Sabtu, 09 Mei 2015

Mendaki Piknik (Selesai) : Menapaki Jalan Pulang

Pagi semakin menghangat. Setelah sarapan pagi yang begitu 'fancy', kami segera berkemas dan menapaki jalur kembali menuju Desa Dieng. Di kejauhan, bukit teletubbies menjulang berderet. Tujuan akhir kami ditandai oleh sebuah tower yang terlihat kecil nun jauh di ujung sana. Yasudahlah, pokoknya jalan saja.

Bukit pertama saya daki dengan susah payah. Rasanya, kaki saya masih sama gemetar seperti di rute cacingan sepagi tadi. Tenaga saya tinggal sisa-sisa, padahal masih ada 4 hingga 5 jam lagi kami harus berjalan kaki. Kami berjalan lambat-lambat dengan berkali kali mengambil jeda. Di puncak bukit teletubbies pertama, kami disambut oleh pemandangan pedesaan di bawah sana yang begitu indah! Dari atas, terlihat telaga, yang apa namanya saya lupa, juga lautan awan yang bergulung, pokonya pemandangan dari atas begitu indah sampai akhirnya kami semua berhenti untuk foto-foto, hehe.

Perjalanan menyusuri bukit teletubbies yang jumlahnya entah ada berapa banyak itu dilanjutkan. Sesekali kami menguluk salam pada pendaki lain yang kami temui. Medan jalanan kali ini memang tidak sesulit jalur Patak Banteng. Jalanan naik turun mengikuti kontur bukit, jadi datar-naik perlahan-puncak-turun perlahan, terus begitu hingga sekitar satu setengah jam pertama. Bukit Teletubbies ini juga luar biasa indah lho! Semak bunga Daisy berwarna putih dan merah muda menutupi hampir seluruh permukaan bukit. Hanya ada sekitar satu dua pohon saja yang tampak menjulang. Disepanjang jalan juga kami temui beberapa tenda kemah para pendaki. Lembah dan bukit ini serasa surga banget, bahkan kami sempat rehat dengan tidur-tiduran di rerumputan. Bisa seharian itu  kalau nggak ingat jalan pulang masih sangat panjang. Bahkan Rijal berkata "Aku mau bikin rumah di sini aja", hahaha. 

Setelah melewati sekitar dua bukit teletubbies, kami menemukan jalan persimpangan. Berdasarkan informasi dari pendaki lain, jika kami mengambil jalur lurus menuju Desa Dieng, maka kami akan keluar dari atas patak Banteng, dengan jarak menuju parkiran sekitar 2 jam berjalan kaki. Sedangkan jika mengambil jalur yang berbelok ke kiri, kami akan sampai di desa apa saya lupa namanya, yang jelas posisinya masih lebih bawah jika dibandingkan dengan Desa Dieng. Estimasi jarak tempuh ke parkiran sekitar 45 menit. Akhirnya setelah menimbang, Mas Firman dan diamini oleh kami semua, mengambil jalur kedua yang  tentu saja menggiurkan karejna lebih dekat dengan parkiran.

Kami turun satu persatu dipimpin oleh Mas Firman. Dan sepertinya langsung merasa menyesal dengan pilihan yang diambil, haha. Jalan pintas ini nggak kayak nyontek pas ujian atau nyuap pejabat biar dapat SIM tanpa ujian, yang ini berat pak! jalanan hanya cukup dilalui satu orang, dengan medan licin, dan sangat terjal. Kecepatan menurun drastis, kami harus melangkah dengan ekstra hati-hati. Dan percaya atau tidak percaya, jalanan seperti ini terus-terusan kami tempuh selama 3 jam ke depan! Horay! *Nahan pipis dan nahan nangis.

Masih berjuang untuk menuruni jalanan yang menguras tenaga, kami berjalan diselingi keluhan, guyonan, teriakan putus asa, dan lebih sering dengan istirahat. Mas Firman sudah lebih dulu menghilang di depan sana, juga Yuni dan Niken. Yuni dari tadi sudah mrosot, lari, jalan cepat, baiklah kali ini memang usia tidak bisa bohong, haha. Saya bersama Imon dan Rijal masih tertinggal di belakang dengan berkali kali melempar guyonan, 'bikin rumah disini aja'. Rasa-rasanya pengen ngesot aja sampai bawah, tapi ya gimanalah baaang..

Saya menuntun Imon dengan syal, dan memilih-milih jalan. Imon daritadi sudah terlihat putus asa, Rijal berkali-kali hampir terpeleset. Dari jauh kami mulai melihat pohon carica! yey!harapan sudah mulai dekat dengan pos 1 kembali muncul. Tapi rupanya jalanan masih cukup panjang hingga kami benar-benar menemui ladang carica milik penduduk. Perlahan pepohonan mulai berganti dengan berbagai macam tanaman budidaya. Perkampungan mulai terlihat, saya bersorak dalam hati, kaki saya entah mengapa mulai terasa sakit. Kami berlomba dengan gerimis untuk mencapai akhir jalan setapak. Akhirnya, kami tiba di ujung rute!

***
Kami beristirahat sejenak di salah satu warung yang lengang. Segelas teh hangat dengan asap mengepul menemani kami mengambil jeda sebelum  melanjutkan perjalanan menuju parkiran. Mas Firman sudah entah berada di mana, setelah terakhir terlihat berjam-jam yang lalu. Segera setelah berpamitan kepada ibu pemilik warung yang juga telah menyediakan kamar mandinya bagi kami, perjalanan dilanjutkan.

Perjalanan terakhir menuju parkiran diisi dengan obrolan ringan dan canda tawa. Saya berjalan lambat-lambat dengan kaki yang mulai terasa sakit. Perbincangan mengenai apa yang didapatkan dalam pendakian menjadi tema ringan yang saya bicarakan dengan Zainul. Tentang Apa yang dicari?. Apakah tidak jera? Bukankah perjalanan seperti ini begitu melelahkan? dan teman baru saya yang satu ini menjawab setelah mengambil jeda sejenak: 

Memang pada setiap akhir perjalanan rasanya seperti tidak akan mau lagi melakukannya. Tetapi setiap kali 'kehidupan nyata' terlalu melelahkan, maka kau akan sangant rindu untuk melakukannya lagi: pendakian

Saya hanya tersenyum sembari berpikir: Sepertinya saya harus mendaki lagi suatu saat nanti. Bukan karena ketagihan, tapi karena saya belum menemukannya. Menemukan apa yang membuat orang-orang ini jatuh cinta dengan puncak dan setiap perjuangan untuk menaklukkannya. Pun kata Supri, bukan tentang menuju puncak. Pendakian adalah tentang perjalanan itu sendiri, bagaimana diri kita mampu menikmati dan menjiwai setiap langkah yang diayun tanpa mengharapkan hadiah utama. Juga kata Dito, pendakian semacam meditasi. Menuju ketenangan. Bagaimanapun, suatu saat nanti, saya harus menemukan artinya bagi saya sendiri, sebuah pendakian.

Akhirnya..Setelah syukur pada Allah atas segala kebaikan-Nya mempertemukan saya dengan kesempatan ini, terimakasih pada seluruh rombongan atas seluruh bantuannya. Imon yang sudah menjadi kompor, Niken, Zainul, Rijal, Yuni dan Mas Firman. Pun jika benar pada akhirnya saya tidak menemukan jawaban dari semua pertanyaan, setidaknya perjalanan ini telah mempertemukan dengan orang-orang baru dan banyak hal baru. Semoga kita bisa kembali berperjalanan bersama, terimakasih lagi!

Rumpun bunga Daisy, cantik banget

Bunga Daisy, dimana-mana!

Itu ada telaganya

View kota tampak dari atas

Bukit Teletubbies

Mampir warung dulu, menyambung nyawa

2 komentar: