Rabu, 09 Mei 2018

Weekend Trip: Tanjung Pinang (1)

Wohooooo!! setelah hampir 3 tahun sama sekali nggak memposting tulisan liburan, akhirnya mamak kembali hadir dengan tulisan berbau destinasi wisata. Abis liburan mak? enggak sih, cuma short getaway aja *ceileh mak :)).

Pekan lalu, pak suami sudah berkali kali sounding mengajak jalan-jalan. Tapi ya bukan pak suamik mamak namanya kalau nggak serba mendadak. Wacananya sih mau Bandung, besoknya ganti Padang, sorenya ganti Pekanbaru, pas hari H ternya berangkatnya ke Tanjung Pinang!

Memang simpel masalah anggaran dan waktu sih, mau jalan jauh dengan waktu sempit dan biaya mahal sayang banget apalagi mau lebaran. Yowes cuss liburan tipis-tipis saja ke pulau seberang. Lagian mamak juga belum pernah meyambangi ibukota kepulauan Riau ini kan.

Sabtu siang (Yes, siang. Nggak niat amat ya kesannya) sesampainya pak suami pulang kantor kami serombongan (saya, atha, pak suami dan bapak ibu mertua) berangkat menuju pelabuhan Punggur. Kapal menuju Tanjung Pinang (selanjutnya akan ditulis Pinang saja ya) hampir setiap satu jam sekali berangkat, kami memilih kapal jam 10.30 yang sebentar lagi meninggalkan pelabuhan. Sebelumnya biarkan saya norak dulu ya, pertamakali banget nih masuk pelabuhan Punggur yang kebetulan memang baru saja direnovasi. Terakhir ke Punggur tahun lalu jalanan masih becek, bangunan pendek berjejal di sana sini. Sekarang? wih.. parkirannya saja naik fly over. Loket tiket gemerlap bak money changer, eskalator meskipun belum beroperasi menunjang mobilitas calon penumpang kapal. Pukul 10.30 Kami masuk kapal, rangkaian proses masuknya mirip-mirip boarding pesawat gitu. Lembaran tiket disertai bar code untuk akses masuk area keberangkatan.Keren lah pokoknya :D. Masuk kapal saya dibuat 'nggumun' lagi. Beberapa kali saya naik kapal, Sepertinya kapal ini deh yang paling nyaman. Adem dan bersih, meskipun dari segi interior dan kebaruan masih kalah bagus dengan ferry yang saya tumpangi sewaktu di lombok dulu.

Perjalanan dari Batam ke Pinang kurang lebih memakan waktu satu jam. Selama perjalanan Atha senang sekali, kalau bukan karena belum tidur dari pagi pasti dia bakal ON sepanjang jalan. Tetapi seperti biasa, Atha selalu pintar kalau sedang bepergian. No rewel!

Pukul 11.30 kami sampai di Pinang. Tujuan pertama adalah ke Pulau Penyengat, yang terkenal dengan masjidnya dan makam para ulama. Untuk mencapai Pulau Penyengat, kami harus menumpang perahu pompong lagi sekitar 15 menit. Pelabuhan kapal pompong terletak tepar di sebelah pelabuhan tempat kami berlabuh, hanya saja tidak ada jembatan penyambung antara keduanya. Jadi harus keluar pelabuhan dulu, jalan sekitar 500m untuk masuk lagi ke pelabuhan kapal pompong. Kurang efektif dan efisien sih menurut mamak, apalagi Pulau Penyengat ini menjadi destinasi yang banyak dituju wisatawan baik domestik maupun mancanegara.

Setelah tiba di pelabuhan pompong, ternyata kapal tidak langsung berangkat. Melainkan harus menunggu jumlah kuota penumpang terpenuhi yaitu 15 orang untuk satu kali berangkat. Bisa sih jika ingin langsung berangkat, jatuhnya seperti carter kapal. Tentunya harga tiketnya berbeda, tiket reguler nunggu kuota 7 ribu, tiket carter 200 ribu. Yo mending nunggu kuota aja lah sambil poto-poto kalau mamak.

Ternyata kami tak harus menunggu lama, kebetulan sedang akhir pekan sehingga jumlah pengunjung yang ingin menyeberang juga cukup banyak. Kapal pompong melaju membawa kami mengarungi lautan perlahan. Meskipun sudah beberapa kali menumpang kapal serupa, kali ini saya merapal doa banyak-banyak karena membawa serta Atha. Apalagi langit mendung dan di tengah lautan ombak sempat besar membuat kapal bergoncang cukup keras. Untungnya tak lama cuaca kembali membaik hingga kami merapat di Pulau Penyengat.

Masjid berwarna kuning menyambut kami di kejauhan sejak pertama kali merapat di dermaga. Rombongan bergegas turun karena adzan sudah berkumandang. Sesuai rencana, kami segera menuju masjid untuk melaksanakan sholat dhuhur. Masjid Penyengat (Saya lupa sih apa nama masjidnya) sudah dipadati oleh pengunjung yang hendak shalat. Saya dan Atha menunggu di semacam rumah panggung di depan masjid.

Udara sangat panas dan terik, khas pesisir pantai. Di sekitar masjid banyak masyarakat yang menjajakan es kelapa dan otak-otak bakar khas Pinang.  Tampak becak bermotor berjajar di depan masjid siap mengantar para pelancong untuk berkeliling. Konon bagi yang berniat ziarah ke makam, banyak yang memilih berjalan kaki. Berangkat sejak pagi lalu pulang pada petang hari agar puas menjelajah setiap sudut pulau. Kami bagaimana? Lepas sholat dhuhur kami bergegas kembali menyeberang. Panasnya nggak tahaaan :')))

Tidak ada komentar:

Posting Komentar