Rabu, 13 Juni 2012

Bulan Memang Ditakdirkan Untuk Terus Diam

Karena pungguk tidak pernah tahu apa yang ada di hati bulan.
Jika pungguk masih bisa bersuara, berbisik pun bulan tidak mampu.
Jika pungguk bisa menatap bulan dari manapun, Bulan hanya mampu menerawang jauh . Memicingkan mata hingga lelah, tanpa mampu melihat pungguk meski setitik bayangannya saja.

Dia mendesah perlahan, membuang pandangan ke luar jendela. Bulan malam ini bulat penuh..berpendar kuning lembut. Cukup lama dia terpekur, seolah berbincang dengan angin malam. Ada berjuta hal yang ingin dia sampaikan. Namun, tak sekalipun dia mampu berucap. Ada yang salah..dia yakin ada yang salah. Dan memang selalu merasa ada yang salah.

Ketakutan  ini salah. Kerinduan ini salah. Pikiran-pikiran ini salah. Dan memang..semuanya salah..
Dia kembali menghela nafas panjang. Kembali memandang langit, kembali memandang bulan.
Jemarinya kembali bergetar pelan, mengayun konstan melanjutkan apa yang tertahan.

Bulan ditakdirkan untuk terus diam, tanpa suara.
Memendam apa yang terjadi di hatinya. 
Maka pungguk tidak akan pernah tau seberapa besar bulan juga merindunya. 
Bulan mencoba mengerti bahwa ada yang berbeda. 
Meskipun rindunya adalah rindu yang sama. 


Dan dia pun memilih untuk diam. Memendam semuanya seperti yang bulan lakukan.
Desir angin menelusup melalui jendela. Dia memejamkan mata seraya berbisik pelan, "Bulan memang ditakdirkan untuk terus diam,"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar