Rabu, 17 Maret 2021

Cerita Tentang Aqil dan Baligh

Pentingnya Aqil dan Baligh Bersamaan, topik yang dibawakan oleh IP Lamongan dan Lampung ini alih-alih memunculkan Atha dalam benak, malah membuat saya berkaca ke dalam diri saya sendiri. 

Sepertinya saya termasuk yang Baligh terlebih dahulu sebelum Aqil sampai.

Seperti halnya yang diceritakan oleh Mba Eka  -moderator topik ke-5 ini, dulu rasanya saya juga tidak tahu harus berbuat apa. Saat itu sepertinya saya sudah tahu bahwa keluarnya darah dari kemaluan adalah menstruasi, dan anehnya..seingat saya ekspresi yang ditunjukkan ibu saya adalah..marah? Hmm..

Waktu itu saya sepertinya mengjarapkan penjelasan lebih dari seorang ibu kepada anaknya yang memasuki fase baligh. Tapi sepertinya ibu saya tidak memberikan penjelasan yang comforting secara psikologis. Ya dijelaskan, harus memakai pembalut, harus mandi wajib, dan hal teknis lainnya. Tetapi satu hal yang saya ingat, saya tidak diberikan penjelasan bahwa saya sudah masuk fase baligh, saya sudah mulai dewasa dan lain sebagainya. Bahkan, saya ingat cerita seorang anak tetangga yang di hadiahi dengan cucian baju pertamanya setelah datang fase baligh "Nah, sekarang kamu sudah dewasa..maka sekarang kamu harus belajar mencuci sendiri pakaianmu ya Nak,". 

Mungkin saat itu belum sampai ilmu kepada ibuk, atau ibuk kaget karena saya baligh di usia yang cukup muda sehingga beliau belum siap untuk menjelaskan. Tetapi yang pasti, hal ini menjadi pembelajaran besar bagi saya. Juga menjadi keinginan saya untuk dapat mengantarkan anak-anak kelak menuju fase aqil baligh yang bersamaan dengan nyaman dan tenang. 

Memang menyiapkan akal agar tidak 'keduluan' baligh di masa sekarang ini tidaklah mudah. Banyak sekali faktor yang membuat anak-anak lebih cepat baligh dibandingkan aqil. Maka tentu saja tugas orangtua untuk mampu mengantarkan anak-anak agar mampu mennyambut masa baligh dengan akal yang sudah siap. Karena memang jika baligh tanpa disertai aqil, jadinya Ambyar!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar