Rabu, 17 Maret 2021

Peran Orang Tua dalam Menumbuhkan Fitrah Seksualitas

gambar: greatmind.id

Sebuah sajian yang relevan dengan berita yang akhir-akhir ini ramai menjadi perbincangan netizen: seorang anggota TNI yang mengidap Hipospadia (penyakit ambiguitas kelamin) akut yang baru diketahui di usianya yang hampir 30 tahun.

Konon, keterbatasan akses informasi dan juga pengetahuan menjadi alasan mengapa kasus ini bisa terjadi. Yang terbersit di benak saya tentu saja, apakah sang Sersan tidak merasakan Fitrah nya sebagai seorang laki-laki ataukah sebagai seorang perempuan?

Berarti, anak-anak dengan kasus seperti telah ditumbuhkan, diasuh, dan diperlakukan tidak sesuai dengan fitrahnya? Dan benar adanya jika anak akan mengalami kebingungan, tidak sadar gender, mungkin juga tidak merasa bangga, juga tidak menghayati peran seksualitasnya. Begitupun dengan kisah Sang Sersan yang dituturkan oleh teman-teman terdekatnya. Ia merupakan pribadi yang cenderung tertutup, bahkan menjadu korban bullying di masa sekolah. 

Sebuah kasus nyata yang menyimpan banyak hikmah bagi para orang tua. Sebuah Aha! moment yang aneh bukan, bagaiman topik yang dibawakan oleh teman-teman regional Depok ini justru mengantarkan saya pada kisah hikmah Sang Sersan. 


Negara Tanpa Ayah

Memangnya bisa? Ada sebuah negara tanpa ayah? Memangnya ini cerita legenda Tiongkok Kera Sakti, yang memiliki episode negara yang isinya semua wanita?

Fatherless country, begitu Elly Risman menyebut kondisi Indonesia saat ini. Berdasarkan studi yang beliau lakukan dalam kurun waktu antara tahun 2008-2010 di 33 provinsi di Indonesia, Indonesia disebut sebagai negara yang 'yatim banget', di peringkat ke-3 setelah Amerika. Wahh..baru kali ini ya rasanya kita punya ranking deketan sama Amerika!

Apa sih Fatherless country itu? Apakah yatim dalam artian sebenarnya atau tmyatim yang seperti apa? Fatherless country merupakan keadaan sebuah negeri dimana tidak adanya peran dan keterlibatan figur ayah secara hangat dan signifikan pada keseharian anak-anak di rumah. 

Hmm..familiar kan dengan bapak-bapak yang nggak mau tahu tentang proses pendidikan (karakter maupun akademis) anak? Serahkan saja pada ibunyaa..wkwk.

Di keluarga kami sendiri, alhamdulillah..abi anak-anak sudah memiliki kesadaran untuk meluangkan waktu dengan anak-anak,menyadari bahwa masa kanak-kanak ini tidak boleh dilewatkan, dan terbuka dengan ide-ide nyeleneh umi terkait pendidikan anak, bahkan tidak keberatan jika ingin mencoba menempuh jalan homeschooling. Mesipun jauh dari ideal, tetapi abi kami selalu berusaha ada dalam setiap momen, hingga bersedia menciptakan momen-momen indah bersama anak. Karena bonding di masa kecil inilah kelak yang akan menjadi modal kepercayaan, dan kelekatan anak dengan kami orang tuanya. 

Perjalanan kami masih panjang dan berliku. Apakah abi akan berhasil mendampingi anak-anak seutuhnya sebagai ayah yang betul-betul hadir juga sedang ditempa. Bismillah semoga dimudahkan mengurangi angka fatherless country.

Cerita Tentang Aqil dan Baligh

Pentingnya Aqil dan Baligh Bersamaan, topik yang dibawakan oleh IP Lamongan dan Lampung ini alih-alih memunculkan Atha dalam benak, malah membuat saya berkaca ke dalam diri saya sendiri. 

Sepertinya saya termasuk yang Baligh terlebih dahulu sebelum Aqil sampai.

Seperti halnya yang diceritakan oleh Mba Eka  -moderator topik ke-5 ini, dulu rasanya saya juga tidak tahu harus berbuat apa. Saat itu sepertinya saya sudah tahu bahwa keluarnya darah dari kemaluan adalah menstruasi, dan anehnya..seingat saya ekspresi yang ditunjukkan ibu saya adalah..marah? Hmm..

Waktu itu saya sepertinya mengjarapkan penjelasan lebih dari seorang ibu kepada anaknya yang memasuki fase baligh. Tapi sepertinya ibu saya tidak memberikan penjelasan yang comforting secara psikologis. Ya dijelaskan, harus memakai pembalut, harus mandi wajib, dan hal teknis lainnya. Tetapi satu hal yang saya ingat, saya tidak diberikan penjelasan bahwa saya sudah masuk fase baligh, saya sudah mulai dewasa dan lain sebagainya. Bahkan, saya ingat cerita seorang anak tetangga yang di hadiahi dengan cucian baju pertamanya setelah datang fase baligh "Nah, sekarang kamu sudah dewasa..maka sekarang kamu harus belajar mencuci sendiri pakaianmu ya Nak,". 

Mungkin saat itu belum sampai ilmu kepada ibuk, atau ibuk kaget karena saya baligh di usia yang cukup muda sehingga beliau belum siap untuk menjelaskan. Tetapi yang pasti, hal ini menjadi pembelajaran besar bagi saya. Juga menjadi keinginan saya untuk dapat mengantarkan anak-anak kelak menuju fase aqil baligh yang bersamaan dengan nyaman dan tenang. 

Memang menyiapkan akal agar tidak 'keduluan' baligh di masa sekarang ini tidaklah mudah. Banyak sekali faktor yang membuat anak-anak lebih cepat baligh dibandingkan aqil. Maka tentu saja tugas orangtua untuk mampu mengantarkan anak-anak agar mampu mennyambut masa baligh dengan akal yang sudah siap. Karena memang jika baligh tanpa disertai aqil, jadinya Ambyar!!!

Zona 7 Hari ke-14 : Berbicara Tentang Kejahatan Seksual

Gambar: www.focusforhealth.org

Pada hari ke-14, kelompok 31 yang terdiri dari IP Sumut dan IP Sungai Penuh Kerinci membawakan topik Peran Lingkungan dan Perlindungan dari kejahatan seksual. 

Kejahatan seksual seperti yang kita semua ketahui memiliki dampak traumatis kepada korban. Apalagi jika pelakunya tidak selalu orang asing, melainkan orang-orang terdekat di sekitar kita. Bukan saja menyebabkan gangguan psikologis, kecemasan, juga penyakit fisiologis, yang paling mengerikan adalah bagaimana jika korban berbalik menjadi pelaku kejahatan seksual di kemudian hari?

Ada peluang besar dimana kelak korban kejahatan seksual akan menjadi pelaku sebagai pelampiasan kemarahan. Korban ingin orang lain merasakan apa yang ia rasakan, sehingga akhirnya terjadi kejahatan seksual secara berantai.

Ingin rasanya kusimpan saja anak-anak nanti di rumah saja biar tidak perlu bertemu orang asing..

Tapi tentu saja hal tersebut tidak bisa saya lakukan. Kelak anak-anak pasti harus berbaur dalam lingkungan, harus mampu melindungi diri dan menghindari situasi yang tidak diinginkan. Maka kembali lagi, pendidikan seksualitas sejak dini memang sangat penting untuk disampaikan kepada anak. Mulai dari memberitahukan mana bagian tubuh yang boleh disentuh dan tidak boleh disentuh, hingga komunikasi yang baik antara anak dengan orangtua. Dan yang paling penting, diperlukan lingkungan yang juga 'melek' pendidikan seksualitas. Yang tak lagi memandang tabu hal-hal yang berkaitan dengan seksualitas. Jika lingkungan di luar keluarga inti belum ideal, maka peran orangtua sangat penting untuk melindungi anak dengan memberikan bekal pengetahuan. 

Zona 7 Hari ke-7 : Pendidikan Seksual Sejak Dini

Berbicara tentang pendidikan seksualitas semula yang terlintas di pikiran saya tentu saja mainstream, melulu tentang alat reproduksi pria dan wanita. Tetapi ternyata pendidikan seksualitas terutama pada anak lebih luas daripada itu. 

Menurut hasil penemuan teman-teman di kelompok CiCiBoBa, pendidikan seksualitas bahkan dimulai dengan mengenalkan nama anak, ayah dan ibu, dan keluarga yang dimiliki anak. Wow, menarik bukan?

Saya sama sekali tidak menyangka bahwa mengenali keluarga besar merupakan pondasi awal pendidikan seksualitas pada anak. Juga sikap yang ditunjukkan oleh ayah ibu, baik karakter, cara berinteraksi kepada masing-masing anggota keluarga juga merupakan bagian dari pendidikan seksualitas pada anak. 

Selebihnya, pendidikan seksualitas yang dipaparkan adalah tentang pengenalan anggota tubuh, mana yang boleh disentuh dan mana yang tidak boleh disentuh oleh orang asing. Bagi saya pribadi, pengenalan seksualitas yang sudah diberikan kepada Atha dan Ruby adalah mengenalkan anghota keluarga, mengenalkan rasa malu, dan aurat laki-laki dan perempuan meskipun baru selintas. Selebihnya belum ada sesi pengenalan khusus, juga untuk membantu Atha mandi atau berganti baju masih banyak orang, umi, abi, mbahkung, mbah uti, juga bulik. 

Sepertinya pendidikan seksualitas kepada anak-anak sepertinya harus direnungkan kembali dan mulai disampaikan secara sadar. Agar anak-anak kelak paham dan terlindung dari para penjahat seksual!

Zona 7 Hari ke-5 : Bahagia Berkontribusi Melalui Video Pendek

Sore hari pada hari Minggu, saya dikejutkan dengan banyaknya mention hingga pesan pribadi pada aplikasi Whatsapp. Ada apakah gerangan? 
Rupanya, kabar bahagia menghampiri kelompok 7 alias CiCiBoBa (Cianjur, Cirebon Raya, Bontara, Batam). Kelompok kami terpilih untuk menyampaikan materi 2 dengan tema pendidikan seksual sejak dini!

Rupanya penanggung jawab kelompok beberapa kali 'mencolek' saya terkait video singkat berisikan nama anggota yang rencananya akan ditampilkan di akhir sesi siaran langsung. Sesaat saya kelabakan, wkwkwk..mau bikin video seperti apa, nih?

Kemudian saya segera mencuri waktu untuk fokus berpikir. Membuat draft isi slide, isi dan mengkonsultasikan kepada teman satu kelompok. Beres tentang isi, mulailah saya mengeksekusi slide penutup dengan aplikasi desain andalan di gawai: Canva!

Saya memikirkan sebuah video ucapan terimakasih yang ceria, baik warna, elemen gambar juga musik yang mengiringinya. Akhirnya sekitar sore, saya mulai mencicil pembuatan video pendek. Alhamdulillah..lewat tengah malam setelah puluhan sesi  'break' tentunya, akhirnya video selesai dibuat. Saya segera mengunggah di grup agar sewaktu-waktu dapat segera dikoreksi jika ada kesalahan. 

Keesokan harinya, grup sudah ramai. Alhamdulillah semua tanggapannya positif, tinggal merubah sedikit di beberapa bagian. Akhirnya, video singkat siap disetorkan bersama materi lain :D

*sedikit dokumentasi perjalanan pembuatan video yang berkali kali direvisi🤣.

Minggu, 07 Maret 2021

Zona 7 Hari ke-4: Kabar Gembira

Yuhuuuuu! Sudah terpampang di judulnya ya, ada sebuah kabar gembira bagi kelompok 7. Setelah 3 hari lalu grup dihebohkan dengan persiapan seleksi penampilan live di platform Facebook, akhirnya hari ini kami mendapatkan informasi bahwa kelompok kami terpilih untuk menampilkan topik kedua: Pendidikan Seksualitas Sejak Dini. Dengan begitu, saatnya saya menyelesaikan tugas membuat video ucapan terimakasih😃.

Hmm..kira-kira seperti apa ya nantinya? 
Sebetulnya belum ada bayangan sama sekali..hihi..
Tapi karena seluruh anggota grup sedang diliputi perasaan bahagia sekaligus bangga karena karya 'kami' terpilih, maka saya juga tertular bahagia dong! Hihi, meskipun kemarin tidak tergabung dalam tim telusur maupun penyusun materi, tapi sebagai anggota kelompok harus tetap semangat dan memberikan dukungan terbaik. 

Esok hari, saatnya memikirkan video seperti apa yang akan dibuat! Yeaaa..!!

Sabtu, 06 Maret 2021

Zona 7 Hari ke-3 : Pengumpulan Draft Naskah Presentasi

Hari terakhir dimana proses diskusi kelompok untuk menyajikan materi harus sudah berakhir. Sejak pagi WAG sudah ramain dengan teman-teman yang berdiskusi, meminta tanggapan juga menindak lanjuti setoran artikel-artikel dari para penanggung jawab. 

Untuk sementara, saya masih belum bergerak. Video ucapan terimakasih ternyata masih di akhir sesi facebook live 10 hari kedepan. Sesekali saya memantau di grup.

Sementara di siang hari teman-teman asyik berdiskusi dengan pengenalan pendidikan seksualitas berdasarkan pengalamannya masing-masing, akhirnya di sore hari, materi live sudah selesai di kompilasi. Tim penyusun materi mulai menyusun naskah live dan membuat format materi cantik untuk disajikan kepada para penonton.

Wahhh..semua sudah excited dengan hari pngumpulan esok hari! Kira-kira akan seperti apa ya live nya nanti?


Jumat, 05 Maret 2021

Zona 7 Pendidikan Seksualitas: Wow, Format Tugas dan Topik yang Luar Biasa!

Judulnya heboh ya? Hihi, di zona ke-7 ini kami disugihi dengan tantangan yang sangat berbeda dari keenam tantangan sebelumnya. Jika yang sudah-sudah tugas setiap zona dikerjakan dan dieksekusi masing-masing individu, di zona ke-7 ini kami juga diminta untuk mengerjakan secara berkelompok. Daan, Batam masuk dalam kelompok 7 bersama Bontara, Cianjur, dan Cirebon Raya! Hai teman-teman baru!😃

Selama 3 hari kedepan kelompok akan berdiskusi untuk menyusun materi dan skenario tampil.

Kelompok kami memilih judul : Pendidikan Anak Usia Dini. Aku, Keluarga dan Orang di Sekitarku, yang berisikan 4 poin materi:
1. Tahu Keluarga dan Sekitar
2. Saling Menyayangi
3. Tidur Terpisah dengan Orang Tua atau Saudara
4. Waspada Terhadap Orang di Sekitar.

Pembagian tugas dan alur kerja sudah disusun, saat ini sedang membuka 'lowongan' untuk anggota tim mulai dari Penanggung jawab, Materi, artistik, dll.

Sekian laporan hari ini, menunggu keseruan yang menanti esok di hari ke-2 zona 7!

Zona 7 Pendidikan Seksualitas : Tugas Kelompok!

Hari kedua tantangan di zona ke-7, grup diskusi sudah sangat ramai oleh diskusi teman-teman.
Setelah sesaat tsunami informasi dan susah payah memanjat ke atas pervakapan di grup, akhirnya memberanikan diri berpartisipasi sebagai tim creative. Awalnya maunya bantu-bantu aja karena ada 2 slot yang dibuka, ternyata setelah saya isi, slot keduanya dihapus! Jengg..jengg..

Mau bikin apa sih? Seru banget nampaknya ya?

Jadi pada zona ini, tantangannya berbeda banget! Selain harus mengerjakan tugas berkelompok, bergotong royong, juga harus membuat penampilan live (oleh perwakilan grup).

Hari kedua ini progresnya sudah banyak, antara lain:

1. Semua slot kesempatan pasrtisipasi sebagai bagian dari proses produksi penampilan grup sudah hampir seluruhnya terisi.
2. Penelusuran materi sudah dilakukan oleh teman-teman yang mendapatkan mandat.
3. 4 materi sudah diserahkan oleh para anggota tim selusur kepada tim editor.

Yuhuu..sekian laporan hari ini. Menunggu arahan dan rembukan selanjutnya di grup esok hari!