Jumat, 01 November 2013

SPN #4: Melestarikan Umat di Muka Bumi

Bismillahirrahmaanirrahiim..
Akhirnya saya diberi kesempatan untuk menyicil janji untuk menuliskan ilmu yang diperoleh dalam Sekolah Pra-Nikah. Materi hari ini ssebenarnya merupakan materi pertemuan ke-4 meskipun kelas SPN baru terlaksana sebanyak 3 kali selama bulan Oktober. Agar tidak terlalu banyak yang terlupa maka saya akan menuliskan yang paling baru terlebih dahulu baru menyusulkan materi dari dua pertemuan sebelumnya. Semoga bermanfaat :)



“(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan- pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat.” [QS. Asy Syuro (42):11]

Salah satu tujuan penting yang tidak dapat ditinggalkan dalam membangun pernikahan adalah memperbanyak keturunan yang nantinya akan terus mengakkan agama di muka bumi. Sejak di bangku sekolah kita semua pasti sudah memahami adanya proses yang dilalui oleh makhluk hidup untuk menghasilkan keturunan. Manusia, yang didaulat menjadi khalifah di muka bumi pun demikian, secara alami memiliki naluri untuk melestarikan keturunan. Bagi sebagian orang, membicarakan seks seringkali masih dianggap tabu. Dalam pertemuan terakhir SPN, pemateri menjabarkan bahwa urusan hubungan suami istri tidak jarang menjadi akar permasalahan dalam rumah tangga. Oleh karena itu, sebenarnya hal ini tidak kalah penting juga untuk dipelajari dan dipahami.

Ah..sebenarnya saya agak bingung juga bagaimana menuliskan materi ini di blog. Terlepas dari berbagai penjelasan yang bersifa teknis, keberhasilan dalam hubungan antara suami istri sebenarnya tidak bisa lepas dari penerimaan dan pengertian antara satu sama lain. Seorang suami harus dapat mengerti kondisi istrinya, begitupun dengan istri. Kondisi di sini berarti luas, mulai dari kondisi fisiknya maupun psikisnya. Dengan begitu, terjadinya kesalah pahaman bisa dihindari dan kedua belah pihak tidak akan merasa dirugikan. Secara anatomi pria dan wanita memiliki anatomi yang berbeda. Fase-fase yang dicapai dalam hubungan seksual antara pria dan wanita pun berlangsung dalam titik dan durasi yang tidak sama. Berbeda dengan pria yang hanya mengalami puncak dalam durasi waktu sekitar lima menit, wanita cenderung lebih lama sebelum mencapai puncak dalam hubungan seksual. Oleh karena itu disunahkan untuk melakukan foreplay atau pemanasan terlebih dahulu, bahkan Rasul pun menganjurkan agar pria terlebih dahulu merayu wanita yang tidak lain adalah bagian dari foreplay tersebut.

Dijabarkan sedikit tentang pria yang dalam perjalanannya sebelum menikah menanggung keadaan harus menahan syahwatnya. Oleh karena itu, setelah menikah hasrat seksualnya begitu besar sehingga pemateri mengibaratkan seperti keran air yang terbuka pintunya. Dalam awal pernikahan tidak mengherankan jika pria memiliki hasrat seksual yang sangat besar bahkan tidak tertahankan. Berkaitan dengan hal tersebut, dianjurkan agar wanita tidak segera hamil sebelum hasrat tersebut reda.

Selanjutnya adalah sedikit mengenai kehamilan dan janin. Diterangkan bahwa sejak dalam kandungan janin telah memiliki ikatan yang kuat dengan ibu. Kondisi lingkungan yang buruk atau suasana hati yang buruk dapat berpengaruh langsung terhadap janin di dalam kandungan. Janin dapat merasakan apa yang ibu rasakan, maka jika kondisi mental sang ibu buruk janin akan stress bahkan mati. Sebaliknya jika kondisi ibu baik dan di dukung dengan lingkungan yang baik pula, janin akan tumbuh dengan baik. Yang paling penting untuk diketahui adalah, kondisi janin saat kehamilan rupanya sangat mempengaruhi pertumbuhan karakter. Jadi jika ibu terbiasa marah-marah ketika sedang mengandung maka karakter tersebut akan terbawa pada janin, sebaliknya jika janin dilatih untuk sabar dan selalu dalam kondisi positif kelak dia pun akan memiliki karakter positif.

Sebagai penutup kita harus kembali pada konsep awal bahwa pernikahan merupakan sarana yang diberikan Allah untuk menghindari zina, bahkan mengubah apa yang dilarang menjadi berpahala.Yang perlu diingat lagi adalah niat di awal, bahwa menikah merupakan salah satu upaya untuk menyempurnakan agama. Dengan begitu, kita akan bisa memahami bahwa setiap orang memang tidak sempuna. Namun karena ketidaksempurnaan itulah pria dan wanita dipersatukan. Perbedaan dan kekurangan satu sama lain tidak seharusnya menjadi sumber keretakan rumah tangga. Jika salah satu dari pasangan memiliki masalah, sudah seharusnya hal tersebut dipecahkan bersama.

Semoga yang sedikit ini bermanfaat, dan mohon maaf jika tulisan ini lebih banyak tidak jelasnya daripada penjelasannya. Referensi lain mengenai materi ini dapat di buka di tumblr Kurniawan Gunadi yang juga telah menuliskan tentang materi SPN. Semoga bermanfaat :D