Rabu, 12 Desember 2018

Menyapih, Ujian Kesabaran dan Konsistensi

Sudah hampir satu setengah bulan Atha akhirnya disapih.  Akhirnya tuntas sudah perjalanan mengASIhi atha. Magical moments nya kini berganti,  bagaimanapun 2 tahun menyusui adalah sebuah kesempatan luar biasa dalam fase motherhood ini. 

Perjalanan menyapih ini sebetulnya sangat.. Berliku.  Proses menyapih setiap ibu-anak memiliki ceritanya masing-masing.  Sebagian ibu dapat dengan mudah melewati proses menyapih,  sebagian lagi harus bersusah payah memutar otak bagaimana bisa membuat anak akhirnya mau berhenti menyusu.  Dalam cerita menyapih ini saya termasuk tim kedua ya,  penuh drama dan lika liku dalam proses menyapih Atha.  Dari cara oles-oles,  pahit-pahit,  hingga akhirnya berhasil menggunakan sounding, bertahap hingga akhirnya bisa lepas total kurang lebih memerlukan waktu sekitar 1.5 bulan.  Lama banget ya?

Sebetulnya saya tipe yang selow perihal sapih menyapih ini,  nggak harus 2 tahun,  nggak harus seketika. Dan dari lubuk hati ada keinginan untuk mencoba WWL meskipun ragu banget apakah akan berhasil pada Atha.  Kenapa?  Karena dalam sejarahnya Atha belum pernah bisa tidur tanpa menyusu,  dan frekuensi menyusunya tinggi banget bisa setiap 2 jam menyusu meskipun usianya hampir 2 tahun.

Memasuki usia 20 bulan saya sudah berinisatif untuk mulai sounding ke Atha,  bahwa nanti setelah potong kue di ulang tahunnya yang kedua Atha sudah tidak menyusu dari umi lagi.  Atha sudah besar,  minumnya air putih dari gelas.  Kenapa air putih dan gelas?  Karena saya dan suami sepakat untuk tidak memberikan susu botol,  atau susu sebagi alternatif pengganti ASI. jadi lulus ASI ya makan minum seperti kita biasa,  susu sifatnya hanya tambahan dan bukan keharusan apalagi untuk pengantar tidur. Sounding terus berjalan hingga ulang tahun ke-2 meskipun sering bolong-bolong dan kurang konsisten.  Meskipun begitu,  Atha sering mengiyakan kalau diajak mengafirmasi "Atha sudah besar,  setelah 2 tahun minumnya dari gelas". Semakin mendekati hari H saya menambahkan countdown kurang berapa hari lagi Atha boleh menyusu, karena banyak tulisan yang saya baca hal tersebut banyak berhasil hingga anak benar-benar berhenti menysu ketika usianya tepat 2tahun.

Tibalah hari H, tak ada perayaan di rumah seperti tahun lalu.  Hanya sepotong kue yang kami beli mendadak karen aAtha terus-terusan minta potong kue.. Wkwk. Kembali kami sampaikan ke Atha bahwa setelah potong kue ini Atha sudah berhenti menyusu,  gimana tanggapan doi?  Iya iya aja. Kue sudah dipotong.. Tibalah waktu bobok siang, dalam hati saya berharap sebuah keajaiban terjadi.. Daaan.. Ternyata doi nangis minta nyusu sebelum tidur. Failed.

Setelah percobaan sapih pertama gagal, sepanjang bulan Agustus saya masih santai.. Yasudah nanti juga kalau sudah mau berhenti ya berhenti sendiri.  Tapi ternyata yang enggak santai para mbahnya,  karena berkali kali ditanya kapan sapih.. Kapan sapihh.. Kumulai kepikiran. Kebetulan frekuensi menyusu Atha bukannya berkurang tetapi malah semakin menggila!  Sebentar-sebentar nyusu.. Lebih ke mencari kenyamanan sih sepertinya. Hingga suatu waktu saya mulai merasa Atha harus segera disapih karena memang di usianya sekarang ASI sudah tak diperlukan dan saya juga ingin kembali merasakan tidur lelap sepanjang malam!

Percobaan sapih pun dimulai.  Tanpa rencana saya memutuskan untuk mencoba tidak memberikan nenen ketika mau tidur siang.  Hasilnya?  Sesuai dugaan.. Nangis menjerit-jerit hingga akhirnya ketiduran.. Dan terbangun satu jam kemudian masih meminta nenen disertai badan demam. Yak,  mamak pun panik.. Akhirnya sore balik kasih nenen sambil bilang Atha boleh nenen.. Atha sembuh ya.. Nggak demam.. Dan taraa.. Malamnya demam sembuh.. Hahaha.  Semenjak itu saya mulai berusaha mengurangi frekuensi menyusu Atha. Sebisa mungkin mengalihkan dengan menawari air putih atau mengajak bermain. Bulan berikutnya,  saya memperbolehkan Atha menyusu setelah bangun tidur dan siang hari hanya ketika akan tidur siang dan selama tidur siang. Perlahan Atha dapat menyesuaikan diri dengan ritme baru dan saya kembali mencoba peruntungan.  Bertepatan dengan akhir pekan saya mulai percobaan ketiga dengan harapan ada abi nya yang bisa membantu mengalihkan dan menenangkan kalau menangis. Sebetulnya agak mendadak karena terinspirasi dari tetangga sebelah yang langsung berhasil dengan mengoles pewarna makanan pada PD, saya mengambil pewarna makanan dan melakukan hal serupa.. Betul saja.. Atha langsung menolak.  Kotor.. Nen umi kotor katanya.. Berhasil nih batin saya.  Cara ini bertahan selama 2 hari 1 malam saja karena sepanjang siang akhirnya Atha menangis karena mengantuk dan malam hari pun hanya tidur beberapa jam itupun harus dengan melihat video baby shark di youtube yang nggak ada habisnya.  Wah.. Efek sampingnya nih yang gak bisa diteruskan.. saya menyerah di malam kedua karena sakit kepala hebat akibat kurang tidur dan lelah gendong-gendong. Atha nangis terus, teriak teriak.. Cuci nen umiiiiiiiii!!!! sambil menarik -narik saya ke kamar mandi. Pukul 1.30 pagi kami nangis bersama karena udah nggak sanggup sakit kepala akhirnya kasih lagi lah nenen.. Kami berdua berhasil tidur nyenyak sampai pagi.

Selepas percobaan ketiga sapih ini Atha semakin nempel,  meskipun begitu saya perlahan kembali membuat perjanjian dengan Atha kalau nenen hanya kalau mau bobok saja. Alhamdulillah,  Atha bisa mengikuti hingga satu bulan kemudian saya kembali membulatkan tekad. Saya membaca banyak tulisan ibu-ibu lain tentang perjalanannya menyapih
.memang ada yang mudah.. Ada juga yang berbagai cara ditempuh tak kunjung berhasil seperti . Akhirnya di akhir bulan Oktober dengan banyak berdoa dan tekad yang bulat saya berkata pada diri saya sendiri bahwa saya sudah siap menyapih Atha,  insyaaAllah ikhlas dan saya juga banyak berdoa pada Allah agar dimudahkan. Karena proses menyapih sejatinya memerlukan kesiapan lahir batin baik anak maupun ibu, setidaknya kali ini saya benar-benar siap apapun konsekuensinya. 

Kali ini Saya membagi proses menyapih Atha menjadi 2 tahap.  Terinspirasi dari kisah sukses seorang teman,  dalam satu minggu pertama Atha disapih siang- dari menyusu setelah bangun tidur Atha baru boleh menyusu lagi setelah hari gelap,  jam 7 malam. Masih nggak mudah ya prosesnya,  hari pertama dan kedua menolak tidur,  beberapa hari berikutnya merengek dan menangis hingga akhirnya bisa tidur siang sendiri di hari ke-4, dengan durasi maksimal 1 jam. Sisanya 'memaksakan' diri ON terus.  Selama satu minggu disapih siang sudah mulai lancar bisa tidur siang sendiri. Minggu berikutnya saya sounding lagi bahwa satu minggu lagi Atha sapih total. 

Tiba waktu penyapihan total,  seingat saya itu hari Jumat ya.  Siang lancar.. Malam mulailah mencari-cari.. Biasanya jam 7 sudah 'buka puasa' hari itu meskipun sempat minta tapi dibilang nggak boleh masih mau menahan hingga sepertinya ngantuk berat mulai nangis rewel.  Akhirnya tidur setelah gendong dan terbangun 2 jam kemudian dengan siklus yang sama: menangis jerit-jerit,  minta nyusu,  menolak minum dari gelas,  serba salah mau gendong atau mau tidur dikasur. Malam pertama sapih total kami tidur di mobil hingga subuh karena Atha baru bisa tenang dan tertidur setelah diputerin naik mobil. Besoknya,  drama menangis masih terjadi,  hanya saja malam bisa tidur setelah main dan nonton TV, tidur 2 jam,  melek 2 jam baru bisa tidur lagi.  Siang malam berulang,  mamak stres lelah kerjaan rumah bertumpuk bocah nggak mau lepas dari gendongan 😂.

