Jumat, 05 April 2019

Talents Mapping bersama Bunda Dayah

Hari Minggu di akhir bulan Maret lalu saya berkesempatan untung hadir dalam seminar Talents Mapping yang diselenggarakan oleh Komunitas Ibu Profesional Batam.  Apa sih Talents Mapping?  Talents mapping adalah metoda pemetaan bakat yang ditemukan oleh Abah Rama Royani,  yang memiliki 34 indikator untuk mengukur kekuatan dan kelemahan kita melalui serangkaian tes yang harus dijawab. Selengkapnya silahkan cari tahu sendiri yaa :)

Buat apa sih mak ikutan Talents Mapping?  Udah telat nggak sih?  Ada yang nanya begitu? 

Baiklah. Tes temu bakat ini efektif digunakan dengan usia minimal 12 tahun dan tanpa batas maksimal usia. Jadi bisa dikatakan saya sama sekali tidak terlambat karena mengetahui bakat itu ternyata manfaatnya banyak sekali seperti untuk memilih pendidikan, karir,  memasang strategi untuk berharmonisasi bersama pasangan hidup,  bahkan mengarahkan pendidikan anak.

Pertama memang awalnya saya iseng ya, saya sekedar penasaran apa sih sebetulnya bakat saya?  Jujur,  sejak dulu saya merasa nggak punya bakat.  Saya nggak expert di bidang apapun, nggak sangat mencintai sesuatu hal apapun,  jadi serba tanggung.. Nggak ada yg jadi highlight lah dalam profil saya.  Jadi ketika ada judul pemetaan bakat,  spontan saya berhenti sejenak dan berpikir: Aha! Kayanya boleh di dicoba!

Sebelum acara,  saya sudah melakukan assesment dan mengantongi hasilnya. Meskipun ada panduan cara membaca hasilnya,  tetap saja saya nggak ngerti maksudnya apa.  Dalam talents mapping ini ada 34 bakat yang dibagi dalam 4 warna :
1. Merah : Sangat Kuat
2. Kuning : Kuat
3. Putih: Netral
4. Abu-abu: lemah
5. Hitam: Sangat lemah

Berlainan dengan berbagai asesmen lain yang fokus pada kelemahan,  talents mapping ini justru fokus pada kekuatan/potensi masing-masing individu dengan jargon: Asah kekuatan,  abaikan kelemahan (begitu kurang lebihnya).  Jadi metoda ini dinilai sangat humanis,  menganggap setiap orang telah diinstall fitrah kebaikan dan kekuatan.  Maka fokus mengembangkan potensi kekuatan akan melahirkan individu unggul dengan spesialisasi yang unik dan khusus.  Nggak ada anak bodoh,  yang ada dia nggak bakat di bidang tersebut dan pasti berbakat di suatu bidang lain.

Jadi bakat mamak apa?

Baiklah,  berkat kegigihan mamak mengejar ibu narasumber untuk membacakan secara personal hasil asesmen saya,  maka ketahuanlah bahwa sebenarnya banyak sekali bakat saya yang masih terpendam.  Mungkin karena sebelumnya saya kurang banyak memiliki pengalaman bekerja ya,  karena lingkungan sangat mempengaruhi perkembangan bakat.  Intinya selama ini saya kurang berani mencoba sesuatu. Jadi oleh bunda Dayah saya disarankan untuk lebih banyak mencoba dan proaktif. Banyak bakat kuat yang masih belum keluar begitu beliau berkata.

Jadi bakatnya apa mak?

Jadi 7 bakat terkuat saya adalah:
1. Connectedness
Saya cenderung sering merenung,  berkontemplasi. Meyakini adanya hubungan sebab akibat antara satu hal dengan hal yang lain.
2. Harmony
Nggak suka sama masalah. Bagi yang kenal saya pasti merasa nggak sesuai ya karena kayanya selama ini saya orangnya cenderung mudah emosi dan kayanya ngajak ribut terus,  wkw.
3. Significance
Senang menjadi pusat perhatian,  senang tampil.
4. Includer
Berusaha membuat semua merasa penting
5. Belief
Senang melayani orang
6. Empathy
Peka/perasa dengan kondisi maupun emosi di sekitar.
7. Relator
Menikmati hubungan dekat dengan orang lain secara mendalam beserta kepo terhadap impian dan hasrat orang terdekat.

Anda kaget?
Saya pun kaget.  Jadi berdasarkan hasil tersebut bisa dibilang saya ini tipe pekerja sosial,  senang melayani,  peka terhadap situasi maupun lingkungan,  dan sama sekali tidak mau terikat. Dikatakan juga bahwa saya memerlukan pengakuan terhadap diri saya alias senang tampil,  senang dipuji.  Dan karena itu saya harus berkomunitas. 

Selain itu ternyata potensi saya di bidang grafis ternyata menunjukkan warna merah alias sangat kuat. Berarti sudah sah dong ya kalau saya bilang salah jurusan?  Kira-kira 84% peserta asesment salah jurusan,  jadi saya nggak sendirian.

Dari hasil tersebut bunda Dayah juga menjelaskan bahwa jika saya dulu sempat tidak betah bekerja di pabrik salah satunya memang bakat saya sama sekali tidak disitu.  Nah,  jadi memang feeling saya sudah sesuai.. Saya nggak cocok jadi karyawan.. Haha.

Lalu sekarang setelah mengetahui hasil asesment nya gimana mak?

Saya memiliki PR untuk lebih berani mencoba banyak hal,  terutama di area merah yang menjadi potensi kuat yang salah satunya adalah selling alias jualan.  Lagi-lagi minat saya ternyata nggak jauh dari bakat yang memang sudah diinstall di dalam diri saya. Selain itu saya juga memiliki bakat developer yang berarti senang memajukan orang lain,  nah ini tentunya menjadi senjata ampuh untuk membantu pendidikan Atha di rumah. 

Saya sudah tahu bakat saya,  bagaimana dengan kamu? :))