Minggu, 09 Agustus 2020

Code of Conduct, Sebuah Pagar Pengaman dalam Berkomunitas

Pekan kedua perkuliahan Bunda Sayang, kami diingatkan kembali mengenai adab, adab dan adab.
"Adab dulu, baru ilmu..."

Dalam sebuah perkumpulan, sudah lazim terdapat 'peraturan' baik tertulis maupun tidak tertulis yang disepakati dan memiliki nilai wajib untuk di taati. Begitu juga dalam berkomunitas, dalam Ibu Profesional kami mengenal peraturan tersebut sebagai Code of Conduct, yang kedepannya di sini akan disebut sebagai CoC. Sebuah pagar, yang berusaha menjaga keselamatan para anggotanya agar tetap santun dan tidak saling melanggar antara satu sama lain. 

Dalam pertemuan kedua ini, ingatan tentang CoC kembali disegarkan. Mana yang boleh, mana yang tidak boleh. Semua boleh, kecuali yang tidak boleh. Begitu singkatnya, secarik kalimat sederhana yang merangkum sederet adab dalam berkomunitas di ibu Profesional.

Lalu, apa pengalaman saya bersinggungan dengan CoC?
Dulu, ketika pertama kali berkenalan dengan CoC ini saya sempat membatin, "Waduh, banyak juga ya aturannya..serius banget ini Ibu Profesional.." Apakah ada yang sama dengan saya? Merasa 'sebegitunya' isi CoC, mulai dari hal-hal yang terlihat sepele tapi ternyata toughtful banget. Semakin lama berada di komunitas, semakin terasa peran CoC untuk mengakomodir perasaan semua anggota agar tetap nyaman bersama.

Saya ingat sekali, dulu di awal bergabung sempat mempertanyakan peraturan tentang memposting jualan pribadi. Otak dagang banget ya? Wkwkwk..maklum, begitu melihat sebegitu banyak teman baru tuh rasanya ingin memprospek semua sebagai sasaran customer 😂. Lalu saya terhenti di CoC, membaca berulang kali dan menelaah bahwa dalam komunitas kami tidak diperbolehkan memublikasikan hal-hal yang tidak berkaitan dengan komunitas di grup. Baik menyangkut promosi apapun, juga informasi - informasi semacam pesan berantai apalagi yang tidak jelas darimana sumbernya. 

Pengalaman kedua yang masih segar di ingatan adalah mengenai adab meninggalkan grup. Beberapa pekan lalu seorang anggota meninggalkan grup komunitas begitu saja tanpa ada konfirmasi. Kemudian dengan segera admin WAG mengingatkan kepada seluruh anggota untuk tidak menggibah dengan riuh berbagai macam spekulasi. Dan kembali mengingatkan bahwa untuk bisa meninggalkan WAG, juga ada prosedur, ada adab. Sebuah hal kecil, yang tanpa disadari bisa menyulut api besar 'kebaperan' anggota grup yang kesemuanya memiliki fitrah baper, lha isinya ibu-ibu semua..hehe.

Pertemuan kedua ini rasanya seperti sebuah pengingat. Bahwa di antara kebersamaan saya dengan para ibu-ibu hebat ini dilandasi adanya pemahaman akan prinsip dasar yang sama. Bahwa ada jalan tengah agar semua anggota keluarga merasakan kenyamanan, dengan mengetahui adanya batasan. Semua boleh kecuali yang tidak boleh. Kenapa harus meributkan yang tidak boleh jika yang masih begitu banyak yang boleh dilakukan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar