Selasa, 19 Juni 2012

Seri Buku TEMPO: Bapak Bangsa. Tagih saya segera untuk bercerita tentang Hatta ! :D

Ular Naga Panjangnya Bukan Kepalang...

Usai sudah masa ini. Aku tidak mau lagi mengikuti punggungmu lagi. Permainan ular naga panjangnya di halaman setiap sore, hanya menyisakan satu hal pada diriku. Bahwa aku..selalu berada di belakangmu, menatap punggungmu, mengikutimu kemanapun kau melangkah. 

Usai sudah masa ini. Aku lelah berlari mengikuti langkah-langkah panjangmu. Mengikuti dengan nafas tersengal. Berjalan terpatah-patah, mencoba menggapai punggungmu. Tanganku lelah menggapai-gapai, aku kehabisan tenaga. Dan aku hilang arah. Dan kau..terus berjalan, tanpa sekalipun menengok ke belakang. Tak pernah kau sadari pula, aku melepaskan peganganku dari pundakmu.

Usai sudah masa ini. Aku terdiam sesaat, menerawang mengusap peluh. Punggungmu semakin menjauh, jauh..dan perlahan menghilang. Permainan ini tak pernah kusangka begitu menyesakkan. Ular-naga-panjangnya..bukan kepalang. Aku tak pernah membayangkan begitu panjang jalannya. Berbelok-belok, kadang naik turun jalanan curam dan terjal. Dan aku tidak pernah menyangka untuk memutuskan berbalik arah.

Ya, usai sudah masa ini. Entah mengapa aku justru tertawa lega meninggalkan barisan kita. Aku lega tanganku tidak lagi erat memegang pundakmu. Aku lega mataku tidak terpaku pada punggungmu. Tahukah kau, dari sini aku bisa melihatmu, dirimu. Dari depan, samping, belakang. Daru ujung rambut hingga ujung jemari. 

Ular-naga-panjangnya-bukan kepalang...selamat tinggal. 

Kamis, 14 Juni 2012

Memutuskan.


Memutuskan, adalah hal yang selama ini sungguh berat untuk saya lakukan. Takut menyesal? hmm..mungkin salah satunya. Tapi bukan berarti saya meragukan takdir-Nya untuk saya..tidak, tidak sama sekali :).

Sudah bukan rahasia lagi bahwa istikharah adalah jalan terbaik untuk berdiskusi dengan Allah. Jalan terbaik untuk menuntaskan kebimbangan yang menyesak di dalam dada. Namun, bagi saya itu bukan perkara mudah. Setan selalu menyelipkan sebersit ketakutan di hati, hingga terkadang saya enggan menjemput keputusan terbaik-Nya.

Sedikit lucu. Selama ini saya selalu 'titip' pada ayah saya untuk meminta pada Allah jalan yang terbaik. Saya selalu meminta bapak untuk mewakili saya untuk melakukannya. Bodoh? memang, hahaha..saya hanya terlalu takut untuk menghadapi kenyataan. Namun, beberapa terakhir ada banyak hal yang mengganjal di hati saya. Mau tidak mau, berani tidak berani..langkah terbaik ini pun saya ambil.

Istikharah. Banyak orang berkata bahwa setelah memohon pada Allah melalui shalat ini, kita akan bermimpi. Memimpikan sebuah petunjuk yang dapat dijadikan referensi untuk mengambil keputusan. Nahh..ini juga yang saya takutkan. Saya selalu merasa tidak paham dengan mimpi saya, bahkan mengingatnya saja sulit, bagaimana nanti saya bisa mendapatkan petunjuk?? yang ada makin sesat.

Bapak selalu tertawa jika saya menolak untuk istikharah dengan menceritakan alasan tersebut. Kata beliau, isyarat itu bukan hanya melalui mimpi. Tapi bisa juga melalui kemantapan hati. Ya..kemantapan hati, itu yang mungkin belum saya dapatkan.

Namun sepertinya kali ini Allah menunjukkannya dengan gamblang kepada saya. Bukan lewat mimpi seperti yang selalu saya khawatirkan. Tapi nyata dan konkrit melalui apa yang bisa saya cerna dengan akal sehat. Dan sepertinya ini..ini jawaban atas doa saya selama ini :D. Jangan bertanya tentang apa dan apa jawabannya..ini RAHASIA. Saya hanya ingin bercerita bagaimana hebatnya hasil diskusi dengan Yang Maha Tahu. Ya..Dia Maha Tahu..saya harus mengingat itu lekat-lekat.

Dan, inilah yang terbaik..inilah yang terbaik :D Bagaimanapun, saya justru merasa tenang dan lega dengan apa yang Dia putuskan untuk perkara ini. Sedikit demi sedikit, selangkah demi selangkah..menjelang yang terbaik. Bismillah dan ..insyaAllah..

"Kebaikan adalah apa yang membuat hati tenang dan nafsu tenang, keburukan adalah apa yang membuat hati gelisah dan menimbulkan keraguan," (H.R Ahmad)

Rabu, 13 Juni 2012

Bulan Memang Ditakdirkan Untuk Terus Diam

Karena pungguk tidak pernah tahu apa yang ada di hati bulan.
Jika pungguk masih bisa bersuara, berbisik pun bulan tidak mampu.
Jika pungguk bisa menatap bulan dari manapun, Bulan hanya mampu menerawang jauh . Memicingkan mata hingga lelah, tanpa mampu melihat pungguk meski setitik bayangannya saja.

Dia mendesah perlahan, membuang pandangan ke luar jendela. Bulan malam ini bulat penuh..berpendar kuning lembut. Cukup lama dia terpekur, seolah berbincang dengan angin malam. Ada berjuta hal yang ingin dia sampaikan. Namun, tak sekalipun dia mampu berucap. Ada yang salah..dia yakin ada yang salah. Dan memang selalu merasa ada yang salah.

Ketakutan  ini salah. Kerinduan ini salah. Pikiran-pikiran ini salah. Dan memang..semuanya salah..
Dia kembali menghela nafas panjang. Kembali memandang langit, kembali memandang bulan.
Jemarinya kembali bergetar pelan, mengayun konstan melanjutkan apa yang tertahan.

Bulan ditakdirkan untuk terus diam, tanpa suara.
Memendam apa yang terjadi di hatinya. 
Maka pungguk tidak akan pernah tau seberapa besar bulan juga merindunya. 
Bulan mencoba mengerti bahwa ada yang berbeda. 
Meskipun rindunya adalah rindu yang sama. 


Dan dia pun memilih untuk diam. Memendam semuanya seperti yang bulan lakukan.
Desir angin menelusup melalui jendela. Dia memejamkan mata seraya berbisik pelan, "Bulan memang ditakdirkan untuk terus diam,"

Sabtu, 09 Juni 2012

Kau, Aku dan Sepucuk Angpau Merah


Baru kali ini saya membaca novel Darwis Tere Liye tanpa mata sembab sepanjang hari. Bukannya buku ini tidak menyentuh, tapi rupanya saya dibuat lebih banyak tertawa daripada meneteskan air mata. Secara keseluruhan..buku ini, juga luar biasa!

Mengangkat kisah Borno yang memiliki profesi yang belum pernah diceritakan di novel manapun, kisah sederhana ini mampu menyuguhkan kisah yang luar biasa. Tepian sungai Kapuas di Pulau Borneo menjadi latar belakang cerita yang begitu unik. Entah bagaimana aslinya, pikiran saya memberikan gambaran sendiri rumah-rumah panggung di tepian sungai besar dengan fenomena kehidupan sehari-hari. 

Konon, Borno adalah bujang berhati paling lurus di sepanjang aliran Kapuas. Mengharukan sekali membayangkan di zaman seperti ini masih ada seorang lelaki yang begitu menghargai seorang perempuan. Meskipun, Borno masih belum bisa berhenti memikirkan Mei dalam setiap malam-malamnya. Yah..ini adalah satu pertanda hati Borno tidak lurus sebenarnya ;p.

Tapi secara keseluruhan, cerita yang disuguhkan Darwis Tere Liye kali ini sangat menarik. Tanpa kita sadari, beragai realitas seperti ini sering sekali terjadi dalam kehidupa kita. Lingkaran-lingkaran tak kasat mata yang manghubungkan kita satu sama lain, seringkali muncul secara ajaib tanpa pernah diduga. Pernahkah Anda menyadari bahwa ada bangyak benang merah yang muncul terlalu tiba-tiba ketika kita mengenal sesorang. Dan benang-benang itulah yang membangun kisah antara Borno dan Mei, melalu sepucuk Angpau Merah yang terlambat disadari.

Reminder: Jangan Teruskan Membaca

Genap satu minggu setelah hari jumat minggu lalu. Dan genap satu minggu setelah saya menertawakan sms dari senior yang berisi peringatan : hati-hati rawan galau. Dan hasil akhirnya, saya ingin mengaku sekarang, bahwa saya resmi g-a-l-a-u.

Maaf, atau abaikan postingan curhat ini jika sengaja ataupun tidak sengaja muncul di beranda atau di search engine Anda. Feel free to close this page as soon as possible.
Memang sepertinya sudah habis ya masa hura-huranya. Yang tertinggal adalah reminder di dalam kepala tentang revisi yang harus diselesaikan. Okelah, itu bisa saja saya selesaikan dua atau tiga hari menjelang deadline, tapi..sepertinya ada hal yang lebih besar menanti saya setelah ini. Dan saya merasa gugup untuk menghadapinya, apapun itu. 

Sudah hampir satu minggu pula saya merencanakan untuk menyisakan satu waktu yang berkualitas bagi diri saya sendiri. Berbincang-bincang dengan diri saya sendiri. Menuliskan rencana-rencana kedepan, menyusun langkah dan strategi. Tapi apa hasilnya? satu minggu ini saya terlena oleh malam-malam tanpa kuota jumlah halaman ataupun editan foto-foto yang harus diselesaikan. Saya hanya menekuri blogroll yang entah mengapa justru membuat pikiran saya kacau balau. ka-ca ba-lau.

Saya memiliki banyak mimpi, tapi entah..tidak excited dengan semuanya, setidaknya untuk saat ini. Jangan tanya kenapa, bahkan saya pun sedang bertanya-tanya "ada apa hei dengan saya?". Kumat lagi penyakit lama saya rupanya, terjebak dalam berbagai spekulasi yang dibuat sendiri. Menghawatirkan banyak hal hingga tanpa sadar membuang waktu, dan tentu saja kebanyakan berpikir, terlambat gerak. Jika saja berteriak kencang-kencang bisa membebaskan dari perasaan ini, maka saya mungkin akan berteriak-teriak hingga serak. Tapi untungnya, otak saya masih bekerja sangat baik untuk memberikan peringatan: itu useless.

Sekali lagi, jika Anda baru saja menyadari bahwa tulisan ini adalah curhat belakan karena Anda melewatkan peringatan saya di atas, silahkan close page ini. Saya sedang dengan egois menggunakan hak prerogatif saya sebagai penulis untuk menulis apapun yang ingin saya tuliskan.

Bagaimanapun, saya jengah pada diri saya sendiri. Pada ketakutan-ketakutan yang kini sedang tertawa-tawa mempermainkan saya. Pada kebimbangan dan keragu-raguan yang membungkus akal sehat saya dalam kantong kresek, seolah siap dibuang ke tempat sampah. Halo guys, apa yang sedang kalian terhadap diri saya?? kembalikan..kembalikan otak dan pikiran saya ke tempatnya semula!

Ah..sudahlah, yang perlu saya lakukan adalah memulai bukan? menyusun rute mana yang akan saya tempuh selanjutnya. Menyiapkan rencana dan mimpi-mimpi besar. Membungkam tawa-tawa menghina pikiran negatif di dalam kepala. Tunggu..dan nanti kalian akan merasakan akibatnya. Halaman ini pula nanti yang akan menyaksikan kehebatan apa yang bisa lakukan. Akan saya rebut kembali otak saya dari kantong kresek kalian, lantas memasangkannya kembali dengan cermat dan hati-hati. Selanjutnya saya akan menyalakan program-program perasaan di dalam hati, memasang antivirus paling canggih bernama iman untuk menangkis seluruh godaan kalian. InsyaAllah, Bismillah..operator super hebat, semoga Engkau berkenan merestart kepala dan hati saya untuk masa-masa ke depan. 

Kembalikan isi kepala saya, perang dimulai!

Senin, 04 Juni 2012

Tulisan Yang Tertunda: Lebaran 2011 bagian ke-2

Yak, ini adalah adalah lanjutan seri perjalanan menuju ke Barat. Bukan semakin ke barat sebenarnya, melainkan kembali ke tengah kota. Sepertinya sudah saya sebutkan, lebaran kemarin ada dua jilid pertemuan..dan inilah kisah berikutnya.

Setelah perjalanan panjang menuju rumah Supri, akhirnya kami bertemu kembali di jalan mawar. Basecamp kedua saya semenjak lulus SMA. Biasa sih..tak lebih dari sekedar makan es krim, kripik dan obrolan ngalor-ngidul. Tapi kali ini berujung pada satu hari penuh hura-hura. Film, cemilan, traktiran, dan tentunya nostalgia.

Menggenapkan anggota yang belum hadir, ada Izul, Rhea, Niken dan Muti yang menjadi pemain baru. Minus Ina, Supri dan Imon yang sudah terlebih dahulu kembali ke perantauan kami kembali menggelar pertemuan satu hari penuh. Ah..sepertinya banyak detail yang saya lupakan selain saya sok sibuk ikut repot membuat es sirup nata de coco dan foto-foto sepanjang hari. Jojo hari itu menjadi tokoh dermawan karena dengan senang hati mentraktir kami ikan bakar yang superr..banyak. 

berantakannya...

Hari itu kami nonton film bersama yang sedikit banyak mengingatkan saya pada masa-masa SMA yang super enteng tanpa beban hidup -yaelah sok-sokan ;p- Intinya, hari itu..menyenangkan dan melelahkan. Perlu digarisbawahi dan ditulis dengan tebal pada bagian menyenangkannya, hahah.

Sepertinya hal-hal bahagia itu yang ingin saya tuliskan pada bagian kedua ini. Tanpa sebersit pun perasaan sedih yang kini tiba-tiba muncul. Sedih..dan terharu mungkin. Ketika saya menulis ini hampir satu tahun kemudian, yang telah menyadari mungkin pertemuan-pertemuan semacam itu tidaka akan mudah lagi dilakukan. Sepertinya kali ini karir saya sebagai tukang jarkom yang cukup sakti akan meredup. Jangan tanya kenapa.






Janji Pada Mendung


Hujan jatuh satu tetes. Tepat ketika Rangga berbalik meninggalkanku tanpa sepatah katapun. Lalu hujan jatuh dua tetes, bersama titik hangat yang tiba-tiba ikut meramaikan pipiku. Lalu hujan jatuh tiga tetes, ketika meskipun aku ingin berlari kakiku terpaku melekat pada bumi. Lalu hujan turun entah berapa ribu tetes, bersama isak tangis terakhir yang kutumpahkan hari itu.

Hujan selalu turun ketika aku teringat Rangga. Seolah ikut berhitung, satu..dua..tiga..menjemput mataku yang merebak. Padahal pada mendung aku telah berjanji, takkan lagi membuatnya meneteskan rintik karena Bunganya kembali mengingat Rangga. Pada mendung aku juga telah berjanji, takkan membuatnya menumpahkan deras karena membiarkan bunganya layu, hanya karena Rangga.

Lalu pada mendung aku terus berjanji, perlahan menghadirkan mentari agar kelabu berganti biru.

Minggu, 03 Juni 2012

Ada banyak..banyak sekali yang ingin saya ceritakan, tentang kebahagiaan, tentang keharuan, dan yah..sedikit mungkin tentang kekecewaan. Tapi sepertinya, saya harus sedikit menunggu hingga tiba saat yang tepat. Jika nanti semua telah benar-benar terlihat usai. Satu lagi janji saya untuk bercerita setelah kisah lebaran yang hampir satu taun lalu tertinggal, semoga saya bisa menepatinya :D