picture taken from:http://aisforteenagedream.blogspot.com |
Kalau di jejaring sosial Anda mengubah status dari "single" menjadi "in a RELATIONSHIP", bisa ditebak Anda akan menuai banyak notifikasi. Mulai dari ucapan selamat sampai pertanyaan-pertanyaan kepo dengan 5W 1H ala kuli tinta pasti muncul berdesakan di kolom komentar. Tapi tunggu..ini bukan tentang relationship yang itu. Ini lebih down to earth lah ya..nggak bikin ngiri para jombloers sejati ;p.
Belum lama, seorang senior sempat bercerita singkat bahwa di kehidupan nyata begitu sulit mencari sebentuk hubungan yang murni atas dasar ketulusan, kasih sayang dan keikhlasan antara sesama manusia- ceileh. Benarkah? Bisa jadi benar. Tidak bisa dipungkiri, setiap orang dewasa ini memiliki kepentingan yang sangat beragam. Bukannya ingin berburuk sangka, tapi berapa banyak orang yang kita temui yang masih memiliki niat yang pure hanya untuk berteman sehidup semati tanpa ada embel-embel kepentingan koneksi, administrasi, maupun pribadi?
Bagaimanapun, sebuah hubungan baik mampu membawa seseorang pada hal-hal tidak terduga. Masih ingat kalimat "Kalau ingin mengenal seseorang lihat saja siapa sahabatnya"? sedikit banyak cara tersebut berhasil. Tentu saja, seseorang akan cenderung berkumpul dengan orang-orang yang memiliki karakter yang sama, kepentingan yang sama, visi yang sama dan hal-hal yang sama lainnya. Bukan hal baru ketika seorang soleh memiliki teman yang mayoritas soleh semua atau maling memiliki sohib yang mayoritas seprofesi. Disinilah sebuah relationship antar pribadi menjadi sebuah kunci. Selanjutnya yang akan terjadi adalah proses mewarnai, diwarnai, atau harmonis menjadi warna-warni.
Lantas, apa masalahnya dengan hubungan atau relationship ini? tidak ada masalah kok ketika kita mampu menempatkan diri dengan benar dalam sebuah bentuk hubungan. Hanya yang perlu digaris bawahi adalah bahwa tidak semua bentuk relationship perlu dikomoditaskan. Tidak salah jika yang diharapkan dalam sebuah kerjasama dan hubungan adalah adanya keuntungan, tapi akan lebih adil jika keuntungan tersebut dapat dinikmati kedua belah pihak. Yah..seperti prinsip silaturahmi yang diajarkan Rasulullah lah. Barang siapa yang menyambung silaturahmi dengan saudaranya maka akan dipanjangkan umurnya, dibukakan pintu rezekinya, perdagangan yang menguntungkan bukan?
Benturan antar kepentingan yang semakin besar bisa jadi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi. Pernah berpikir :Kenapa sulit ya menemukan teman seperti teman-teman saat kuliah dulu?, jawaban sederhananya adalah ya ketika kuliah dulu kepentingannya bisa jadi hanya sekedar tugas kuliah ataupun kegiatan organisasi, latar belakang, motivasi, tujuan, serta kondisi yang hampir seluruhnya seragam akan membuat kita merasa senasib sepenanggungan. Sedangkan kini setelah nyemplung ke dunia nyata? it's totally different. Semua orang memperjuangkan kepentingan masing-masing, bahkan ada yang rela sikut-sikutan untuk mendapatkan apa yang diinginkan.
Jadi serem?
Nggak juga kok, Syukurnya masih ada banyak orang di luar sana yang memiliki nilai pribadi yang luhur. Nilai-nilai PPKn yang diajarkan oleh bapak ibu guru sewaktu SD serta bimbingan orang tua agaknya belum luntur seluruhnya. Fitrahnya setiap manusia itu baik, sehingga selalu ada kebaikan meskipun sedikit. Ketulusan dalam membangun hubungan berawal dari fitrah manusia untuk berbuat baik tanpa pamrih sehingga membentuk sebuah relationship yang manfaat bagi banyak pihak. Terbukti, saya begitu tersentuh melihat beberapa potong adegan berjudul 'ketulusan' di ibukota yang konon katanya lebih kejam daripada ibu tiri tersebut. Seorang mbak-mbak dengan senang hati menawarkan bantuan pada ibu-ibu yang tampak sangat kelelhan menaiki tangga jembatan penyeberangan dengan belanjaan yang terlihat berat. Ada lagi, ketika di kopaja, seorang lelaki paruh baya merelakan tempat duduknya bagi ibu-ibu dan seorang kakek yang harus dibantu tongkat ketika berjalan, yang kemudian kakek tersebut dengan sangat baik hati menunjukkan arah dan mencarikan kopaja untuk kami yang nyasar ketika mencari Menara Palma. See, ibukota yang lebih kejam dari ibu tiri pun masih memiliki orang-orang baik dan tulus kok.
RelatIonship is the new currency. And the currency for relationship is called sincerity. (Rene Suhardono, Your Journey to be the #UltimateU)
Membangun sebuah relationship dengan siapapun memang gampang-gampang susah. Namun pembelajaran harus tetap berjalan bukan? apakah kita akan takut dalam memulai bentuk hubungan dengan orang lain karena takut sakit hati, takut dicurangi? Hmm..saya pun masih sering terbayangi oleh ketakutan-ketakutan tersebut. Tapi saya masih percaya, meskipun sedikit ataupun sulit, sebuah relationship- ala sahabat semasa sekolah-bisa kita jalin dengan siapapun, kapanpun dan dimanapun. Niatkan tulus untuk menjalin silaturahmi kerena Allah, Bismillah..dan kita tidak akan pernah rugi kok ketika memperlakukan seseorang dengan baik. Dalam bentuk hubungan apapun InsyaAllah terdapat banyak pembelajaran, meskipun begitu tidak berarti kita boleh sembarangan dalam membentuk relationship dong. Kewaspadaan, serta perilaku kita menjadi kunci penting untuk membentuk sebuah hubungan baik atau tidak baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar