinya justru dalam gelap sesaat ketika memejamkan mata.
Menghentak jantung memekakkan hati yang sejenak lalu tergagu dalam bisu.
Untuk bangkit, dan kembali melaju.

Sabtu, 27 Oktober 2012

DIY Bracelets: Chains, Charms and Suede!

Yeaa...sudah sejak lama sebenarnya memendam keinginan untuk membuat gelang-gelang sendiri. Pada dasarnya saya suka memakai gelang. Mulai dari yang cuma sehelai benang warna-warni, manik-manik kayu, kulit, sampai terakhir mencoba rantai. Acara berburu gelang sebenarnya tidak pernah ada dalam agenda, tapi kalau sedang bepergian dan berada di toko souvenir entah kenapa hasrat untuk membeli barang satu biji gelang tidak pernah bisa dihindari! Jangan salah menduga akhirnya gelang saya bertumpuk, karena saking cerobohnya saya kebanyakan hasil perburuan tersebut justru lebih sering hilang tertinggal entah dimana.

Nah, beberapa minggu lalu terbersit sebuah ide untuk membuat gelang sendiri. Saya sedang memiliki waktu luang, kenapa tidak mencoba membuat gelang sendiri? akhirnya dengan semangat '45 saya berangkat dan membeli beberapa bahan :D.

Dapat! setelah berkeliling, saya memutuskan untuk membeli beberapa jenis rantai dengan warna yang agak sulit didefinisikan, hehe. Beberapa bandul berbentuk aneh, serta tali kulit warna-warni. Setelah seharian mengutak-atik dan memadu-padankan seluruh bahan-bahan, akhirnya jadilah beberapa gelang yang cukup oke juga, lho! Berikut adalah beberapa foto Do-it-yourself bracelets yang sudah saya buat :D

Yang ini hanya bermain dengan bahan rantai dengan dua ukuran yang berbeda. Charms yang dipakai berbentuk gajah, agak narsis ya? haha..cuma lucu-lucuan kok ;p.


Charms berbentuk gajah ini saya beli satu paket dengan isi dua set. Masing-masing set terdiri dari satu buah gajah besar, satu buah gajah kecil serta satu bentuk ornamen yang entah merujuk pada apa. Alhasil pada gelang berikutnya saya masih ayik bermain dengan charms berbentuk gajah. Masih juga dengan rantai, kali ini saya mengkombinasikan bahan rantai yang berukuran besar dengan tali kulit berwarnah merah hati. Hasilnya adalah sebuah perpaduan yang sangat saya suka! Perpaduan warna rantai dan kulit merah hati menghasilkan image yang cukup elegan, hehe. Pada gelang kedua ini, yang cukup sulit adalah merapikan kepangan yang menyatukan kedua rantai. Berkali-kali saya membongkar tali kulit karena ada yang terlewat atau sekedar tidak rapi hingga akhirnya benar-benar memuaskan.



Meskipun memakan waktu yang cukup lama untuk membuat gelang sendiri, serta harus kerepotan dengan berbagai perintilannya seperti tang dan kuncian, tapi tentu saja bisa membuat gelang sendiri adalah sebuah kepuasan tersendiri. Bahan ekstra yang harus disediakan dalam ber-DIY ria adalah tentu saja stok kesabaran yang tak terbatas, hehe. Apalagi bagi saya yang selama ini ogah repot, dan super malas ribet, membuat pernak-pernik DIY seringkali hanya wacana. Tapi, nyatanya, kalau ada niat dan dimulai dengan tindakan nyata, susah berhenti karena terlanjur asyik. Jadi, tertarik untuk mencoba membuat DIY bracelets juga? Selamat mencoba! :D



Selasa, 23 Oktober 2012

Garam Mandi

Hari ini adalah kunjungan kedua saya ke dokter tulang, yang seharusnya masih dua hari lagi. Terlalu rajin bukan? haha, bukan apa-apa..hanya saja balutan kain di kaki sudah mulai longgar dan rasanya useless saja, buat apa memakai perban kalo masih gerak-gerak nggak terkontrol.

Awalnya, berpegang pada ucapan pak dokter hampir dua minggu lalu "dua minggu lagi bisa dilepas, ya", saya dengan semangat '45 berharap segera lepas dari cengkeraman berat gips di kaki. Seminggu terakhir saya sudah penuh inisiatif belajar napak-napak, jalan pakai satu kruk dan terapi-terapi sotoy lainnya termasuk mengabaikan teori elevasi ketika tidur harus diganjal dua bantal -ini sama sekali nggak inget dan nggak pernah saya lakukan- 

Coba tebak apa yang pak dokter bilang sore tadi..

" Wah, memangnya sudah dua minggu ya?"
"Eh, belum sih, Dok..dua hari lagi harusnya,"
"Hmm..ini pertumbuhan jaringan lunaknya baru bisa dilihat dua minggu lagi, mulai sekarang belajar jalan pakai dua kaki ya. Kruk kedepanin, kaki kiri maju, kaki kanan maju, harus sejajar, " ucap Beliau sambil mencontohkan.

Glek. Ehh..
"Cobain ya,"

Percobaan jalan pertama pakai kruk udah gagal total. Metode yang saya gunakan selama ini sangat salah, hahaha. Berkali kali saya diingatkan, "Kruk kedepanin, kaki kiri maju, kaki kanan maju, harus sejajar, "
"Yah, dok..kemarin saya sudah belajar-belajar napak, dan beberapa kali sempat jatuh pula," sambil mengkerut takut dimarahin.
Pak dokter cuma tersenyum agak aneh yang mungkin kira-kira sambil bilang dalam hati "yaelah nak, apaan deh sok-sokan banget belum waktunya kaliiii," lantas menyahut sambil masih tersenyum, "nggak papa, area patahannya nggak terlalu luas,"
Huffft..saya menarik nafas lega.

Beberapa menit kemudian Pak Dokter menyahut, "Ini seminggu lagi belajar pakai satu kruk ya,"

Heee...kenapa seminggu lagi masih pake kruk juga?? bengong dalam hati."Kira-kira satu bulan lah, bisa mulai dilepas buat jalan," sambungnya lagi.Saya tersenyum agak takjub sambil berpikir, "Lama amat sebulan lagi baru bisa belajar jalan lagi. Pupus deh harapan mau pulang akhir bulan,"

Adegan di Rumah sakit berakhir. Lantas di mana bagian garam mandi-nya?
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Kosan.

Saya sudah mencapai anak tangga teratas di depan kamar. Niken masuk ke kamar dan beberapa saat kemudian keluar sambil berseru "Hey, lihat aku beli apa!" ucapnya sambil senyum-senyum tengil. 
"Apaan???,"

"Garem mandiiii!! kan katanya minggu ini gips-mu udah boleh dilepas. Jadi kemarin aku beli garam mandi buat ntar merendam kaki," Ucapnya sambil senyum-senyum.

Dan setelah itu saya tersenyum. Melting.

Bagi saya, itu sangat so sweet

Minggu, 21 Oktober 2012

Your Portfolio Is YOU


Hampir tiga bulan sejak saya resmi menggugurkan gelar mahasiswa terhitung sejak 14 Juli lalu. Feel free? Yes, absolutely!, selanjutnya pandai-pandai saja bersilat lidah menjawab pertanyaan yang bertubi-tubi seputar keprofesian: "Sudah kerja di mana sekarang?", "Rencana kedepannya mau ngapain?", pertanyaan yang cukup wajar sebenarnya. Hanya saja, lama-lama kecut juga memikirkan jawaban terbaik ;p.

Pada dasarnya saya sangat ingin menjadi jobmaker, bukannya jobseeker. Guess why, tentu saja karena itu pasti akan terdengar sangat keren bukan? haha, bercanda. Tapi nyatanya, atas pertimbangan banyak hal, akhirnya saya mencoba menghalalkan upaya mencari kerja sembari terus berusaha menjadi jobmaker. Menjadi jobmaker itu benar-benar sangat tidak mudah, bold and underlined. Lantas apakah saya berarti telah menyerah? oh..tunggu dulu, ini hanya langkah yang cukup bijak untuk mendulang modal dari sektor lain. Hati saya sudah tertambat pada cerita lain saudara-saudara..

Dan..yang paling penting bagi seorang desainer untuk mendapatkan perkerjaan tentu saja adalah portfolio, P-O-R-T-F-O-L-I-O. Kumpulan karya ini bisa dibilang merupakan rekam jejak dari sepak terjang seseorang di dunia per-desain-an. Terus gue mesti koprol sambil bilang "Wow" gitu? 
ya tentu saja tidak, yang harus dilakukan adalah harus membuat porto (portfolio.red) dengan baik dan benar. Oh wait, BAIK DAN BENAR?

Nah, ini masalahnya. Ketika kembali dibenturkan dengan kata sifat baik dan benar, muncullah sedikit kebingungan di kepala saya. Ya, memang  porto harus dibuat sebagus dan sejelas mungkin. Ada patokan dasar tentang apa yang harus ditampilkan dan apa yang sebaiknya tidak ditampilkan. Tapi mengenai gaya penyusunan, posisi gambar dan printilan lainnya ya bolehlah dimainkan sedikit. Belakangan saya mendapat sedikit kritikan dari seorang senior. Katanya porto saya kurang bermain, cenderung cari aman, tampak kurang percaya diri dan monoton. Errr...OK, terimakasih, masukan yang sangat bagus. Dalam hati saya berkata "WOW, benar sekali tebakan mas ini," karena memang pada dasarnya saya tidak cukup percaya diri dengan porto saya, yang seharusnya merupakan cermin dari diri saya sebagai  (calon?) desainer. Selama ini saya selalu merasa tidak cukup keren jika disebut sebagai mantan mahasiswa jurusan desain-mendesain. Boleh dibilang ini standar dan yaudah sih, mungkin rupanya salah jurusan, meskipun tidak bisa dipungkiri, kuliah saya sangat mengasyikkan. Tapi pelajaran penting yang bisa dipetik dari kisah porto ini adalah : 

Your Portfolio is YOU.

Portfolio menjadi bagian penting untuk bisa mendapatkan pekerjaan sebagai desainer, siapapun butuh bukti nyata apa saja yang telah kita lakukan bukan? bukan hanya racauan konsep tertulis yang bisa betah saya karang hingga dua lembar halaman folio. Porto akan memaparkan secara gamblang karakter seseorang, karakter desain seseorang, seberapa besar passionnya dalam desain dan banyak lagi yang saya tidak tahu sebenarnya, hehe. Hal ini merupakan kenyataan yang tidak bisa diingkari oleh siapapun, termasuk pemalas ambisius yang selalu mimpi jadi bos seperti saya ;p.

Yeahh..saatnya kembali membenarkan porto untuk bisa menaikkan harga jual. Setidaknya harus diusahakan sepenuh hati, kalaupun harus disesuaikan dengan keinginan calon perusahaan, semoga saja saya tidak kehilangan jati diri. 

My Portfolio is Me, and no one can asked me to be someone else. But, I can do better, and make it better. Semangat!! :D

Jumat, 12 Oktober 2012

Broken Leg, NOT Broken Heart

source:http://inklover.wordpress.com

"And the currency for relationship is called sincerity."
..dan mata uang ini berdenominasi tunggal: Ketulusan. (Rene Suhardono)

Kemarin, tanpa diduga dan dinyana saya mengalami kecelakaan kecil. Tertebak dari judulnya, saya mengalami sedikit fraktura di pergelangan kaki yang sampai jam setengah enam petang masih saya kira -retak dikit gapapa lah ya- yang ternyata diklarifikasi dokter sebagai: patah tulang. Memang, nyeri dan bengkak di sekujur kaki saya tidak terlalu parah meskipun cukup membuat saya duduk tidak tenang, apalagi berjalan yang tentu saja tidak bisa, dibumbui sedikit air mata di sela-sela tawa getir ketika harus menggantung kaki untuk ke kamar mandi. Alhamdulillah, dokter yang saya temui sangat menyenangkan dan cukup melegakan ketika saya hanya harus bersabar hingga dua minggu ke depan untuk terbebas dari balutan gips keras dan juga 'lompat kodok' ini.

Lantas, apa hubungannya dengan relationship? -lagi, setelah terakhir saya juga memposting tentang topik ini-

And the currency for relationship is called sincerity.

Ya, ketulusan yang merupakan nilai tukar dari sebuah silaturahmi benar-benar menjadi faktor dominan dalam keselamatan saya kemarin. Terimakasih sebesar dunia dan seluas lautan yang mungkin belum cukup bagi kedua sahabat saya yang setia menemani sejak pagi hingga lepas isya'. Bukan perkara mudah untuk bisa sabar mendorong kursi roda dan menunggui sambil mengantuk di rumah sakit. Siapa yang mau membuang waktunya yang tentu saja sangat berharga kalau bukan karena niat mulia yang tulus dari dasar hati? 

Banyak pelajaran dan hal-hal luar biasa. Tentu saja karena ini adalah pengalaman pertama yang semoga juga terakhir saya mengalami kecelakaan yang berujung pada cedera fisik. Bahkan dengan bodohnya saya masih bisa berpikir: "Bagaimana bisa saya benar-benar jatuh? toh, biasanya Allah selalu membuat saya bisa menghindari situasi bahaya seperti ini," Err..tidak apa-apa, silahkan tertawa. Tapi saya benar-benar sempat berpikiran seperti itu. Kejadian ini membuat saya berkenalan dengan hal-hal baru, excited bermain-main dengan kursi roda, amaze dengan cara kerja gips yang ternyata awalnya berupa selembar busa, dan terlebih mengendalikan emosi jiwa. 

Yang paling luar biasa adalah dalam situasi seperti ini, saya baru menyadari dan mencamkan baik-baik betapa berharganya orang-orang di sekitar saya. Dengan kondisi di perantauan, jauh dari keluarga-yang tentu saja khawatir setengah mati tapi saya sok cool melarang untuk datang ke Bandung- siapa sih yang saya nggak gentar? untung saja, Allah masih membukakan mata hati sahabat-sahabat saya untuk tetap survive ketika saya selalu memanfaatkan situasi dan memasang muka lemah seraya berkata  "ambilin, gue minum," atau "beliin gue makan,". Oke, meskipun dengan beberapa statement "Gue mau ngungsi ahh dua minggu," atau "Lo mesti nemenin gue nonton JKT48 kalo udah sembuh," serta "Awas aja ya ntar kalo lo udah sembuh..tunggu pembalasan gue," Haha, thank's for being Allah's hands to keep me full and peace. 

Ada lagi, kemarin saya disarankan untuk memakai kruk selama dua minggu. Dan dengan baik hatinya Sang dokter mencarikan pinjaman untuk saya. Meskipun pada akhirnya saya tidak jadi meminjam karena kruk punya bapak yang mau dipinjamkan ke saya itu juga pinjaman, maka lebih baik saya mencari pinjaman ke teman saya yang kebetulan punya. Tapi saya tahu, Sang dokter dan Sang bapak begitu tulus ingin membantu, bahkan ketika akhirnya saya bertemu dengan bapak yang juga mengalami patah tulang..beliau sempat memaksa saya untuk memakai kruk-nya dan menitipkannya kembali ke rumah sakit satu bulan kemudian ketika beliau kembali kontrol. 
Ketulusan itu, tampak begitu saja dan dengan mudahnya terbaca lewat rona wajah dan senyuman mereka.Dan saya pun dapat mengenali bentukannya tanpa harus berpikir dua kali, apalagi berasumsi.

Semuanya pada akhirnya menjadi sebuah rangkaian pengalaman yang luar biasa. Sungguh Luar biasa. Terimakasih untuk para tokoh utama dalam kisah ini, Niken dan Pipit. Silahkan menikmati  kesempatan membully saya selama beberapa minggu ke depan, hanya tunggu saja akibatnya setelah ini,  muah-haha. Hanya Allah yang bisa membalas ketulusan dan segala yang telah kalian lakukan :).


Selasa, 09 Oktober 2012

Relationship Is The New Currency

picture taken from:http://aisforteenagedream.blogspot.com
Kalau di jejaring sosial Anda mengubah status dari "single" menjadi "in a RELATIONSHIP", bisa ditebak Anda akan menuai banyak notifikasi. Mulai dari ucapan selamat sampai pertanyaan-pertanyaan kepo dengan 5W 1H ala kuli tinta pasti muncul berdesakan di kolom komentar. Tapi tunggu..ini bukan tentang relationship yang itu. Ini lebih down to earth lah ya..nggak bikin ngiri para jombloers sejati ;p.

Belum lama, seorang senior sempat bercerita singkat bahwa di kehidupan nyata begitu sulit mencari sebentuk hubungan yang murni atas dasar ketulusan, kasih sayang dan keikhlasan antara sesama manusia- ceileh. Benarkah? Bisa jadi benar. Tidak bisa dipungkiri, setiap orang dewasa ini memiliki kepentingan yang sangat beragam. Bukannya ingin berburuk sangka, tapi berapa banyak orang yang kita temui yang masih memiliki niat yang pure hanya untuk berteman sehidup semati tanpa ada embel-embel kepentingan koneksi, administrasi, maupun pribadi? 

Bagaimanapun, sebuah hubungan baik mampu membawa seseorang pada hal-hal tidak terduga. Masih ingat kalimat "Kalau ingin mengenal seseorang lihat saja siapa sahabatnya"? sedikit banyak cara tersebut berhasil. Tentu saja, seseorang akan cenderung berkumpul dengan orang-orang yang memiliki karakter yang sama, kepentingan yang sama, visi yang sama dan hal-hal yang sama lainnya. Bukan hal baru ketika seorang soleh memiliki teman yang mayoritas soleh semua atau maling memiliki sohib yang mayoritas seprofesi. Disinilah sebuah relationship antar pribadi menjadi sebuah kunci. Selanjutnya yang akan terjadi adalah proses mewarnai, diwarnai, atau harmonis menjadi warna-warni.

Lantas, apa masalahnya dengan hubungan atau relationship ini? tidak ada masalah kok ketika kita mampu menempatkan diri dengan benar dalam sebuah bentuk hubungan. Hanya yang perlu digaris bawahi adalah bahwa tidak semua bentuk relationship perlu dikomoditaskan. Tidak salah jika yang diharapkan dalam sebuah kerjasama dan hubungan adalah adanya keuntungan, tapi akan lebih adil jika keuntungan tersebut dapat dinikmati kedua belah pihak. Yah..seperti prinsip silaturahmi yang diajarkan Rasulullah lah. Barang siapa yang menyambung silaturahmi dengan saudaranya maka akan dipanjangkan umurnya, dibukakan pintu rezekinya, perdagangan yang menguntungkan bukan? 

Benturan antar kepentingan yang semakin besar bisa jadi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi. Pernah berpikir :Kenapa sulit ya menemukan teman seperti teman-teman saat kuliah dulu?, jawaban sederhananya adalah ya ketika kuliah dulu kepentingannya bisa jadi hanya sekedar tugas kuliah ataupun kegiatan organisasi, latar belakang, motivasi, tujuan, serta kondisi yang hampir seluruhnya seragam akan membuat kita merasa senasib sepenanggungan. Sedangkan kini setelah nyemplung ke dunia nyata? it's totally different. Semua orang memperjuangkan kepentingan masing-masing, bahkan ada yang rela sikut-sikutan untuk mendapatkan apa yang diinginkan. 

Jadi serem?

Nggak juga kok, Syukurnya masih ada banyak orang di luar sana yang memiliki nilai pribadi yang luhur. Nilai-nilai PPKn yang diajarkan oleh bapak ibu guru sewaktu SD serta bimbingan orang tua agaknya belum luntur seluruhnya. Fitrahnya setiap manusia itu baik, sehingga selalu ada kebaikan meskipun sedikit. Ketulusan dalam membangun hubungan berawal dari fitrah manusia untuk berbuat baik tanpa pamrih sehingga membentuk sebuah relationship yang manfaat bagi banyak pihak. Terbukti, saya begitu tersentuh melihat beberapa potong adegan berjudul 'ketulusan' di ibukota yang konon katanya lebih kejam daripada ibu tiri tersebut. Seorang mbak-mbak dengan senang hati menawarkan bantuan pada ibu-ibu yang tampak sangat kelelhan menaiki tangga jembatan penyeberangan dengan belanjaan yang terlihat berat. Ada lagi, ketika di kopaja, seorang lelaki paruh baya merelakan tempat duduknya bagi ibu-ibu dan seorang kakek yang harus dibantu tongkat ketika berjalan, yang kemudian kakek tersebut dengan sangat baik hati menunjukkan arah dan mencarikan kopaja untuk kami yang nyasar ketika mencari Menara Palma. See, ibukota yang lebih kejam dari ibu tiri pun masih memiliki orang-orang baik dan tulus kok.

RelatIonship is the new currency. And the currency for relationship is called sincerity. (Rene Suhardono, Your Journey to be the #UltimateU)

Membangun sebuah relationship dengan siapapun memang gampang-gampang susah. Namun pembelajaran harus tetap berjalan bukan? apakah kita akan takut dalam memulai bentuk hubungan dengan orang lain karena takut sakit hati, takut dicurangi? Hmm..saya pun masih sering terbayangi oleh ketakutan-ketakutan tersebut. Tapi saya masih percaya, meskipun sedikit ataupun sulit, sebuah relationship- ala sahabat semasa sekolah-bisa kita jalin dengan siapapun, kapanpun dan dimanapun. Niatkan tulus untuk menjalin silaturahmi kerena Allah, Bismillah..dan kita tidak akan pernah rugi kok ketika memperlakukan seseorang dengan baik. Dalam bentuk hubungan apapun InsyaAllah terdapat banyak pembelajaran, meskipun begitu tidak berarti kita boleh sembarangan dalam membentuk relationship dong. Kewaspadaan, serta perilaku kita menjadi kunci penting untuk membentuk sebuah hubungan baik atau tidak baik. 

Sabtu, 29 September 2012

Menukar Sudut Pandang

"No one ever injured his eyesight by looking at the brightside."
90% dari kekahawatiran tidak pernah terjadi. Dan 10% sisanya memang di luar kontrol kita. Bila demikian, kenapa harus ambil pusing? Kenapa tidak mengisi pikiran dengan harapan dan keceriaan? -Rene Suhardono.

Noted. Bagi seseorang dengan kadar kekhawatiran berlebih seperti saya, ini perlu ditanam di kepala. Yang sering luput dari kesadaran otak adalah kita selau punya tempat kembali, tempat bersandar, yang menuliskan dengan cermat dan hati-hati seluruh cerita kita. Dan menjadi terlalu pusing terhadap sesuatu hal bisa berkembang menjadi tindak penyangsian terhadap kekuatan Tuhan. Ya Allah, jadikan saya seorang hamba yang sadar bahwa sudah jauh dari lebih cukup untuk mengandalkan-Mu.
Target selanjutnya: Positif setiap saat. Toh sudah jelas dan tidak terbantahkan bahwa Allah itu sesuai dengan prasangka hamba-Nya. Harus (terus) meyakinkan diri bahwa Dia selalu ada untuk kita. Jika kita sudah memiliki-Nya sebagai tim sukses, apa sih yang nggak bisa?: D

Jumat, 28 September 2012

Dear John, You have to live well too..


Sebuah novel karya Nicholas Sparks, yang juga menulis A Walk To Remember dan The Notebook, kisah-kisah penguras airmata. 

Kisahnya masih becerita tentang "cinta-cintaan" plus scene patah hati di awal buku yang rupanya merupakan tarik balik dari kisah yang terjadi antara masa lalu, masa sekarang dan yang akan datang. 
Kisah antara John dan Savannah yang saling jatuh cinta dalam liburan musim panas yang singkat ini memang ringan saja untuk dibaca. Bahkan, belakangan cenderung membosankan karena terkesan datar-datar saja.

Meskipun di awal telah terjadi konflik ketika John dan Savannah harus berpisah..tapi penceritaan karakter kedua tokoh yang berbeda menjadi daya tarik tersendiri. Penggambaran yang detil tentang karakter dan kehidupan John maupun Savannah menjadi benang merah yang penting dalam jalan cerita. Masalah yang dimiliki masing-masing tokoh utama, yang berkecamuk dalam pikirian masing-masing tokoh, serta keterlibatan tokoh pendamping seperti ayah John, Tim, teman-teman John dan Savannah serta keluarga Savannah menyempurnakan kompleksitas benang merah cerita.

Yah..meskipun sebagian besar adalah curhat galau John yang tergila-gila dan rindu setengah mati kepada Savannah selama penugasan perang, tapi cerita ini cukup seru untuk disimak. Pembaca akan dibuat menerka-nerka apa yang terjadi sebenarnya di antara mereka berdua yang baru akan diceritakn di akhir kisah. Tapi hal itu justru menjadi twist yang menarik. 

Bagi saya, nilai yang dapat diambil dari kisah ini adalah keikhlasan, ketabahan dan..dan..apa ya..mungkin fakta bahwa kalau cinta itu nggak harus memiliki. Ups, galau dan spoiler deh!

Selamat membaca :D


Senin, 24 September 2012

Hujan

"Setelah aku pikir-pikir. .kamu itu seperti hujan di Bandung ya,"

he. .apa maksudnya? Rara lantas hanya nyengir, tetap tak memandang wajah Dira.

Sepuluh detik, lima menit, sepuluh menit,
selain Rara yang gelisah memainkan ujung rambutnya, tak ada lagi yang bergeming.

"Hujan di Bandung akhir-akhir ini nggak pernah lama. Sekilas mengguyur lantas pergi lagi, mana peduli dengan sesak udara sebelum dia turun..sekejap basah, lantas menguap. Seperti kamu, datang dan pergi," Dira berbicara pelan lantas menghela nafas panjang.
Keduanya lantas kembali terdiam.

Sepuluh detik, lima menit, sepuluh menit. .
Bahkan hingga sisa bias cahaya senja mulai terusir oleh gelap.

"Kalau aku ini hujan, mungkin belum cukup deras untuk membuatmu tetap tinggal, Dir", ucap Rara terbata berbarengan dengan rintik hujan pertama.
Denting tetesan air malam itu seolah menjadi lagu sedih akhir cerita mereka berdua. Dalam hujan, semuanya tiada.

Jumat, 21 September 2012

Selfproject: Lima Kaktus


Sudah hampir satu minggu lima pot berukuran mini tersebut bertengger di depan pintu. Jika ingin tahu informasi detail tentang nama latin, jenis atau bahkan nama populernya, jangn harap saya dapat memberi tahu. Saya mengenalinya secara sederhana sejak dulu hingga sekarang dengan nama:kaktus.

Mengapa tiba-tiba memelihara kaktus? hmm. .tidak ada alasan khusus. Spare waktu berlebih membersitkan ide untuk jalan-jalan random ke Lembang. Meskipun Lembang sebenarnya lebih identik dengan tahu susu, tapi memiliki kaktus untuk dirawat. .terdengar seru juga! nah, jadilah. .pada hari Minggu yang cerah, sekantong kresek berisi lima jenis kaktus dengan tampilan berbeda resmi diboyong ikut ke kosan.

Memelihara kaktus biasanya dianggap lebih mudah karena pada dasarnya jenis tanaman ini tidak memerlukan banyak air. Tapi jangan salah, bukan berarti tidak perlu dirawat lho. Jangan karena kaktus kuat puasa minum, kita bisa seenak hati menyiramnya sebulan sekali, hehe. Agar tanaman kaktus dapat tumbuh dengan baik, berikut adalah tips untuk merawat kaktus :

1. Simpan di tempat yang terang, minimal 5 jam sehari.
2. Jika media tanam sudah kering, siram hingga basah yang ditandai dengan keluarnya air siraman dari pot. Frekuensi menyiram kaktus biasanya 2-3x seminggu, tergantung cuaca.
3. Untuk perawatan dengan menggunakan pupuk dapat dilakukan dengan interval 2 minggu sekali, dengan menyiramkan larutan yg terdiri dari 1/4 sendok teh pupuk pertumbuhan yang dilarutkan dalam 4liter air.
4. Pengendalian/pencegahan hama penyakit dapat dilakukan dengan menggunakan fungisida dan supracide yang dilarutkan dalam air. Semprotkan pada kaktus dengan interval 2 minggu sekali.
5. Tanaman kaktus dapat pula diperbanyak dengan stek dan biji.


Tidak sulit bukan memelihara kaktus? hmm. .sebenarnya sayapun juga harap-harap cemas mengingat ada satu jenis yang masih kecil sekali. Tapi karena memang sengaja ingin merawat dan menumbuhkan, jadi ya Bismillah saja lah, hehe. Semoga mereka bertahan diabawah asuhan majikan slebor seperti saya. Sampai jumpa!

Kamis, 13 September 2012

Simple Daily Life


Life? hmm..bagi saya yang sekarang sudah berumur cukup, rasanya sudah menjadi keharusan untuk bisa memahami definisi life. Yang, masih saya artikan sebagai : kehidupan, koreksi kalau ada yang salah ya.

Sepertinya saya bukan orang yang mempunyai kehidupan yang cukup normal secara sosial dalam artian yang luas. Terdengar membingungkan? hehe..saya akan sedikit menjelaskan isi kepala saya yang terkadang memang njlimet ini. Sebagai seorang (mantan) mahasiswa yang merantau ke kota lain, kadang kita merasa nggak hidup secara baik dan benar bukan? Berapa banyak sih mahasiswa perantauan yang terlibat aktif dan dapat berbaur dengan lingkungan baru, masyarakat baru?

Dalam cerita ini, kehidupan di Bandung, kota rantau saya selama empat tahun terakhir akan diangkat sebagai contoh. Dalam komunitas ini, selain hanya merupakan warga komunitas kampus belum satu hari pun saya merasa menjadi warga komunitas masyarakat Bandung. Tidak ada sosialisasi aktif dengan masyarakat, hanya dibawah 10% jika kegiatan membeli pulsa-makan- dan sholat tarawih berjamaah yang sekedar datang, duduk, dan pergi bisa dianggap sebagai bentuk sosialisasi aktif. Selebihnya hanyalah kampus-kosan-unit, dan kalaupun pernah agak jauh melancong hingga Bale Endah dan Kidang Pananjung toh itu juga bagian dari kegiatan kampus. Keberadaan saya di sini sebagai bagian dari masyarakat bisa dibilang hampir tidak ada. Sedih bukan?

Apa ya yang dipikirkan oleh warga Bandung terhadap ribuan, puluhan ribu mungkin mahasiswa yang datang pergi setiap tahunnya? Mungkin saja mereka berharap lebih banyak daripada sekedar peluang untung dari bisnis kos-kosan maupun warung nasi yang tentu saja tidak bisa lepas dari kehidupan mahasiswa. Lantas apakah oknum mahasiswa dan mantan mahasiswa seperti saya ini pernah berpikir juga sedikit saja tentang kontribusi? yah..kalau tidak mau terlalu mellow untuk disebut dengan balas budi sih.

