Selasa, 27 September 2011

Matahari Sore dan Aston Tropicana

Tunggu..biarkan sejenak saya mengingat kembali fragmen memori sore tadi yang hampir terhapus oleh hujan. Ini dia..matahari tampak bulat penuh berlatarbelakang langit biru bersih. Semburat cahayanya oranye keemasan semakin berpendar lemah mengiringi senja yang beranjak turun. Bulat penuh, jelas terlihat. Jarang sekali saya bisa mengamati bentuknya tanpa harus memicingkan mata. Ini adalah secuil romantisme yang sering saya nikmati ketika sore hari, warna senja dan pendar tulisan "Aston Tropicana" di kejauhan. Ini adalah fragmen deskriptif tentang Kebon Bibit...

Jalanannya naik turun, beraspal bopeng yang tidak rata. Polisi tidur yang dibuat entah berdasarkan standar siapa, tingginya menyiksa vega saya yang sudah tua. Tapi, diluar itu semua jalanan ini bisa dibilang menjadi saksi tidak hidup kegalauan dan keluh kesah saya, hahaha.

Dahulu, saya pernah menangis terisak sepanjang jalan di bawah rintik gerimis. Saya pernah menerawang kosong menatap jalanannya. Saya pernah menerawang jauh ke langit di atas Aston Tropicana. Dan saya selalu menyadari jika salah satu lampu hotel itu mati sehingga tulisan yang terbaca "AST N TROPICANA".

Saya seringkali merasa takut jika harus berjalan sendirian melewati jalanan ini. Bukannya apa-apa..jalanannya sepi dan gelap. Apalagi bawah jembatan pasupati yang meskipun mulus jalannya, tapi miskin penerangan. Terkadang hanya terlihat nyala puntung rokok yang dihisap segerombolan ABG labil di bawah pilarnya yang menjulang. Jika terpaksa pulang sendirian tengah malam tanpa kendaraan, saya pasti mempercepat langkah..meningkatkan kewaspadaan 3 kali lipat.

Masih di jalanan Kebon Bibit dengan pemandangan Aston Tropicana di ujungnya. Di sini ada penjual batagor yang selalu ramai. Anak-anak SD Pertiwi selalu mengajak saya saingan mengantri. Sering sekali si Mang ini membuat saya berlalu dengan kecewa, kehabisan batagor di siang bolong. Terkadang, saya sengaja melalui jalur ini hanya untuk sekedar mampir membeli batagor, sebelum berangkat kuliah..setelah pulang kuliah..sesempatnya lah. Bahkan sepertinya secara tidak langsung saya sukses jadi agen promosi. Teman-teman saya ketagihan batagor ini juga setiap kali mampir ke kosan.

Masih di Kebon Bibit. Kali ini di pertigaan di depan pos jaga. Tidak jarang anjing berbulu keemasan itu muncul mengagetkan. Pagi hari..siang hari..malam hari...tak tahu juga sebenarnya kapan jadwal pastinya. Ia terlihat berlari-lari atau menggeletak malas di tengah jalan ketika saya melintas. Berjingkat-jingkat saya memelankan langkah, mencari rute paling jauh dari keberadaannya. Bukannya saya takut, tapi saya malas kalau dikejar dan sampai terjilat! tujuh kali campur pasir hey bersihinnya...malas sekali.

Hmm..masih belum beranjak dari Kebon Bibit. Setelah  pertigaan, jalanan akan kembali berbelok ke kanan. Memunculkan lagi sisa pemandangan Aston Tropicana dengan pendar lampu biru-merah nya. Dulu di sini ada warung kecil. Ingat sekali saya berteduh dari hujan sambil membeli beberapa snack ala anak SD ketika membantu Kak Rani pindahan. Di jalanan ini juga mobil tragedi mobil Arum terjadi, membuat kami semua kalang kabut dan batal datang presentasi. Berujung di sebuah pertigaan lagi yang semakin dekat dengan kosan.

Jalanan mulai menurun, satu tahun pertama saya selalu berhenti di gerbang atas, membuka satu persatu kunci dua lapis pintu sebelum masuk ke dalam. Tapi tidak sia-sia, taman hijau milik ibu Tati selalu bagai oasis di padang pasir yang seolah berbisik "Nyampe kosan, Kasur heeeey!"
Dan dengan langkat satu-satu menaiki anak tangga hingga berakhir dengan putaran kunci yang mengakhiri perjalanan sepanjang hari. Dan perjalanan melintasi Kebon Bibit dan bercengkrama bersama Aston Tropicana pun kembali berakhir.

6 komentar:

  1. Sumpah dirimu menangis di jalanan yang sepi dan gelap waktu turun hujan gerimis....???
    Ngeri cak,,, hahahaaaaa

    BalasHapus
  2. gak jalanan yang sepi dan gelap. cuman pas udan gerimis jo. PERNAH lah..mosok ora, hahahaha. wi kamuflase terhebat lo, memanfaatkan air hujan.

    BalasHapus
  3. WoW..... lha lapo kok nangis barang cho...??? mosok mek kehujanan sampe nangis..? hahahaaaa
    iyo,,, air hujan memang bisa menyamarkan air mata :D

    BalasHapus
  4. banyak yang telah terjadi ..haha

    BalasHapus
  5. keren parah tulisaanya, :D
    selalu menikmati tiap paragrafnya,

    BalasHapus
  6. hohoho..nantikan edisi edisi selanjutnya gus :p

    BalasHapus