Usaha memang tidak mengkhianati hasil.  Perlahan tapi pasti proses sapih Atha mengalami kemajuan.  Dari yang sebelumnya setiap mau tidur memaksa minta menyusu (hingga saya selama beberapa minggu tidak memakai baju busui friendly karena Atha nggak move on😂), ketika disounding Atha sudah besar,  berhenti nenen selalu memberikan jawaban penolakan akhirnya Atha berhenti berkata 'nggak' ketika Atha diberitahu sudah besar,  berhenti nenen. Beberapa hari lalu bahkan Atha masih terkesan menghindari tidur di kamar karena mungkin kasur,  kamar sangat terasosiasi dengan aktivitas menyusu karena setiap bersiap tidur di kasur dia akan memandangi baju saya dan berbisik "nen.. " lalu berakhir minta pindah tidur d depan TV karena ditolak permintaanya. 

Hari ini entah tepatnya sudah berapa lama.. Satu setengah bulan sudah terlewat sih mestinya,  baru perlahan Atha mulai mengikhlaskan nenen umi.  Meskipun belum sepenuhnya tidur lancar tanpa terbangun,  sudah bisa dibilang lah Atha sudah berhasil di sapih. Masih ada sedikit PR karena hingga sekarang tanpa alasan yang jelas Atha terkadang bangun dan menangis yang sulit ditenangkan sambil serba salah, tidur salah gendong salah semua salah. Atha juga mulai bisa tidur di kamar tanpa meminta nen atau bahkan sekedar melirik-lirik. Ya ada lah sekali dua kali kalau sedang ngambek dia mengeluarkan statement " nen aja" 😂😂.

Perjalanan singkat meyusui ini akhirnya berakhir sudah,  kekahwatiran saya perihal bonding apakah akan berkurang sepertinya tidak terbukti.  Atha masih lengket dan setiap mau tidur ritualnya ganti peluk-cium umi meskipun nggak mau dipeluk lama.  Begitupun kalau terbangun,  cari umi untuk dicium. Mamak baper nggak?  Hmm.. Kadang baper.. Entah kenapa kok jadi tiba-tiba udah besar gitu si anak.. Heheh.. Yang jelas masih berusaha menghindari mood swing karena konon ada perubahan hormon dan peningkatan BB 😂. Sempat mudah marah.. Tapi akhirnya mencoba kembali mengingat bahwa Atha ini harus makin disayang,  diperhatikan.  InsyaaAllah sudah mereda.. Atha semakin bisa diajak kerja sama.. Diajak kemana mana.. Heheh.

Nafsu makan gimana mak??
Sesuai harapan alhamdulillah semenjak disapih Atha makannya meningkat.  Makan utama OK,  cemilan YES,  nyenengke banget.. Heheh.. Kemarin timbang nambah 400-500 gr kalau nggak salah.  Mungkin ini bonus dari lika liku penyapihan Atha kemarin 😀

Buat ibu-ibu yang akan atau sedang menyapih,  tetaplah semangat,  berpikiran positif dan optimis.  Terus berdoa,  kami semua pernah berada di fase itu hingga akhirnya lulus,  bisa jadi sebentar lagi ibu juga akan berhasil menyapih.  Konsistensi,  komunikasi dan bantuan daru keluarga berperan besar. Jangan ragu meminta tolong kepada suami,  atau kakek-nenek.   Yang paling penting pahami anak kita,  temukan celah komprominya,  setiap ibu-anak memiliki hubungan spesialnya masing-masing dalam proses mengASIhi. Selamat berjuang!

Minggu, 26 Agustus 2018

Dua Tahun Membersamai Atha

Kemarin, akhirnya Atha sudah dilantik secara tidak resmi menjadi batita.  Mamak semakin pusing dengan PR menyapih dan toilet training. 

Alhamdulillah,  sampailah kami pada titik perjalanan dua tahun membersamai Atha.  Bagi saya pribadi,  dua tahun ini berlalu seperti hanya sekejap mata.  Days are long,  but years are short.

Rasanya seperti baru kemarin menimang-nimang bayi dengan perasaan campur aduk.  Bertanya-tanya kepada diri sendiri apakah saya sanggup membesarkan seorang anak. Akhirnya selama dua tahun ini saya banyak sekali belajar,  kami,  saya dan Atha sama sama banyak belajar.

Perjalanan menjadi orangtua tentu saja masih sangat panjang. Setiap fase pertumbuhan memiliki tantangannya masing-masing.  Baru saja kemarin mamak memusingkan perihal milestone kemampuan motorik kasar dan berbicara.    Setelahnya pasti akan lebih banyak lagi proses tumbuh-kembang yang harus dipantau dan difasilitasi agar dapat berkembang secara maksimal. 

Belakangan,  saya dibuat kagum dengan perkembangan kata-kata, emosi,  juga motorik kasar Atha.  Di usianya yang menjelang dua tahun kemarin,  Atha semakin berani bereksplorasi dalam kegiatan motorik kasar.  Memanjat,  melompat,  ayunan, naik turun tangga,  menggayuh mobil-mobilan. Pelafalan Atha dalam menyebut benda juga perlahan berubah semakin jelas.  Meskipun belum bisa merangkai satu kalimat utuh,  Atha mampu memberikan potongan kata untuk menyampaikan apa yang dia maksud seperti sapi,  moo.  Rumput,  makan.  Atha juga kian ekspresif,  meskipun satu-dua kali terjadi tantrum akibat kurang pahamnya kami sebagai orangtua dalam menerjemahkan keinginannya.  Saya selalu berusaha tidak berbohong ketika mengalihkan keinginannya,  juga berusaha menyebutkan emosi yang sedang Atha rasakan ketika marah,  sedih,  atau senang. 

Tugas saya sebagai seorang ibu masih sangaaaat panjang. Membersamai seorang anak dalam masa pertumbuhannya bisa jadi melelahkan,  tapi saya sangat bersyukur.  Allah memberikan kesempatan untuk secara penuh mendampingi dan mendidik Atha sepenuhnya. Meskipun menjadi ibu bukan tugas yang ringan,  perlu berkali kali menghela nafas panjang, menimbang,  mengambil jeda untuk mengatur emosi, tetapi sebuah nikmat yang luar biasa. 

Terimakasih Atha atas setiap senyum,  peluk dan cium yang Atha berikan kepada ummi.  Meskipun ummi bukan ibu terbaik di dunia,  ummi selalu berusaha enjadi yang terbaik untuk Atha.  Barakallah fii umurik nak,  semoga kita bisa sama-sama berproses dalam kebaikan untuk berkumpul kembali kelak di surga-Nya.

Kamis, 02 Agustus 2018

Athafariz Almost 2 YO!!

Whoaaa!!  Udah Agustus aja!
Dalam hitungan minggu si bayik udah mau 2 tahun,  saatnya menyapih dan toilet training (dan ngasih adek? Ups).  Nah,  society udah pada sibuk masalah sapih menyapih nih.  Daku meskipun sudah sounding dari satu bulan yang lalu masih slow mode On sebetulnya.  Rasanya masih belum sepenuhnya siap untuk melepaskan diri dari ritual menyusui,  ada ketakutan jikalau nanti bonding dengan si bayi berkurang. Belum lagi perubahan hormon ketika ibu tak lagi menyusui konon membuat emosi bergejolak,  hingga merasa 'kurang cinta' lagi kepada si bayi. 

Perihal sapih menyapih ini katanya membutuhkan kesiapan dari kedua belah pihak.  Tapi sepertinya si bocah nggak siap-siap,  mamaknya pun nggak yakin mau kapan mulai menyapih.  Sementara rencana saya akan mulai menyapih ketika usianya sudah pas 2 tahun,  dengan menggunakan metode Weaning With Love (WWL).  Sounding perihal berhenti menyusu ini sudah dimulai sejak beberapa bulan yang lalu sebetulnya,  meskipun baru betul-betul saya coba sampaikan setiap Atha minta nen baru satu bulan yang lalu.  Lalu bagaimana responnya?  Sebetulnya sudah mengerti ya mamaknya ngomong apa,  terkadang setelah dibilang "Atha sudah besar,  nggak nen lagi ya" dia akan terhenti sambil mendengarkan, lalu tak lama menutup baju saya "tup,  tup (tutup) " katanya.  Kadang juga lanjut we... Santay sambil cengengesan lanjut sebelahnya..
Mamak pun akhirnya agak resah juga.. Wkwk.

Saya pribadi berencana mencoba WWL baru nanti kalau tidak berhasil berubah ke metode WWF alias weaning with force!  Hahah.. Habis support sistemnya kurang mendukung nih,  bumer dan paksuami meskipun saya pernah mengutarakan nggak mau pakai metode oles jamu pahit atau kasih merah-merah atau pisah paksa masih saja terus2an mensounding kepada Atha kalau nanti Atha nggak booeh bobok sama ummi lagi (saya aja sedih dengernya huu..)  sepertinya keluarga masih berharap kalau saya menyapih dengan metode tradisional.  Sementara saya masih santai tebalkan telinga saja jika perihal sapih ini diangkat,  saya jawab.. "nanti,  kalau sudah 2 tahun".

Lalu udah toilet training kah mak?

Belum!!  Haha, mamak belum sanggup.. Masih mengumpulkan nyali karena sekali maju seharusnya nggak boleh mundur lagi agar anaknya nggak bingung.  Harapan mamal sih sebelum 2 tahun Atha sudah lulus TT baru lanjut sapih dan baru promil lagi.  Bukan rahasia lagi kan kalau biasanya bapak-bapak nih minta cepat aja nambah adek,, padahal ibuk-ibuknya nih masih pengen rehat dulu barang sebentar. Saya pribadi ingin sekali segera menambah anak,  dengan catatan Atha sudah lulus TT dan sapih,  sehingga minimal seminggu dua minggu saya bisa kembali merasakan nikmatnya tidur nyenyak di malam hari.. Hahaha. Beneran deh,  kayanya nggak sanggup kalau mabok ngidam sembari TT atau begadang nyapih Atha.  Bisa drama bombay nanti mamake.. Karena susahnya hamil dan ngurus anak itu hanya mamak yang tau gimana legitnyaa.. Wkwk

Tapi ya semua kembali pada Takdir Yang Kuasa, mamak sih cuma berencana.

Semoga semua yang direncanakan dapat berjalan lancar. Semangat membersamai Atha di tahun-tahun ke depan!!

Sabtu, 19 Mei 2018

Milestone: Kemampuan Bicara (2)

Masih di bulan yang ke-20, mamak akan kembali mereview perkembangan bicara Atha. Beberapa hari terakhir Atha semakin menujukkan perkembangan yang baik dalam menirukan ucapan. Beberapa kali bahkan Atha berinisiatif menyebutkan nama-nama benda yang dikenalnya meskipun belum jelas dan sempurna pelafalannya. Dalam meniru, Atha sudah pandai menirukan sepatah patah kata yang saya atau abinya ucapkan. Namun, tetap saja ceplas ceplos, seringkali kalau diminta menirukan ucapan malah diam saja sambil senyam senyum.

Mamak ingin merangkum kata atau suara apa saja yang sudah bisa ditirukan dan diucapkan Atha. Beberapa mungkin sudah pernah disebutkan dalam tulisan sebelumnya, seperti mwheeek-mbek, phahh-lebah, dah-sudah. Lalu sekarang ditambah dengan beberapa potongan kata atau bunyi lagi seperti wiuwiuw-suara mobil patroli, ek-eek, pihh-pipis, bihh-bis, maa-kurma, hii-ekspresi jijik, ci-kelinci, dan sudah lebih resposif jika diminta untuk menirukan suara-suara.

Sampai sekarang mamak masih terus berusaha menstimulasi dengan sering mengajak Atha berbicara dengan kata-kata yang jelas, menatap mata Atha ketika sedang bercerita, dan menceritakan kembali kejadian semalam setelah Atha bangun tidur. Semoga Atha terus menunjukkan perkembangan yang baik dalam hal bicara ini.

Sejak awal mamak sudah bertekad untuk mempercayai timing Atha, dengan berusaha untuk tidak membandingkan atau melabeli Atha terlambat bicara. Memang tidak mudah untuk bisa stay strong ketika sekitar mulai membandingkan perkembangan Atha dengan anak sebayanya. Di sini kadang mamak merasa galau..wkwk. Tapi setiap kali mamak melihat Atha pada Akhirnya mamak yakin kalau Atha normal, dan memang belum waktunya saja. Namun, mamak juga harus ikhtiar menstimulasi dan terus berdoa agar Atha berkembang sesuai dengan usianya. Semoga ini pertanda Atha akan segera mulai bicara ya nak, agar nanti kita bisa cerita-cerita bersama :D

Jumat, 18 Mei 2018

Curcol Ramadhan

Alhamdulillah..tahun ini masih berkesempatan berjumpa dengan ramadhan. Masih seperti tahun sebelumnya, mamak ndak pasang target muluk-muluk. Meskipun begitu, mamak berusaha untuk menggenjot lagi semangat ber fastabihul khairat di ramadhan kali ini. Karenanya, daftar target amalan yaumiyah sudah terpampang rapi di kulkas, siap dicontreng pertanda sukses dilaksanakan.

Sebelum memasuki ramadhan sebetulnya mamak sempat tidak percaya diri apakah sanggup puasa sehari penuh. Rasanya sudah lupa bagaimana puasa karena semenjak hamil dan menyusui mamak total skip puasa sunnah. Alhasil agak deg-degan juga setiap kali hendak berjumpa dengan puasa. Tapi, mamak membulatkan tekat, berniat dan berdoa agar dimampukan untuk menjalankan ibadah puasa.

Heleh mak? puasa doang ini, masa nggak kuat??

Waa..gimana ya..hari hari biasa saja semnjak punya Atha ini mamak rasanya lemes bawaannya kalau belum makan. Apalagi harus puasa skip 3x makan?? yang terbayang adalah lemes, perut kroncongan, pala puyeng dan masih harus 'meladeni' bocil serta menuntaskan tugas negara. Tapi memang ya, kalau sudah diniatkan ibadah untuk Allah maka Allah akan membantu. Alhamdulillah dua hari pertama ibu dan bapak mertua berkunjung, sehingga hidangan di meja makan aman terkendali, hehe. Apa kabar besok? berdua saja sama bocil? bismillah saja lah ya..minta bantu Allah :D

Jadi ini tulisannya receh banget ya mak? cuma curhatan mamak tentang puasa puasaan aja?

ahaha. kecewa ya sudah membaca sampai sini? mamak memang sekedar ingin curhat saja, sekaligus memanaskan jari jemari untuk menulis lagi. Semoga di ramadhan kali ini mamak bisa lebih produktif menulis. Karna apa? menulis bagi mamak adalah sebuah terapi, healer di akhir hari setelah berjibaku dengan berbagai hal di dalam dan di luar rumah :D

Akhir kata, semoga kita dapat bmenebar manfaat dan keberkahan di bulan suci ini, dan semoga kita dimampukan Allah untuk menunjukkan performa terbaik kita, melaksanakan amalan ibadah terbaik hingga mendapatkan ganjaran terbaik. Allahumma amiin..

Sabtu, 12 Mei 2018

Weekend Trip: Tanjung Pinang (2)

Kami merapat kembali ke pelabuhan. Gerimis mengiringi langkah kami menyusuri jalanan yang dipenuhi semerbak aroma otak-otak yang dibakar. Pinang membuat saya membayangkan film-film lama.

Baiklah, Pinang. Kesan pertama yang saya tangkap adalah semacam kota tua. Bangunannya didominasi bangunan lama, sekilas mirip Madiun bahkan. Jalanannya sempit, ditepinya padat dengan bangunan rumah dan pertokoan. Jika dibandingkan dengan Batam, Pinang yang merupakan ibu kota Kepri ini jauh lebih 'bersahaja'. Tak banyak gedung Mall maupun sarana hiburan seperti di Batam. Perkiraan saya sih hawanya hampir mirip madiun di zaman dahulu.

Menggunakan mobil pinjaman kami berkeliling kota, kebablasan sana sini. Menyambangi gedung-gedung pusat pemerintahan. Di sepanjang jalan jauh dari kota masih banyak sekali lahan kosong juga rawa-rawa. Sepertinya persebaran pemukiman tidak cukup merata, karena di beberapa tempat masih sangat jarang terdapat perumahan. Kami menyusuri jalanan Dompak, berhenti sejenak di masjid provinsi, melewati tugu lancang kuning dan jembatan berbentuk lengkung. Selebihnya kami clueless sih..hahahah..

Di akhir perjalanan, salah belok membawa kami ke tepian pantai. Dinsepanjang jalan terdapat taman yang disusun apik sedemikian rupa untuk menikmati pemandangan laut. Ini bagian favorit saya sepanjang perjalanan ke Pinang! Setelah kenyang makan masi padang, saya dan Atha menjelajahi taman dan bermain-main. Tempatnya ikonik dengan bangunan besar berbentuk keong dan tulisan Tanjung Pinang kekinian. Selebihnya tentu saja pemandangan laut dan kapal yang berlayar tenang menjadi daya tarik tempat ini.

Hari semakin sore, akhirnya kami memutuskan untuk kembali ke pelabuhan. Dengan kapal yang sama kami meninggalkan Pinang, mengakhiri perjalanan singkat padat dan menyenangkan sesat di pulau seberang.

Rabu, 09 Mei 2018

Weekend Trip: Tanjung Pinang (1)

Wohooooo!! setelah hampir 3 tahun sama sekali nggak memposting tulisan liburan, akhirnya mamak kembali hadir dengan tulisan berbau destinasi wisata. Abis liburan mak? enggak sih, cuma short getaway aja *ceileh mak :)).

Pekan lalu, pak suami sudah berkali kali sounding mengajak jalan-jalan. Tapi ya bukan pak suamik mamak namanya kalau nggak serba mendadak. Wacananya sih mau Bandung, besoknya ganti Padang, sorenya ganti Pekanbaru, pas hari H ternya berangkatnya ke Tanjung Pinang!

Memang simpel masalah anggaran dan waktu sih, mau jalan jauh dengan waktu sempit dan biaya mahal sayang banget apalagi mau lebaran. Yowes cuss liburan tipis-tipis saja ke pulau seberang. Lagian mamak juga belum pernah meyambangi ibukota kepulauan Riau ini kan.

Sabtu siang (Yes, siang. Nggak niat amat ya kesannya) sesampainya pak suami pulang kantor kami serombongan (saya, atha, pak suami dan bapak ibu mertua) berangkat menuju pelabuhan Punggur. Kapal menuju Tanjung Pinang (selanjutnya akan ditulis Pinang saja ya) hampir setiap satu jam sekali berangkat, kami memilih kapal jam 10.30 yang sebentar lagi meninggalkan pelabuhan. Sebelumnya biarkan saya norak dulu ya, pertamakali banget nih masuk pelabuhan Punggur yang kebetulan memang baru saja direnovasi. Terakhir ke Punggur tahun lalu jalanan masih becek, bangunan pendek berjejal di sana sini. Sekarang? wih.. parkirannya saja naik fly over. Loket tiket gemerlap bak money changer, eskalator meskipun belum beroperasi menunjang mobilitas calon penumpang kapal. Pukul 10.30 Kami masuk kapal, rangkaian proses masuknya mirip-mirip boarding pesawat gitu. Lembaran tiket disertai bar code untuk akses masuk area keberangkatan.Keren lah pokoknya :D. Masuk kapal saya dibuat 'nggumun' lagi. Beberapa kali saya naik kapal, Sepertinya kapal ini deh yang paling nyaman. Adem dan bersih, meskipun dari segi interior dan kebaruan masih kalah bagus dengan ferry yang saya tumpangi sewaktu di lombok dulu.

Perjalanan dari Batam ke Pinang kurang lebih memakan waktu satu jam. Selama perjalanan Atha senang sekali, kalau bukan karena belum tidur dari pagi pasti dia bakal ON sepanjang jalan. Tetapi seperti biasa, Atha selalu pintar kalau sedang bepergian. No rewel!

Pukul 11.30 kami sampai di Pinang. Tujuan pertama adalah ke Pulau Penyengat, yang terkenal dengan masjidnya dan makam para ulama. Untuk mencapai Pulau Penyengat, kami harus menumpang perahu pompong lagi sekitar 15 menit. Pelabuhan kapal pompong terletak tepar di sebelah pelabuhan tempat kami berlabuh, hanya saja tidak ada jembatan penyambung antara keduanya. Jadi harus keluar pelabuhan dulu, jalan sekitar 500m untuk masuk lagi ke pelabuhan kapal pompong. Kurang efektif dan efisien sih menurut mamak, apalagi Pulau Penyengat ini menjadi destinasi yang banyak dituju wisatawan baik domestik maupun mancanegara.

Setelah tiba di pelabuhan pompong, ternyata kapal tidak langsung berangkat. Melainkan harus menunggu jumlah kuota penumpang terpenuhi yaitu 15 orang untuk satu kali berangkat. Bisa sih jika ingin langsung berangkat, jatuhnya seperti carter kapal. Tentunya harga tiketnya berbeda, tiket reguler nunggu kuota 7 ribu, tiket carter 200 ribu. Yo mending nunggu kuota aja lah sambil poto-poto kalau mamak.

Ternyata kami tak harus menunggu lama, kebetulan sedang akhir pekan sehingga jumlah pengunjung yang ingin menyeberang juga cukup banyak. Kapal pompong melaju membawa kami mengarungi lautan perlahan. Meskipun sudah beberapa kali menumpang kapal serupa, kali ini saya merapal doa banyak-banyak karena membawa serta Atha. Apalagi langit mendung dan di tengah lautan ombak sempat besar membuat kapal bergoncang cukup keras. Untungnya tak lama cuaca kembali membaik hingga kami merapat di Pulau Penyengat.

Masjid berwarna kuning menyambut kami di kejauhan sejak pertama kali merapat di dermaga. Rombongan bergegas turun karena adzan sudah berkumandang. Sesuai rencana, kami segera menuju masjid untuk melaksanakan sholat dhuhur. Masjid Penyengat (Saya lupa sih apa nama masjidnya) sudah dipadati oleh pengunjung yang hendak shalat. Saya dan Atha menunggu di semacam rumah panggung di depan masjid.

Udara sangat panas dan terik, khas pesisir pantai. Di sekitar masjid banyak masyarakat yang menjajakan es kelapa dan otak-otak bakar khas Pinang.  Tampak becak bermotor berjajar di depan masjid siap mengantar para pelancong untuk berkeliling. Konon bagi yang berniat ziarah ke makam, banyak yang memilih berjalan kaki. Berangkat sejak pagi lalu pulang pada petang hari agar puas menjelajah setiap sudut pulau. Kami bagaimana? Lepas sholat dhuhur kami bergegas kembali menyeberang. Panasnya nggak tahaaan :')))

Milestone: Kemampuan Bicara

Masih di usia 20 bulan ini, Atha pelan-pelan menunjukkan perkembangan dalam bicara. Meskipun belum jelas, tapi beberapa kali terlihat menirukan beberapa kata: Aphungb : capung, Bah : Lebah, Phah : Sampah, Abh : abi, disertai beberapa tiruan suara alat transportasi kesukaannya. Meskipun lebih mirip Bubbling, tapi ini adalah kemajuan. Saya harus jeli mengamati setiap penambahan karen hal ini penting untuk mengambil keputusan selanjutnya, apakah harus terapi wicara atau konsultasi kepada tenaga ahli. 

Menurut orang-orang di sekitar, pada saatnya nanti anak akan bisa berbicara sendiri. Seorang teman juga pernah comforting saya dengan mengatakan kakak laki-lakinya baru bisa bicara ketika berusia 3 tahun. Menghibur sih, tapi saya tidak ingin terlena dan abai. Karena jika bisa diperbaiki sejak awal kenapa harus menunggu hingga nanti? saya masih terus berusaha menstimulasi dengan banyak mengajaknya bicara, melafalkan dengan jelas nama benda, tidak menggunakan bahasa bayi, serta menatap matanya ketika bicara (I love this part :D).

Saya yakin Atha mengerti, dan saya juga yakin Atha sedang belajar. Hanya saja Allah meminta saya untuk lebih banyak belajar dan bersabar. Semoga Atha dan Ummi berprogress bersama ya nak :)).

Jumat, 27 April 2018

Milestone: 20 Bulan Sudah

Sesuai dengan judulnya, sudah 20 bulan Atha membersamai hari-hari mamak. Selama 20 bulan ini tentunya sudah banyak sekali perubahan baik fisik, mental, maupun kemampuan motoriknya. Dari sekian poin screening tumbuh kembang, di usianya yang sekarang sudah hampir seluruhnya dicapai. Berjalan mundur, naik turun tangga dengan tangan, memahami instruksi dan sebagainya. Hanya saja, satu poin penting yang belum juga dicapai Atha adalah...kemampuan bicara.

Hingga genap 20 bulan kemarin Atha baru bisa mengucapkan 'dah'-sudah 'mam'-makan 'nen'-nenen..dan terkadang 'bah' 'ammi'selebihnya bubbling 'nrnlnernlnrnl..' entahlah apa itu :)). Namun tiba-tiba kemarin Atha dengan jelas berkata 'dada'ketika abinya berangkat kerja. Mamak terbengong bengong..wkwk. Lalu ketika video call dengan mbah Jawa, Atha mau menirukan A I U E O. Waow surpres! Harapan mamak kembali tumbuh berkembang..

Sebelumnya, saya dan suami hampir saja membawa Atha ke klinik tumbuh kembang. Tapi setelah berpikir panjang dan membaca pengalaman serupa ibu-ibu di dunia maya, mamak memutuskan untuk tidak dulu. Tunggu dulu hinggga 24 bulan,,insyaaAllah kalau terus distimulasi Atha akan bisa bicara. Lagipula, (sepertinya) tidak ada gejala mengarah ke autis, hiperaktif ataupun kejanggalan lainnya. Memang belum waktunya saja.

Sudah 20 bulan dan mamak akan bersabar menunggu Atha 'ceriwis'berbicara. Mamak yakin Atha akan bisa pada waktunya, mungkin Atha belum mau atau belum percaya diri. Baiklah nak, umi akan menunggu. Semoga nggak lama lagi ya nak *tetep.

Sabtu, 14 April 2018

Come Back: Huru Hara Dunia Tumblr

Kalau perempuan bisa jadi udah cemburu, baru datang sudah sebut-sebut nama lain. Dan yah, akhirnya kembali ke blogger setelah beberapa bulan terakhir mencoba kembali menulis di platform tumblr. Dan apesnya rupanya Tumblr malah diblokir sama pemerintah! Pffft..

Jadi ceritanya sebut saja ini balik kucing, meskipun sebetulnya saya sudah nyaman di tumblr akhirnya balik juga ke sini, haha. Bertemu kembali dengan saya, mamak satu anak. Sekarang nyebrang ke pulau perbatasan, stay at home mother, yang masih berusaha keras menemukan titik keseimbangan antara ngurus anak sama passion, dan juga kewarasan yang diambang batas di akhir hari.

Sebetulnya di tahun ke-28 ini -yoi, sudah 28 :))-saya berkeinginan untuk membuat tulisan setiap haru dengan kode angka 28 di judulnya. Meskipun baru sekitar 16 tulisan, tapi saya cukup kecewa karena hilang begitu saja di jagad tumblr, sementara saya nggak sempat bermigrasi. Juga beberapa tulisan tentang milestone tumbuh-kembang Athafariz Abdillah Harfi, si bocil kesayangan -akhirnya hilang begitu saja. Ikhlaskan saja mak.

Mungkin nanti saya akan lebih sering memposting tulisan-tulisan pendek, belum move on ceritanya. Tumblr is just my comfort zone :'(, merasa ngga ada yang baca sekaligus nggak sepi karena ada timeline. Dan..tumblr people is ..ringan tapi berbobot, berbobot tapi ringan..hahha, bingung. Yaweslah..sekian dulu untuk sementara.