Secara sederhana, bisa dibilang..kadang pola kehidupan yang saya miliki tersebut tidak bisa dibilang 'kehidupan'. Saya rasanya tidak memiliki kehidupan di Bandung kasarnya. Sebagai saya yang orangnya nggak muluk-muluk, rasanya excited saja merasa ada tanda-tanda kehidupan lagi setelah sekian lama. Tentu saja karena status liburan yang membuat ada banyak waktu luang untuk sekedar berkunjung ke rumah teman, bukan kosan teman dan yang paling penting adalah tidak untuk mengerjakan tugas, hehe. Memiliki aktifitas rutin dalam komunitas, yang tidak berasal dari tugas himpunan atau unit, yang belakangan sedang di uji coba, sesederhana itu. - Namun, bertahankah saya dalam menghadapi tantangan ini?- *diucapkan pakai intonasi ala MC s*let.

Aaah..bagaimanapun, setidaknya yang harus dicoba untuk dilakukan adalah kontribusi. Mencoba mencari jalan untuk bergabung dalam komunitas, bukan sebagai orang luar yang datang dan pergi tapi  secara perlahan ikut menempatkan diri sebagai bagian dari masyarakat tanpa arogansi. Berawal dari hal-hal kecil yang dapat dijumpai sehari-hari, partisipasi. Semuanya memang nggak terus menerus tentang apa yang telah kita dapat, tapi juga tentang apa yang kita berikan.

Senin, 10 September 2012

Menu Baru, Classic Tales


Awalnya saya rasa, cuma saya yang terjebak membeli buku dengan genre fiksi yang sedikit menjebak ini. Ternyata, buku karangan Jules Verne yang memiliki judul asli Twenty Thousand Leagues Under The Sea ini cukup maembuat banyak orang terkesima. Kepiawaian Jules Verne menuturkan dengan detail setting cerita yang banyak menyebut biota-biota bawah laut membuatsaya berdecak kagum. Meskipun tidak dipungkiri butuh hampir satu minggu penuh untuk menyelesaikan buku ini -waktu yang cukup lama karena diselingi acara ketiduran- tetap saja buku ini sungguh menarik. 

Claasic Tales ini menceritakan petualangan Monsieur Arronax bersama abdinya yang setia, Conseil, serta pelempar harpun ternama, Ned Land, yang terdampar di sebuah kapal selam luar biasa bernama Nautilus. Diawali dengan munculnya sebuah makhluk yang diyakini sebuah cetacean raksasa yang banyak menyebabkan kapal tenggelam pada tahun 1866, kisah ini dimulai. Monsieur Arronax yang merupakan profesor biologi sangat tertarik untuk ikut serta memenuhi undangan pemerintah Amerika Serikat untuk memburu cetacean raksasa ini. Bukan hanya kenyataan bahwa yang mereka buru bukanlah seekor cetacean raksasa seperti yang dituturkan oleh para kapten, namun ketiga tokoh utama ini justru terjebak dalam kehidupan bawah laut yang sungguh luar biasa setelah pertemuan mereka dengan kapten Nemo.

Diceritakan Nautilus adalah sebuah kapal selam yang luar biasa dengan dinding kaca yang sewaktu-waktu bisa diselimuti oleh pelat besi serta memiliki kecepatan berkali-kali lipat dari kapal layar pada masanya. Bersama Nautilus, kapten Nemo mengajak Arronax, Conceil dan Ned Land mengarungi samudera, mengelilingi dunia dengan caranya sendiri tanpa bertemu seorang manusia pun. Berbagai cerita tentang Atlantis, ladang rumput laut, mutiara raksasa bagaimanapun membuat saya tersihir dan mupeng ingin nyemplung ke laut! Selain kisah petualangan menyenangkan di dasar laut dengan penjelasan ilmiah yang rinci dari Arronax mengenai nama latin setipa species dan entah apa lagi itu, kisah perjalanan Nautilus juga dibumbui dengan kisah sedih yang mengharu biru. Pertempuran ganas dengan specias ikan ganas yang merenggut nyawa beberapa awak kapal, kesedihan dan trauma mendalam yang disembunyikan kapten Nemo, mengajak pembaca terlarut dalam cerita meskipun porsinya memang tidak banyak. Ide-ide konyol dan rasa takjub Ned, Conseil dan Arronax selama dalam perjalanan memberikan sediikit nuansa segar.

Untuk buku yang saya beli dengan harga luar biasa karena ada diskon besar, ini adalah cerita seru yang cukup panjang dengan plot yang sedikit membosankan. Namun, tetap saja, cerita klasik Jules Verne ini layak dibaca kerena mengangkat kisah dan konflik yang luar biasa berbeda. Apalagi sekarang sedang jamannya novel-novel galau percintaan, bukan? dijamin, buku ini jauh dari yang namanya galau cinta ala teenlit maupun chicklit :p

Taste Buds, Ramai Rasanya


Awalnya saya bahkan tidak tertarik ketika sang penulis membuka pre-order edisi khusus bertanda tangan. Ya, di dunia maya tempat saya biasa nongkrong salah satu penulis Taste Buds, Yunus Kuntawi Aji sudah duluan terkenal. Namun, rupanya saya justru lebih banyak menyukai tulisan Kinsia Eyusa Merry yang terasa sangat hidup. Bukan berarti tulisan Yunus tidak hidup, tapi auranya terasa lebih berat..dan karena saya membacanya ketika sedang liburan, maka saya lebih jatuh hati pada tulisan Kinsi yang juicy.

Bagi yang belum tahu, Taste Buds adalah kumpulan 20 cerpen yang ditulis oleh dua orang penulus: Yunus Kuntawi Aji dan Kinsia Eyusa Merry. Buku setebal seratus lima puluh-an halaman ini entah kenapa sedikit banyak begitu realistis. Tidak berlebihan. Meskipun temanya masih banyak seputar galau percintaan, - Well, apalagi sih sekarang yang lebih hip?- justru itu mungkin ya, yang membuatnya terasa mengena di hati.

"Abis ini saya pengen belajar leadership..."
" Belajar leadership  di mana? emang kamu mau S3?"
"Saya mau belajar leadership sama kamu"

Percakapan di atas adalah cuplikan cerpen JENUH karya Kinsi, cerita favorit saya dari keduapuluh judul di Taste Buds. Galau? mungkin..tapi manis.

Cerita Yunus yang cenderung serius dan membuat dahi sedikit berkerut berdampingan serasi dengan tulisan Kinsi. Ada satu tulisan Yunus yang menurut saya cukup ringan dan menghibur: Mengejar Jodoh. Awalnya saya kira tulisan Kinsi, tapi ternyata adalah tulisan Yunus. Ada banyak perasaan ketika membaca setiaap cerpen, ada yang serius, sedih, lucu bahkan terkesan curhat. Tidak berlebihan sih, kalau buku ini disebut-sebut sebagai "pengaduk rasa". 

Bagi saya sendiri banyak yang membuat galau sesaat, hahaha..selamat membaca Taste Buds bagi yang penasaran :)

Minggu, 09 September 2012

catatan hutang

Aah. .saya belum membayar janji saya untuk bercerita tentang Hatta. Dan kini, bertambah lagi yang ingin saya janjikan, "taste buds" tulisan kak yunus dan kak kinsi. Penasaran juga dengan komentar bejibun tentang novel tulisan seleb tumblr ini :b. Tunggu, masih ada satu lagi yang belum diselesaikan dan diceritakan nanti, kisah kapten nemo, nautilus dan monsieur arronax! Jules verne bikin saya nggak ngerti lagi.

Wah. .semakin banyak yg harus dilunasi:D, CU soon!

Senin, 13 Agustus 2012

Happy Graduation, Fellas

Graduation, gladuation kalau kata teman saya. Terdengar seru bukan?
Hari ketika saya memakai kebaya lengkap dengan toga.
Hari dimana puluhan foto diambil agar nantinya bisa dipajang untuk sekedar 'pamer' di jejaring sosial.
Hari dimana saya rela berjalan tertatih-tatih menahan perih di atas wedges 5 cm.
Hari dimana saya gemetar menahan lapar dari subuh hingga ashar.
Hari dimana ucapan selamat tidak habis didengar dan dibaca lewat layar ponsel.
Hari dimana sahabat-sahabat saya datang dengan buket-buket bunga. Thank's a lot :)
Hari dimana bapak dan ibu saya menyambut dengan senyum terkembang di depan tribun, yang tidak bisa tidak..membuat saya harus menahan tangis haru.
Dan keesokan harinya..semua itu hanya terasa seperti sekilas adegan hapy ending dalam sebuah film yang telah berakhir. Kembali ke dunia nyata.

Ini kata sahabat saya: "Hal yang menyebalkan dari kelulusan adalah kita kehilangan bagian dari hidup yang kita jalani sehari-hari. " 
Ya, ya, ya. Ketika saya terbangun keesokan harinya, saya adalah job seeker kalau tidak mau dibilang pengangguran. Saya kehilangan rutinitas berangkat jam 9 pagi pulang malam hari. Bahkan, terkadang saya merindukan malam-malam begadang dengan segelas kopi.

Katanya lagi: "Jadi, berjalan ke depan itu perlu. Melewati batas itu berani. Kita mungin mendapat banyak hal baru, atau kehilangan hal yang pernah kita miliki. Menghadapi masalah baru, mengambil keputusan baru, khawatir tentang hidup kita besok, dan menyadari bahwa kita harus menghadapinya sendirian.  No matter how fucked up your life could be, it’s you..and only you who could decide. And whatever you do, whatever you choose, you are not into fishy stuff. You are not go with the flow, you are making a new flow, you are dancing in the flow. You are smart fish :)"
That's life. Dan bagaimana tidak? kehilangan selalu menjadi hal yang tidak mudah. Masalah? masa depan? komunitas baru? pekerjaan? saya masih ingat betapa suatu malam saya pernah frustasi mengkhawatirkan jawaban dari satu pertanyaan: Mau kemana setelah ini? Apa yang bisa saya lakukan? apa yang harus saya lakukan? dan apa yang sedang saya lakukan???
Bisa dibilang, saya menyadari ada sebuah tembok besar yang seolah menghalangi saya untuk move on: Diri saya sendiri. Saya tidak siap untuk hal baru. Setidaknya hingga saat itu. Saya mulai membandingkan diri saya dengan variabel-variabel pembanding yang sebenarnya tidak akan pernah relevan. Karena saya adalah saya, semakin saya membandingkan apa yang saya capai dan apa yang teman-teman saya capai maka semakin saya tidak menemukan kesimpulan yang menggembirakan. Dan suatu hari saya menyadari, bahwa saya harus berhenti melakukannya. Dan ketika saya melihat kembali porto saya sebagai contoh sederhana, bagaimanapun..ternyata itu nggak jelek kok. Actually, I'm amaze with all of it ..tanpa pernah sadar sebelumnya. I'm also a smart fish, and I'll decide my own way from now on, dancing in the flow.

Katanya lagi: "Dan terkait dengan ketakutan akan kehilangan kelompok soliter di mana kita hidup dengan aman dan nyaman, ada sebuah quote bahwa semua orang boleh datang dan pergi, tetapi sahabat sejati tetap di hati. Tapi tidak ada seorangpun yang benar-benar menetap sepanjang hidup kita. Segala sesuatunya akan berubah. Dan begitulah hidup. Di dalamnya setiap orang akan mengalami berbagai fasa. Setiap orang pernah mengalami fasa paling bodoh, paling memalukan. Menjadi nerd, geek, bahkan popular. "
Saya rasa semua orang tidak merasa nyaman untuk mencoba keluar dari zona nyaman. Kehilangan sahabat, teman jalan, teman curhat, bahkan teman-teman yang hanya sekedar kita kenal untuk disapa hei sepanjang jalan itu bukan hal yang mudah. Pernah suatu hari saya datang ke kampus dan merasa kampus dipenuhi oleh orang-orang asing. Angkatan-angkatan baru sudah datang menggantikan generasi lama. Semakin sedikit yang saya kenal, rasanya aneh berjalan dari depan ke belakang tanpa menemukan satu orang pun yang bisa dilempari senyum. Asing. Tapi itu semua pasti akan terjadi, dan bahkan telah terjadi. Semua orang berubah, dulu saya ini seorang fanatik terhadap hubungan pertemanan. Bagi saya yang seorang anak tunggal memiliki sahabat itu sungguh sakral..saya akan melakukan apapun untuk mendapatkan "eksistensi gelar" sahabat, meskipun sungguh banyak hal yang tidak nyaman. Tapi sekarang militansi saya sepertinya banyak berkurang. Semua orang punya hidupnya masing-masing, sibuk dengan kepentingan masing-masing. Akhirnya spermakluman itu muncul, dan memang begitulah semuanya berjalan. Namun, sebenarnya tidak pernah sedetikpun melupakan atau tidak peduli, hanya tidak selalu dkatakan dan diperlihatkan saja. Semua orang memiliki hal yang harus diselesaikannya untuk bisa berkembang, baik dalam satu komunitas maupun beberapa komunitas.
Nerd, geek, popular..,komunitas dan interaksi yang terjadi didalamnya terkadang menghasilkan sebuah label sosial yang kadang bisa atau tidak bisa ditawar...obsesikah? tujuankah? saya tidak berbohong kalau sayapun pernah mencoba mengejar popularitas. Tapi berakhir ketika tidak juga mendapatkan anggukan setuju dari nurani. Saya tidak nyaman.

Dan saya sekarang adalah kumpulan dari potongan waktu, percakapan, logat bicara, rutinitas, impian dan segala hal yang melingkupi saya sejak lahir hingga detik ini. Saya adalah warna dari anda, dia dan mereka. Terangkum dengan tambal sulam di berbagai tempat. Akumulasi dari kegembiraan, kekecewaan, kesedihan..san semua jenis perasaan. Dewasa itu bukan hasil karya satu pihak. Masa depan bukan hasil karya satu orang. Pernahkah mendengar ungkapan bahwa semesta akan mendukung untuk membantu kita mewujukan impian ketika kita berani memulainya? Saya percaya..saya percaya..saya percaya.
Dan ini akan happy ending kok, dan iya..ini bukan titik akhir. Ini justru adalah titik awal. Hidup selalu seru seperti roller coaster, apa yang harus ditakutkan ketika jatuh kalau setelahnya kita justru akan berdiri tegak? 

So, A lot of hopes, loves and chances. Also we have God for sure as a perfect scriptwriter. Happy Graduation, Happy Gladuation. :)


Selasa, 10 Juli 2012

Cerita Kampus: Rindu

Akhirnya, setelah sempat dua minggu rehat dan pulang ke rumah, saya kembali lagi ke Bandung. Janji-janji untuk minggu ini sudah mendahului mampir ke handphone saya sejak minggu lalu. Saatnya kembali bertemu dunia nyata, batin saya sambil nyengir lebar.

Bisa dibilang rasanya..ada yang berbeda ketika pertama kali menengok gerbang depan. Kampus memang tidak pernah sepi pengunjung. Hawa-hawa keramaian seolah menyentak saya dari istirahat. Ya, tentu saja..dua minggu terakhir yang terasa seperti satu bulan kemarin hanya diisi kegiatan -liburan- hehehe. Rindu kampus kalau boleh diaku-aku.

Sebenarnya apa istimewanya ngomongin kampus? tiba-tiba pula? tentu saja tak lepas dari sisa waktu berapa hari lagi yang segera tiba. Saat melepas gelar prestisius 'mahasiswa' dari institut terbaik bangsa bisa jadi tinggal hitungan hari. Tiba-tiba banyak nostalgia yang lewat di depan mata. Hari pertama masuk kampus dengan adegan nyaris tercebur ke Plaza Widya itu ternyata sudah 4 tahun yang lalu. Cepat..cepat sekali waktu berlalu. Ada yang berdesir ketika menengok gerbang depan, menatap TPB-TPB yang baru mendapatkan jahim, dan tentunya mahasiswa baru yang berlalu lalang. Muka-muka familiar tentu saja semakin sedikit. Orang-orang yang biasa saya sapa "Kak," sambil sekedar senyum ataupun nyengir juga sudah sangat jarang ditemui. Dominasi wajah baru yang masih tersa asing membuat sore ini semakin berbeda. 

Sudahkah? berhenti sampai di sini? saya berjalan sambil sesekali menerawang melintasi gerbang depan. Spanduk bertuliskan "TODAY IS YOURS" itu kini sibuk saya simak. Isinya tentang tanggal booking paket foto, hehehe..yah, hari ini giliran saya yang menyimak. Saya menikmati jalanan yang menunggu diperbaiki sepanjang gelap nyawang. Menyusuri jalanan Taman Sari dan Kebon bibit dengan terdiam. Aston Tropicana sore ini belum berpendar, hanya saja..matahari senja masih mampu mempesona saya seperti hari-hari sebelumnya. Akan ada banyak hal yang membuat rindu nantinya. Rindu cerita-cerita, rindu paving-paving yang bergeser ketika diinjak, juga daun-daun jatuh dan bunga-bunga merah muda di sepanjang kanopi. Bagaimanapun, sudah banyak yang terjadi di sini, akan ada sebagian hati lagi yang tertinggal di sepanjang jalanan.

Selasa, 19 Juni 2012

Seri Buku TEMPO: Bapak Bangsa. Tagih saya segera untuk bercerita tentang Hatta ! :D

Ular Naga Panjangnya Bukan Kepalang...

Usai sudah masa ini. Aku tidak mau lagi mengikuti punggungmu lagi. Permainan ular naga panjangnya di halaman setiap sore, hanya menyisakan satu hal pada diriku. Bahwa aku..selalu berada di belakangmu, menatap punggungmu, mengikutimu kemanapun kau melangkah. 

Usai sudah masa ini. Aku lelah berlari mengikuti langkah-langkah panjangmu. Mengikuti dengan nafas tersengal. Berjalan terpatah-patah, mencoba menggapai punggungmu. Tanganku lelah menggapai-gapai, aku kehabisan tenaga. Dan aku hilang arah. Dan kau..terus berjalan, tanpa sekalipun menengok ke belakang. Tak pernah kau sadari pula, aku melepaskan peganganku dari pundakmu.

Usai sudah masa ini. Aku terdiam sesaat, menerawang mengusap peluh. Punggungmu semakin menjauh, jauh..dan perlahan menghilang. Permainan ini tak pernah kusangka begitu menyesakkan. Ular-naga-panjangnya..bukan kepalang. Aku tak pernah membayangkan begitu panjang jalannya. Berbelok-belok, kadang naik turun jalanan curam dan terjal. Dan aku tidak pernah menyangka untuk memutuskan berbalik arah.

Ya, usai sudah masa ini. Entah mengapa aku justru tertawa lega meninggalkan barisan kita. Aku lega tanganku tidak lagi erat memegang pundakmu. Aku lega mataku tidak terpaku pada punggungmu. Tahukah kau, dari sini aku bisa melihatmu, dirimu. Dari depan, samping, belakang. Daru ujung rambut hingga ujung jemari. 

Ular-naga-panjangnya-bukan kepalang...selamat tinggal.