Selasa, 04 Oktober 2011

Detik, menit, jam, hari, minggu.

gambar: http://konsultasipelajar.blogspot.com/2010/12/belajar-pada-sebuah-jam.html















"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan saling menasehati supaya mentaati kebenaran dan saling menasehati supaya menetapi kesabaran" (Q.S Al-Ashr:1-3)

Terkadang ketika dihimpit berbagai urusan yang harus segera diselesaikan saya berharap hari itu tidak berhenti di pukul 24.00. Terkadang ketika sebuah hari terlalu menyesakkan dada saya juga berdoa, semoga hari ini berganti secepat saya mengedipkan mata. Tidak pernah puas, itulah manusia.

Tidak salah jika waktu diibaratkan sebagai pedang bermata dua. Hanya ada pilihan bagi manusia, dikuasai atau menguasai, dikendalikan atau mengendalikan. Sayangnya, saya lebih sering dikendalikan daripada mengendalikan waktu, semoga saya bisa lebih banyak belajar.

Saya sangat salut pada orang-orang yang mampu memanfaatkan waktu yang dimilikinya untuk segala hal yang berguna. Mendatangkan manfaat bagi umat, dengan sedikit mudharat yang sempat diperbuat. Semua itu karena mereka memiliki komitmen yang teramat kuat untuk menghargai waktu, satu hal lagi yang belum bisa saya perbuat.

Sering saya menunda pekerjaan hanya karena urusan sepele, berakhir dengan rasa penyesalan yang pun begitu midah terlupakan. 

Tapi waktu bisa menjadi pedang..

Waktu menghimpit dada hingga sesak ketika ia tidak mau lagi memberi kesempatan. Apakah kita harus menunggu waktu memberikan kita kesempatan, ataukah kita yang harus membuat kesempatan itu?
Saya lebih suka mengambil pilihan kedua. Meniatkan untuk meluangkan sedikit waktu adalah satu langkah untuk kita belajar berteman dengan kesempatan. 

Jika kita ingin membuat janji, bukankah kita akan berpikir terlebih dahulu, "Adakah waktu yang masih saya miliki?"
Keputusan selanjutnya hanya tergantung pada seberapa ingin kita membuat janji itu, seberapa penting sifatnya dan seberapa peduli kita terhadapnya. Jika dari awal kita hanya setengah hati, niscaya kita tidak akan membuat janji tersebut. 

Kita tidak mau menyisakan waktu.

Tapi coba pikir kembali, bandingkan jika kita memiliki kepentingan besar dalam janji tersebut. Bukankah kita akan sekuat tenaga meluangkan waktu? mengubah jadwal, membatalkan yang bisa ditunda jika perlu, menggunakan berbagai metide skala prioritas, dan entah sebagainlas.ya. Yang jelas mengusahakan semaksimal mungkin. Memang..butuh komitmen dan tekad yang kuat hanya untuk sekedar menepati janji untuk datang ke sebuah syuro' misalnya. Kembali lagi pada pribadi masing-masing...

Semoga Allah selalu memudahkan jalan saya untuk berkompromi dengan waktu. Berteman dengannya sebaik mungkin hingga tidak ada yang terbuang percuma. Menginfakkannya dengan ikhlas agar kelak ia mau membela saya ketika harus bertanggung jawab didepan-Nya. Semoga Allah masih memberikan saya kemampuan untuk memanfaatkan waktu yang saya miliki. Semoga Allah masih menkaruniakan hari esok bagi saya. Semoga tidak akan ada yang harus disesali di akhir nanti, tidak tentang hari ini, esok atau lusa. Karena kita tidak pernah tahu sampai kapan kita akan hidup didinia..kita tidak akan pernah bisa memastikan apakah kita kan kembali berjumpa dengan kesejukan subuh esok hari..apakah kita masih bisa menemui kedua orangtua kita saat liburan nati? Hanya Allah Yang Maha Tahu atas segala ketetapan-Nya..

Semoga bisa menjadi renungan bagi diri saya sendiri. Semoga Allah selalu memberikan kesempatan untuk menikmati waktu yang dikaruniakan-Nya, karena waktu tidak akan pernah bisa kembali...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar