Sabtu, 25 Desember 2021

Harus Bisa : Cerita Sapih Si Anak Kedua

ilustrasi tekad (sumber : rumahusaha.net)

Genap 1 bulan lebih 1 hari, ketika tulisan pendek ini ditulis. Anggap saja sebagai kenang-kenangan kelak, disela-sela keseharian yang tiada habisnya kalau dituruti. Sudah satu bulan, Ruby menjadi 'anak besar'. Sudah satu bulan juga, umi kekurangan waktu selow sambil rebahan disela-sela aktivitas siang ๐Ÿ˜.

Awalnya sama sekali tidak terpikir keharusan untuk menyapih Ruby tepat di hari ulang tahunnya. Jujur, umik masih trauma masa-masa menyapih si Mas. Waktu itu, sempat dua kali demam hingga akhirnya berhasil di percobaan ke tiga. Sama sekali jauh dari kata mulus, kan? Tapi, tak lama lagi si adek bayi ini akan berulang tahun kedua. Hmm..mau tidak mau, akhirnya kok kepikiran juga.

Akhirnya, mulailah umik bertanya kian kemari: "Gimana sih, cara ampuh anti stress saat menyapih?"

Dan hampir semua menjawab bahwa sounding memegang peranan penting.

"Heleh, sounding..pasti nggak berhasil juga. Dulu udah pernah tapi gak mempan!" kataku sinis dalam hati menanggapi.
Bagaimana tidak, pengalaman pertama yang berbuah kegagalan dulu sudah melibatkan proses sounding bahkan sejak si Mas berusia 18 bulan. Tapi nyatanya sama sekali tidak berpengaruh, proses sapih Atha benar benar menguras tenaga juga air mata๐Ÿ˜…. Lalu..mau diulang lagi dengan cara sounding??

Tapi, setelah menimbang-nimbang..akhirnya umik lakukan juga proses sounding ini. Toh, frekuensi permintaan menyusu nya bisa dibilang sudah jauh menurun, hanya sesekali bahkan kadang hanya sebagai pengantar tidur saja. Jadi, bismillah..coba aja dulu!

Satu minggu sebelum Ruby berulang tahun, saya mulai rajin melakukan sounding. Seperti apa sounding yang saya sampaikan?
Konon, sounding itu harus detail. Apa, Kapan, Kenapa - nya. Jadi, umik mencoba membuat kalimat yang memuat ketiga hal di atas yang kira-kira mudah dimengerti oleh Ruby.

" Ruby sebentar lagi 2 tahun. Kalau sudah 2 tahun minumnya dari gelas ya!"
" Yang minum nenen itu adek bayi, ruby sudah 2 tahun nanti sudah nggak nenen lagi ya!"
" Nanti, pas adek udah 2 tahun, habis potong kue udah nggak nenen lagi ya!"

3 mantra di atas saya ulang-ulang ketika menyusui, bermain, juga menjelang tidur. Yang awalnya iya-iya aja, sampai makin lama si anak bayi makin pinter menjawab 'nggak mau, Ruby mau jadi adek bayi aja!'๐Ÿคช.

Lalu akankah sounding ini berhasil?
***

24 November 2021
Hari ulang tahun Ruby. 

Semenjak pagi bangun tidur, saya menyengaja tidak berada di dekatnya terlebih menawari ASI. Saya deg-degan sepanjang hari, terlebih mendekati  jam tidur pagi Ruby. Pukul 10.00 sudah terlewat, berarti tinggal menunggu waktu tidur siang. Benar saja, Ruby mulai gelisah, menarik-narik kaos oblong tanpa akses menyusui yang memang sengaja saya pakai sebabagai penanda 'sudah tidak nen lagi'.

Rengekan meminta nenen sudah berubah menjadi tangis, rasa-rasanya bisa dihitung dengan jari berapa kali Ruby menangis hingga terisak-isak seperti itu. Memang, sehari-hari Ruby bukan tipe anak yang mudah menangis. Maka ketika melihatnya menangis menjerit-jerit seperti itu, saya pun tak kuasa menahan air mata. Ruby yang menolak dipeluk, digendong atau dielus masih menjerit-jerit meminta nenen. Sambil mencoba menenangkan diri sendiri dahulu baru menenangkan Ruby, saya tak berhenti berdoa meminta pada Allah agar dimudahkan prosesnya. Akhirnya setelah hampir satu jam menangis, si anak bayi berhasil tidur digendongan karena kelelahan. Fiuh, baru satu sesi tidur siang. Bagaimana dengan nanti malam?

***

Tidur siang yang penuh perjuangan itu rupanya hanya mampu bertahan 30 menit. Setelah sempat menangis untung saja rombongan anak-anak di sekitar rumah mulai berdatangan. Memang, setiap hari mereka mengaji sore bersama Atha di rumah. Kedatangan mereka lumayan mengalihkan perhatian Ruby dari keinginan menyusu. 

Seperti yang sudah kami skenariokan, sore itu kue dipotong sebagai penanda Ruby sudah berusia 2 tahun. Setiap teman-teman yang datang juga menyampaikan pesan sponsor titipan umik bahwa adek Ruby sudah sama dengan mereka, kalau haus minum dengan gelas. Jajan sudah dibagikan, semua sudah pulang, tinggal Ruby yang seperti sedang meyakinkan diri bahwa dirinya sudah berusia 2 tahun dan tidak nenen lagi.

***
Pertandingan babak akhir dimulai. Malam pertama di tahun kedua si bungsu lancar jaya seperti mobil pribadi menelusuri tol jagorawi di malam yang sepi, bebas hambatan sampai pagi. Tapi tentu saja tantangan menyapih tidak berhenti sampai disini. Keesokan harinya, esoknya lagi, ada malam-malam yang diwarnai jerit tangis menyayat hati. 

Kami masih terus mencoba beradaptasi. Mencoba menemukan cara mengatur waktu tidur baik di siang maupun di malam hari. Menecari cara ternyaman untuk lelap dipelukan satu sama lain. Menyelesaikan misi lulus ASI di tahun kedua, membulatkan tekad dan menyatukan keyakinan bahwa kami bisa melewatinya.