Selasa, 19 Juli 2011

Whatever will be..will be..

Berawal dari sebuah chat di pagi hari dengan seorang teman, muncul lagi pertanyaan ini. 
             "Ntar abis ini mau ngapain?"

Bagi seorang mahasiswa (yang akan memasuki) tingkat 4 seperti saya, pertanyaan ini cukup sensitif, hehhe. 

Bukan hanya sekali dua kali pertanyaan ini saya terima, bahkan topik ini sering sekali muncul ketika di rumah, di kampus, di kosan, bahkan sekarang di kantor tempat saya KP. Dimana-mana ...


Pernah suatu kali saya benar-benar kebingungan. Selama ini saya sudah berbuat apa? saya belum berbuat apapun yang bisa dibilang "hebat". Sedang teman-teman saya sudah sangat gencar berkarya, sedang saya hanya menonton, bahkan tidak tau hendak berbuat apa.

Sampai suatu hari saya mengingat kembali, untuk apa dulu saya memilih berada di sini. Di tempat yang semua orang mempertanyakan (bahkan sampai sekarang) 

"Kenapa dulu nggak ngambil kedokteran aja?", "Kenapa dulu nggak masuk perminyakan aja kayak dia?", "Kenapa nggak masuk kedinasan aja, aman, langsung dapet kerja?"
Dan dulu saya entah bagaimana bisa kekeuh menolak, dan tetap mengambil jurusan ini. 

"Saya mau bikin lapangan kerja,"
Itulah jawaban yang beberapa tahun lalu saya lontarkan, dan bahkan sempat saya lupakan.


Bahkan saya yang dulu sudah tau mau kemana. Community development sekarang adalah jalan yang sangat ingin saya tempuh. Membangun potensi masyarakat daerah, bergerak di bidang kreatif, bukan hanya dengan okol, tapi juga dengan akal. Kasihan pemerintah, kalau semua orang ingin menjadi pegawai. Sudah saatnya ada yang membuka lapangan kerja. Saya ingin menjadi salah satunya. Saya ini pribumi, ingin berbagi dengan pribumi. Sudah saatnya menjadi tuan di negeri sendiri. Rejeki gak hanya turun dari kantong pemerintah, kita bisa kok mengusahakan perputaran uang. Dan berawal dari mimpi, doa akan terselip, semoga Allah mengabulkan cita-cita saya.

untuk teman-teman seperjuangan,
Ingatkah kalian dengan pulau yang pernah kita gambar? Dengan jembatan yang menghubungkannya dengan daratan. Rumah besar, fasilitas lengkap, rel kereta, perkebunan, rumah sakit, pusat penelitian, sekolah, dan kebahagiaan yang tidak pernah terhenti. Rasanya itu terlalu banyak jika hanya untuk kita. Dari situ mimpi kita dimulai, selembar kertas penuh coretan yang bahkan di sita oleh guru ekonomi. Namun beliau sama sekali tidak bisa merenggut mimpi di hati kita bukan? Aku hanya ingin berbagi kebahgiaan dengan semua orang.
Semoga Allah mengabulkan doa kita. Amin

6 komentar:

  1. Masih ingat,,, masih tergambar jelas bagaimana coretan2 di selembar kertas itu..... Kita sudah berani untuk memimpikan hal yang seperti itu,, tidakkah sekarang kita harus juga berani untuk mewujudkannya...???

    "throw away all the things that hurt you except your dreams, even if it was the most hurt"

    BalasHapus
  2. piko....iyo, pulau yang dulu kita mimpikan to?semangat pik!

    BalasHapus
  3. Jojooo..your last sentence lah.. that was really the most hurt, but we have to keep tryin' right:)

    Imooon..iyo..mimpi nggae pulau..hihi..iyoh..iyoh..SMANGAT!:))

    BalasHapus
  4. Tapi inget ga aku sempet ngomong kaya gini..
    "sometimes to do the right thing, we have to be steady, and give up the thing we want the most. Even our dreams " T___T

    BalasHapus
  5. Eaaa..dream never can be stopped btw, just dream as high as you can, sent your wish to the sky, take your steps, and God the one Who will decide. :)*nice ga sih, uhwow aku puitis banget..

    BalasHapus
  6. Wow... hahahaaaaaaaa..... wis ganti kuliah nang sastra yo... ;) , but what ever your dream... GANBATE MINNA-SAN.... ^_^

    BalasHapus