Kamis, 19 Desember 2019

Curhat Emak Beranak Dua

Tulisan ini dibuat dalam rangka mempraktekkan metode free writing, dengan tema yang mungkin akan beragam. Saya hanya mencoba untuk release apa yang saya rasakan, mencoba membuang sampah emosi supaya kelak tidak menjadi bom waktu bagi siapapun.

Hampir satu bulan sudah, saya berganti status menjadi ibu beranak dua. Gimana rasanya? Rasanya ingin melambai ke kamera, sambil bilang: bisa di take ulang nggak?

Rasanya setiap hari adaaa saja yang nggak beres. Bukan..bukannya saya nggak bersyukur dengan banyak mengeluh. Tapi semua ini betul-betul nggak mudah, proses adaptasi selalu menjadi yang tersulit. Jika biasanya banyak orang menuliskan ketika selesai menghadapi badainya, saya memilih menuliskan ketika sedang bergelut terjerat di dalamnya. Newborn yang harus diperhatikan dengan extra, plus seorang balita yang sedang aktif-aktifnya yang kebetulan sepanjang hidupnya nempel banget sama emaknya. Proses toilet training yang tertunda, GTM, jam tidur yang kacau, bayi 3 minggu yang kepalanya peyang: well, dikomentari seharusnya ngga disusuin sampe umur 3 bulan sambil rebahan itu beneran bikin nggak nyaman-mungkin saya emang ngga se-setrong itu untuk menahan godaan nyusuin sambil tidur dengan bonus nggak usah naruh bayi yang udah merem lalu nempel kasur auto bangun-repeat all night long.

Dan saya nggak bisa berhenti menyalahkan diri saya, setelah membentak Atha, memaksa dia makan, tidur, menolak ajakannya bermain karena adeknya nyusu nggak berhenti dan tentunya nggak tidur-tidur. Ruby, dengan ruam popoknya yang seolah-olah pantatnya bisa ngomong: "inilah akibatnya kalau pake popok sekali pakai", diagnosa alergi yang membuat saya berhenti makan-makanan kesukaan saya pelipur dari rasa stress sepanjang hari, oh martabak keju, oh rotibakar coklat, oh susu UHT..juga komentar spontan dari berbagai pihak seharusnya begini seharusnya begitu.

Padahal kusudah pernah..bahkan dulu rasanya hampir setiap malam nangis-nangis bombay. Tapi tetap saja rasanya nggak enak, nggak nyaman. Topik klasik yang mungkin akan selalu berulang setiap kali punya bayi. Ah sudahlah, semoga masa-masa ini sudah berlalu..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar