Sabtu, 28 Maret 2015

Bukan Travelogue: Mengejar Matahari Terbit di Pulau Kenawa (1)



Kabar penundaan kembali keberangkatan pesawat di grup membuat saya kembali merapatkan selimut. Di grup yang lain, Niken mengajukan usul untuk berangkat esok subuh karena pesawat kami baru akan berangkat pukul 09.30 WIB. Tapi pembicaraan berakhir lain, kami memutuskan berangkat malam itu juga menyusuri jalanan bersama gerimis menuju Surabaya.

Seperti yang sudah direncankan, malam itu saya bertugas menyetir sepanjang Madiun-Surabaya. Dengan riang saya memacu gas yang semula tersendat melaju kencang di jalanan antar kota. Hujan sejak sore tadi tak kunjung reda, memunculkan kilat menemani perjalanan kami. Di malam hari, jalanan memang relatif sepi dari kendaraan pribadi. Namun bukan berarti jalanan lengang begitu saja, truk-truk besar bergantian menyalip sedan ceper kami. Sempat berhenti di beberapa pom bensin, kami memasuki Sidoarjo sekitar tengah malam. Jalanan yang gelap dan penuh genangan air membuat saya harus ekstra waspada. Mobil yang kami tumpangi sudah berkali kali terguncang melindas lubang menganga. Sekitar pukul 02.00 dini hari kami memasuki pelataran parkir D3 Mesin ITS untuk menjemput Bima, adik Jojo yang besok pagi akan mengantarkan kami ke bandara.

Dini hari akhirnya kami sampai di kosan Bima, adik Jojo yang sekian lama baru saya temui kembali. Agak kaget sih karena profilnya jauhhh berbeda dengan Jojo. Bima ini kurus, gondrong, khas mas-mas teknik yang garang, tapi wajahnya di mata saya tetap saja adik-adik! haha. Skip cerita tentang Bima, kembali pada nasib kami trio kwek-kwek yang harus rela tidur di mobil hingga subuh. Selepas subuh di masjid terdekat rombongan bergegas melaju, agaknya perut keroncongan kami harus diisi terlebih dahulu. 

Setengah porsi nasi kuning saya tandaskan. Hah? setengah?? iya! haha, masih ya dalam rangka kontrol berat badan saya mengurangi asupan karbohidrat termasuk nasi. Karena masih belum masuk inti utama liburan jadi acara diet ini masih berlaku dong. Nanti, ketika sampai di Lombok, dadah babai deh ya dieeet! Perjalanan kami lanjutkan hingga Bandara Juanda. Masih tersisa sekitar 3.5 jam menuju jadwal keberangkatan kami. Check in dan seluruh rangkaian pemeriksaan yang singkat menyisakan banyak waktu bagi kami untuk luntang-lantung. Jojo dan Niken sempat melanjutkan tidur, saya dan Imon menuntaskan jatah harian ODOJ kami di ruang tunggu sebelum akhirnya kami bergantian cuci muka dan merapikan diri di toilet. Kami menerima kabar bahwa rombongan dari Jakarta sudah terbang pada pukul 07.00 WIB. Heuu, jam 7 kita masih lula di ruang tunggu, ucek mata sambil nguap ngantuk berat.

Setelah penantian yang melelahkan #tsahhh...akhirnya pesawat siap terbang! Ini pengalaman pertama saya naik pesawat lho, jadi agak nerves gimana gitu, haha. Norak ya, tapi ya bagaimanalah..saya berjalan dibelakang Jojo agar tidak tertinggal. Sampai di dalam kabin peswat, saya masih sibuk mencermati sana-sini. Prosedur keamanan standar, sabuk pengaman, pelampung, saya amati dengan antusias. Hingga akhirnya pesawat tinggal landas dan saya..mulai mengantuk! haha.

Satu jam berikutnya kami mendarat di Praya dengan selamat. Rombongan Jakarta yang sudah sejak pagi menunggu sudah mengirimkan berbagai macam komentar di grup. Segera Jojo mengabarkan kedatangan dan meminta informasi lokasi keberadaan mereka. Seharusnya, Fajar, pemandu perjalanan kami selama 4 hari ke depan sudah tiba dan menjemput mereka. Tapi sayang, Fajar yang berangkat dari Bali juga terlambat datang! hahaha, ya nasiiib.

Dengan ransel besar di punggung masing-masing, kami bergegas menuju pintu keluar dan mencari rombongan Jakarta. Dari jauh saya melihat Ocha, Ina dan Supri seperti pengungsian sok kece. Duduk di antara barang berserakan sambil foto-foto selfie, membuat mereka mudah ditemukan, hahaha. Untung saja, tak lama Fajar mengabarkan telah sampai di Bandara. Sekitar pukul 11.30 kami bertolak menuju destinasi pertama: Restoran. Kami semua mulai lapar.

Kuliner lombok pertama kami adalah nasi ayam. Saya lupa namanya nasi apa, yang jelas ada ayam suwir berbumbu pedas, ayam goreng, kering tempe dan sambal. Saya yang tidak bisa makan pedas langsung sigap mencicip ayam bumbu untuk cek level kepedasan: Pedaaaas! mundur teratur, nggak bisa makan ayam bumbunya *nangis nelangsa.

Setelah makan, perjalanan dilanjutkan menuju Pelabuhan Kayangan yang terletak di Desa Kayangan, Labuhan Lombok, Pringgabaya, Kabupaten Lombok Timur. Pelabuhan ini berjarak sekitar 2 jam perjalanan dari Bandara Lombok Praya. Sepanjang jalan, kami tentu saja sibuk melepas rindu dengan ngobrol ngalor ngidul, maklum terakhir kami bertemu full team adalah ketika Idul Fitri kemarin. Mobil yang semula ramai perlahan sepi karena beberapa akhirnya mulai tertidur. Imon berkali-kali takjub membenarkan bahwa Lombok memang pulau dengan 1000 masjid. Memang, masjid begitu mudah ditemui sejak tadi. Tidak hanya banyak, ukurannya juga besar dan megah! Konon, bagi masyarakat lombok Masjid adalah lambang kebanggan. Maka tidak heran kalau semuanya besar dan indah-indah. Pemandangan kiri-kanan mulai berganti. Langit siang meredup karena mendung, kami sempat khawatir malam ini turun hujan. Maklum saja, acara malam ini adalah camping di Pulau Kenawa, apa jadinya jika hujan deras mengguyur? bisa gagal total saudara-saudaraa...

Pegunungan membujur di sisi kiri kanan sepanjang perjalanan menuju Kayangan. Ada satu buah bukit yang mencuri perhatian kami. Bentuknya seperti tumpeng, lancip, satu gundukan, berwarna hijau gelap. Sepanjang perjalanan, Jojo, Ocha, Imon dan Niken bertukar cerita hingga mengarang cerita mengenai bukit tersebut. Tidak terasa, setelah obrolan absurd (yang akan selalu absurd apapun topiknya) tersebut berakhir akhirnya kami sampai di Pelabuhan Kayangan. Dari sinilah kami menumpang kapal feri menuju pelabuhan Poto Tano yang terletak di Sumbawa Barat.

Sesampainya di Kayangan, Pak Imam dengan sigap membantu kami menurunkan barang. Sleeping bag, tenda dan perlengkapan camping kami bagi rata sesuai kemampuan. Tas keril supri yang besarnya lebay kebagian menampung tambahan beban 2 sleeping bag yang akhirnya dibawa oleh Ocha -setelah adu mulut sebentar tentang siapa yang harusnya membawa keril segede gaban itu-. Dipandu Fajar, kami beriringan menuju dermaga menuju kapal yang sudah menunggu. Fajar membawa kami ke lantai 2 yang cukup sepi sehingga bisa memilih tempat duduk. Ransel-ransel telah diturunkan, saya segera mengambil posisi di tepi dinding kapal untuk melihat lautan.

Udara laut menerpa wajah saya, ahh..akhirnya hari ini tiba! Perairan biru gelap yang sayangnya dipenuhi oleh sampah mengambang perlahan tersibak memunculkan buih. Saya menghayati dalam diam hamparan biru di depan mata sambil sesekali berbincang kecil bersama Ina, Imon atau Supri. Jojo asik mengambil gambar kami dan lautan tentu saja. Di barisan kursi depan sana, Fajar yang tampaknya mulai bosan bergabung bersama awak kapal berkaraoke ria. Sejenak, saya membiarkan diri saya terhanyut dalam pikiran kemana-mana. Laut, saya beberapa kali menerawang mencoba menembus birunya yang semakin pekat. Laut selalu membuat saya lebih rileks sekaligus gelisah, sebuah kombinasi yang aneh bukan? apalagi perjalanan kali ini bersama mereka. Seharusnya perjalanan ini akan sangat luar biasa.. (Bersambung)

Di atas kapal Feri menuju Poto Tano


*Foto oleh Yohanda Mandala, Flickr account: jokidz90, our amazing photographer, hurrayyy!!! :D

2 komentar: