Senin, 30 Maret 2015

Bukan Travelogue: Mengejar Matahari Terbit di Pulau Kenawa (2)



Setiap perjalanan memiliki ceritanya sendiri. Setiap pengembara memiliki tujuannya sendiri. Ada yang rindu akan kenangan masa silam, ada juga yang gegap gempita menyambut masa depan. Semua terangkum dalam sebuah perjalanan, yang hanya akan usai bersama masa.

Dua jam perjalanan laut menuju Pelabuhan Poto Tano mempertemukan saya dengan seorang ibu. Ah, sayang sekali saya melupakan nama beliau. Saya mendengar ceritanya dengan seksama. Mengenai Sumbawa di tahun 80-an, ketika Ia dan suaminya masih mengabdi sebagai pengajar di pulau yang seperti tak memiliki gairah hidup. Sang ibu bertanya-tanya, mengapa Sumbawa tidak memiliki greget untuk berkembang. Ia terheran-heran, padahal tanah subur, air berlimpah, hanya saja mereka terlalu nrimo katanya. Tidak mau berusaha lebih keras untuk menggali potensi. Hingga puluhan tahun berlalu, Sumbawa seperti terlindas zaman. Kini, laju perkembangannya tertinggal jauh oleh Lombok, tetangganya.

Saya yang memang belum pernah ke Sumbawa sebelumnya hanya ber-ooh ria mendengar cerita beliau. Beliau bertanya kami hendak kemana. Saya bercerita tentang Kenawa, sebuah pulau kosong yang kini sedang ramai menjadi tujuan wisata. Di akhir percakapan menjelang merapatnya kapal ke dermaga, beliau berpesan: "Selamat berlibur, dijaga ya aqidahnya" dan saya terbengong-bengong tidak tahu harus menjawab seperti apa. Ahhh..mungkin karena tadi saya bilang, kami bersama tiga orang lelaki di rombongan, dan akan menginap di pulau kosong! Oh, men..kita nggak akan ngapa-ngapain kok bu, selain ribut karena digigit nyamuk dan berburu foto Bima Sakti.

Sekitar pukul 17.00 WITA kami tiba di Pelabuhan Poto Tano. Dari sini, kami harus menumpang sebuah perahu tongkang menuju Pulau Kenawa selama sekitar 15 menit. Hari sudah sore, sebentar lagi matahari tenggelam sedangkan kami masih harus membuat tenda. Sebuah jembatan kayu menyambut kami. Air laut biru jernih kehijauan diatas pasir coklat muda mengelilingi pulau yang sedang hijau-hijaunya. Kami bergegas menurunkan barang menuju dermaga dan mencari spot terbaik untuk mendirikan tenda. Akhirnya Fajar memilih  sebuah bukit kecil di tengah pulau, sempurna untuk melihat bintang. Meskipun sempat khawatir dinginnya padang rumput di malam hari, tapi sangat saya rekomendasikan deh bagi yang ingin camping dan mendapatkan pemandangan langit yang oke :D

Di tepi Pulau kenawa sebenarnya sudah banyak saung-saung yang bisa digunakan untuk menginap darurat. Memang kondisinya tidak terawat, tapi lumayan bagi para backpacker yang tidak membawa tenda. Kami yang sebenarnya sudah sangat terlambat karena insiden penundaan penerbangan harus berjuang keras membuat tenda di kegelapan magrib. Idealnya, kami sampai di Kenawa pagi hari agar sempat mengeksplore pulau. Tapi apa daya, nasib berkata lain. Setelah sekitar  satu jam merangkai kerangka dan pasak akhirnya tenda berdiri. Kami segera menggelar ponco untuk shalat. Ohya, selama di Kenawa, air bersih harus dibawa dari Poto Tano karena memang tidak ada kamar mandi atau sumber air tawar. Jadi kami harus hemat air untuk wudhu, minum, masak dan buang hajat.

Kenawa gelap total di malam hari. Hanya tampak kerlip lampu di kejauhan dari pulau-pulau seberang. Malam ini agak mendung, bintang hanya terlihat satu dua hingga sekitar pukul 21.00 WITA. Makan malam ala anak kosan, a.k.a mi instan rebus plus sosis s* nice menjadi pengganjal perut yang sedari tadi keroncongan. Diluar dugaan, angin sama sekali tidak bertiup, akibatnya nyamuk berlalu lalang di sekitar kami dan menggigiti pipi kurus saya. Gerah, nyamuk, dan pikiran mencekam membuat saya terjaga hampir sepanjang malam. 

Sekitar tengah malam, saya dan Imon terbangun karena gerah dan..dengkuran Supri! luar biasaaaa...Supri tidur sangat nyenyak dalam sleeping bag, meninggalkan kami yang glibak glibuk karena nyamuk. Saya dan Imon sempat bertukar posisi, hingga tak lama kemudian tenda cewek kembali senyap. Saya masih terjaga dengan perut lapar, mi rebus topping s* nice? huh, mana cukup..
Tiba-tiba saya mendapati Jojo men set up kamera, yay! saatnya berburu Bimasakti!

Saya krauk-krauk makan oreo memperhatikan Jojo menjepret-jepret langit dalam gelap. Sesekali mengintip hasilnya di layar display, dan Waooooow! Subhanallaaahh!! langit yang memang semakin penuh bintang di tengah malam tertangkap cantik oleh kamera. Galaksi Bima Sakti meskipun belum sempurna bisa tertangkap kamera, jadilah saya, Jojo dan Ocha -yang akhirnya ikut terbangun karena keributan saya dan Jojo- foto-foto ceria dengan berlatar belakang Bima Sakti. Perjuangan banget ini fotonya, harus menahan pose selama puluhan detik. Berkat keahlian setting Jojo, dan kesabaran Ocha dalam berhitung akhirnyaaa, terpotretlah kami bersama The Milky Way! Ah, saya selalu tidak bisa move on dari langit, apalagi yang penuh bintang!

Capek foto-foto akhirnya saya mencoba tidur. Masih dengan oreo di genggaman, saya berbaring menatap langit malam. Terdengar suara-suara aneh di sekitar tenda, mungkin saja serangga. Tepatnya saya memaksa diri saya percaya itu serangga biasa, karena kami semua lupa tidak membawa garam untuk menghalau ular. Saya mulai berpikir bagaimana kalau tiba-tiba ada perampok, yang menghabisi kami semua ditengah malam? atau binatang buas? Selain nggak bisa lari kemana-mana, teriak pun nggak akan ada yang dengar, ini pulau tak berpenghuni saudara-saudaara! Untung saja kekhawatiran saya terhenti setelah suapan oreo terakhir tandas. Saya jatuh tertidur hingga dibangunkan oleh kegaduhan yang sama, Jojo, dan kameranya yang kali ini bersama Niken, menjelang adzan subuh yang sayup-sayup terdengar dari kejauhan.

Bima Sakti tertangkap sempurna oleh kamera Jojo sekitar pukul 03.30 WITA tadi, bergegas saya bergabung dengan Jojo-Niken untuk melihat hasil jepretan Jojo. Tak lama kemudian semua orang terbangun dan bergabung menikmati Gugusan Bima Sakti. Langit Kenawa pagi itu sangat indah! Meskipun bintangnya masih kalah dengan yang saya lihat di langit Garut, tapi menyaksikan bintang bersama mereka tentu saja sebuah kesempatan luar biasa. Subuh yang syahdu di sebuah pulau di tengah lautan, sebentar lagi saya akan bersiap menjemput pagi. Menyaksikan matahari terbit di Pulau Kenawa. (Bersambung)

Pelabuhan Poto Tano yang lengang
Gerbang Pulau Kenawa
Dermaga di Pulau Kenawa, warna pasir dan air lautnya 'ngawe -ngawe'
Bintang di Langit Pulau Kenawa pukul 00.00 WITA
Kapan lagi foto di bawah bintang kelap kelip! bersama potograper dan asisten pencet flash
Galaksi Bima Sakti tertangkap sempurna pada pukul 03.30 WITA

*Foto-foto langit diambil dan diedit oleh Yohanda Mandala, Flickr account : jokidz90

Tidak ada komentar:

Posting Komentar