Pagi ini saya tidak ambil pusing tentang makan sendiri atau tidak. Setelah mandi segera saya menyiapkan sarapan bagi Atha. Sepagi ini, pagibsaya sudah dipenuhi drama tangisan Atha yang memaksa main ke rumah tetangga. Larangan baik-baik tidak diterima, maka keluarlah jurus ancaman yang berujung pada kurungan di rumah dengan pintu terkunci.
Sekitar 20 menit Atha menangis. Setelah minta gendong, kemarahannya mereda.Tapi tidak dengan saya. Rasa jengkel terbawa hingga kemana-mana. Ah, apakah tabungan amarah saya sudah mulai penuh? entahlah.. Yang jelas, belakangan saya sering sekali berharap bisa sendirian lebih lama.
Mengelola emosi, berkomunikasi positif masih saja menjadi PR besar bagi saya. Kenapa saya mudah sekali marah kepada Atha? Pertanyaan ini terus muncul. Berkali-kali juga saya berusaha meredam emosi, berusaja berpikir sebelum bertindak. Tapi diamnya saya, oleh Atha pun sudah dianggap kemarahan..wkwk.
---
Singkat cerita, hari sudah siang. Pahlawan tantangan makan sendiri hari ini adalah Mbah Kung. Mood Atha baik, mbah Kung mengajak Atha berlomba makan paling cepat. Alhasil, siang ini Atha menuntaskan sepiring nasi yang ditemani Sayur Asam, bakwan dan tempw goreng sendiri, tanpa disuapi, tanpa dipaksa dan tanpa dimarahi.
Kesuksesan siang hari kembali terulang di sore hari. Sore ini Atha menolak makan nasi, meskipun begitu Atha semangat sekali menghabiskan 2 porsi bakso gelas yang dibelinya entah dimana bersama Abi.
2 buah kesuksesan yang beruntun. Kuncinya rupanya ada di suasan hati. Atha akan mau makan sendiri ketika hatinya hepi. Tapi pertanyaannya, mampukah saya selalu bersabar untuk menghadirkan hal-hal yang membuatnya selalu senang? Wkwkwk
Ah, biarlah besok kita lihat lagi situasi dan kondisinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar