Rabu, 22 Juni 2011

Akibat Galau di Penguhujung Sore

Seharian entah mengapa pikiranku ngglambyar kemana-mana. Ngedesain nggak konsen, mau mikir nggak fokus, mau bikin model..apalagi, malasnya minta ampun. Astaghfirullah..pikiranku rusuh benar.

Jadilah, untuk mengusir suntuk dan kembali membuka pikiran, aku memutuskan menghabiskan sore dengan berputar-putar di jalanan Yogyakarta. Akhirnya setelah menebak-nebak jalan untuk kesekian kalinya, aku memutuskan ke Gramedia saja.

Aku fokus menyusuri setiap rak di lantai 2 yang dipenuhi stationery, Alhamdulillah, sedikit inspirasi mau juga menclok  di kepalaku. Tapi bukan itu yang ingin aku bagi di sini, melainkan sebuah judul buku yang kutemukan di lantai 3. Sakinah Bersamamu, karya Asma Nadia.



Entah apa yang membuatku mulai membuatku maembuka buka buku ini. Padahal awalnya kepalaku sudah begitu berat ditambah pundak yang pegal-pegal karena tasku yang cukup berat. Buku ini merupakan kumpulan kisah, entah ini nyata atau tidak. Aku melewatkan bagian itu dipembukanya. Aku membolak-balik beberapa halaman dan menemukan beberapa cerita yang sudah pernah kubaca sebelumnya. Ya, memang tadi akupun sempat sedikit membaca pengantarnya yang mengatakan ada beberapa karya lama di dalam buku ini. Oke, tidak masalah bagiku. Aku mulai membaca cerita pertama, hingga berlanjut ke cerita kedua yang membuatku tersentuh.

Hmm.. aku melupakan judulnya. Yang jelas, bagian ini menceritakan seorang suami yang merasa jengah terhadap istrinya. Padahal, istrinya sungguh sangat berbakti, tanpa cela bahkan. Namun satu hal yang mengganggu sang suami. Istrinya terlalu sederhana, sederhana dalam segalanya hingga Ia tak lagi melihat wajah cantik yang dulu sempat Ia kagumi.

Sang suami mulai membandingkan istrinya dengan wanita-wanita lain yang lebih cantik, yang lebih tampak smart, stylish dan yah..hal-hal lain yang Ia pikir gambaran sempurna seorang wanita.
 Ia berdiskusi dengan teman-temannya mengenai hal ini, seorang teman yang menurutnya cukup beruntung memiliki seorang istri cantik, modis, berpendidikan dan memiliki jabatan tinggi dalam pekerjaannya. Meskipun pada kenyataannya sang teman justru merasa tidak bahagia dengan istrinya yang "terlalu eksis", hingga tidak pernah ada untuknya.

Sang suami masih saja berpikir, "membosankan sekali istriku ini, tampangnya sudah tidak enak lagi dpandang," "Kenapa sih dia memperlakukan aku seperti anak kecil?, apa-apa ditanyain, apa-apa dilayanin," sungutnya dalam hati. Padahal, sungguh tidaklah ada yang salah pada seorang istri yang berbakti pada suaminya, bahkan Allah pun menjanjikan pahala yang besar bagi para wanita yang melakukannya dengan setulus hati.

Dari situ, muncul ide gila dari teman-temannya. Selingkuh.
Oh Tuhan, sayangnya ditengah perdebatan hebat di dalam hatinya setan membutakan pikiran sang suami. Memang, bukan selingkuh yang dilakukannya. Tapi ia mengiyakan tawaran teman-temannya untuk melihat penampilan penari striptease yang berakhir dengan tawaran ke kamar tidur murah. *tentunya bersama wanita murahan juga.

Sungguh, Tuhan rupanya masih menyayangi laki-laki yang menurut saya sangat bodoh ini. Seketika Ia berbalik, sudah cukup dosa yang dia lakukan hari ini.*Benar sekali bung* Batinnya teriris ketika teringat isterinya yang sekalipun tak pernah berbuat hal yang membuatnya kecewa.
Sang suami memacu mobilnya kencang-kencang menuju rumah. Sang Istri segera menyambut ketika mendengar suaminya pulang. Dengan dipenuhi perasaan bersalah Sang suami memandang istrinya yang hanya mengenakan daster lusuh yang entah sudah berapa tahun umurnya. Namun Ia tetap menyambut hangat kepulangan sang Suami dengan suka cita dan bersegera menyiapkan baju ganti untuk Sang suami.

Sungguh, hati sang suami teriris miris ketika teringat hal keji yang hampir saja Ia lakukan. Ia memandang wajah istrinya yang ternyata terlihat lelah, namun selalu ada untuk mendengar keluh lesahnya di setiap malam sepulang kerja. Ia mengingat segala kebaikan yang telah dilakukan istrinya yang bahkan tidak pernah berkurang meskipun kini mereka meiliki beberapa anak. Sungguh..sungguh..Ia harusnya menjadi orang yang sangat bahagia memiliki seorang istri yang solihah. Dan sungguh, kini Ia menyadari bahwa istrinya adalah orang yang sangat patut Ia cintai.

Cerita ini membuat saya terharu. Bagaimana sebuah rumah tangga memang akan selalu ada pasang surutnya.*ceileee.. Tapi memang ketika itulah iman kita akan diuji, bagaimana kita mampu menjaga diri kita dari segala godaan. Menjadi seorang istri yang dapat selalu menyenangkan suami tentu bukan masalah sederhana. Apalagi dengan saya nantinya, tipikal orang keras kepala yang selalu mau menang sendiri. Yang selalu merasa paling benar dan tidak mau disalahkan. Akan ada banyak pengorbanan, namun untuk satu kepentingan. Mempertahankan sebuah keluarga bahagia yang akan membawa kita ke surga nantinya.

Mengertilah nantinya para suami, betapa tidak mudah bagi seorang wanita mengurus segalanya.Bagaimana mereka terlalu sibuk mengurus anak-anak kalian yang bahkan membuatnya tidak sempat mengurus dirinya agar tetap terlihat sempurna di mata kalian. Bahkan Allah pun telah memberi keadilan, para wanita tidak perlu berjihad di medan perang untuk masuk ke Surga, karena rumahlah medan perangnya. Suamilah ladang pahala yang akan menjadi tiketnya ke surga. Sebuah doa untuk para wanita Sholihah yang senantiasa menjaga kehormatan suami dan rumah tangganya. Semoga Allah memberikan beribu-ribu pahala dalam setiap peluh yang kau teteskan untuk menjadi seorang istri dan ibu yang baik dalam keluarga.

*Jadi kangen ibu, ternyata berat  ya jadi seorang istri sekaligus menjadi seorang ibu. Semoga Allah memberikan ibu sebuah istana terindah di surga kelak. Tanpa ada rasa lelah maupun duka, hanya ada bahagia di sana.

4 komentar:

  1. Wow blog'e mbak fika rek,,, bagus2 lanjutkan fik,,,,

    BalasHapus
  2. Terimakasih mas Yohan, tunggu postingan selanjutnya, hihi

    BalasHapus
  3. Piko2... calon ibu...calon istri... apa kabar ko?? wah, gak kabar2 ki nek enek blog baru. lanjutkan ko!

    BalasHapus
  4. hahahah..oke2..sip mon!*blog e iki wae sg aktif kok:)

    BalasHapus