Kami meninggalkan kenawa beriringan dengan ransel-ransel di punggung. Dari kejauhan tongkang sudah hendak merapat. Siang itu cerah sekali, sesampai di kayangan kami berusaha berteduh di bawah bayang-bayang gerbang selamat datang yang tentu saja hanya menjanjikan sedikit tempat. Air sedang mati, kami terpaksa menyeberang dengan baju basah melekat di sekujur tubuh. Nggak masalah, totalitas!
Kapal melaju konstan memecah gelombang. Fajar memilih tempat yang nyaman, dekat dengan mesin pendingin yang sangat menyelamatkan kami yabg kepanasan. Barang-barang diturunkan, saya sendiri langsung menghempaskan diri ke kursi. Kantuk membuntuti saya sejak pagi, dari kemarin rasanya saya baru terlelap beberapa jam saja. Interior kapal yang kami tumpangi cukup nyaman. Di depan disediakan ruangan dengan jejeran matras untuk merebahkan badan. Kalau saja baju saya tidak basah, mungkin saya akan dengan suka cita menghempaskan tubuh di salah satunya. Perlahan mata saya terasa berat. Saya mencoba memejamkan mata tapi tidak berhasil juga, akhirnya di dalam kebosanan beberapa jam berlalu hingga kami tiba kembali ke Pototano.
Destinasi pertama yang kami tuju adalah masjid. Tentu saja masjid yang tampak cukup besar dan memiliki beberapa kamar mandi mumpuni untuk membersihkan diri. Untung saja di Lombok, masjid banyak bertebaran, megah-megah pula. Tak lama kami mendapatkan sebuah masjid dan segera membongkar muatan. Buru-buru karena dikejar waktu kami harus mandi bergantian dengan kilat. Tapi ya sekilat-kilatnya orang yang nggak mandi dua hari ya gimana ya..apalagi cewe-cewe. Akhirnya baru jam setengah 3 kami melanjutkan perjalanan. Para lelaki sudah duduk manis menyambut kami dengan minuman dingin dan camilan. Terharu tumben banget pengertian *nangis bahagia.
Perjalanan berlanjut menuju kampung sasak. Pak Imam banyak bercerita soal adat dan budaya masyarakat setempat. Disinilah kain tenun khas lombok banyak dibuat. Konon, para anak gadis sasak harus bisa menenun sebagai syarat untuk bisa menikah. Ada lagi yang unik dengan adat masyarakat sasak: melarikan anak gadis sebagai isyarat peminangan. Bagi orangtua yang memiliki anak gadis, bukannya khawatir ketika anaknya tidak pulang tapi malah gembira. Karena hal itu pertanda anak gadis mereka akan segera dipinang. Da kalau di Jawa saya nggak pulang tanpa pamit??? Bisa dipecat saya jadi anak -,-.
Akhirnya kami tiba di salah satu tempat perajin kain tenun lombok. Disana kami ditunjukkan bagaimana benang ditenun satu persatu menjadi kain. Dipersilakan memakai baju adat dan berfoto bersama. Ini sesi yang paling seru! Haha, kami dibantu para pramuniaga berganti baju adat yang bercorak cantik. Saya sendiri mendapatkan kain dengan warna cerah: merah muda-peach, senang :D
Dan foto bersama dengan baju adat ini menjadi salah satu favorit saya ♡. Setelah puas berfoto, kami lanjut belanja -gaya banget ya. Di sini mahal-mahal sekali kainnya, tidak heran karena seluruh prosesnya manual. Fajar membeli dua helai kain tenun seperti syal panjang. Motifnya keren! Akhirnya setelah berunding sejenak, kami memutuskan untuk membeli kain lombok untuk izul.
Dan foto bersama dengan baju adat ini menjadi salah satu favorit saya ♡. Setelah puas berfoto, kami lanjut belanja -gaya banget ya. Di sini mahal-mahal sekali kainnya, tidak heran karena seluruh prosesnya manual. Fajar membeli dua helai kain tenun seperti syal panjang. Motifnya keren! Akhirnya setelah berunding sejenak, kami memutuskan untuk membeli kain lombok untuk izul.
Puas berbelanja, kami melanjutkan perjalanan menuju penginapan. Ditengah jalan kami bertemu dengan rombongan semacam karnaval yang memanggul properti? -disebut apa ya sama orang 'normal'- berukuran besar dengan bentuk-bentuk yang menyeramkan. Pak Imam memberitahu namanya 'ogoh-ogoh'. Saat itu memang menjelang hari raya Nyepi, apakah acara tersebut merupakan salah satu rangkaian peringatan atau bukan saya tidak tahu.
Rupanya sebelum ke penginapan pak Imam mengajak kami ke pusat oleh-oleh. Bagi para pelancong, oleh-oleh menjadi buruan wajib yang harus dibeli, *tak terkecuali saya, hahaha. Sebenarnya saya nggak terlalu berniat membeli oleh-oleh, karena makanan di rumah saya selalu ngga laku -,-, kami semua hobi nggak makan. Tapi daripada tidak, saya akhirnya membeli satu kotak dodol rumput laut khas lombok, satu kantong kopi dan terasi. Rasa dodol rumput lautnya enak, tidak terlalu manis dan kenyal. Ringan untuk dijadikan camilan. Sedangkan kopi dan terasinya sampai sekarang belum dibuka! Haha. Sebenernya saya menunggu-nunggu kopinya, penasaran apa bedanya dengan kopi Jawa. Terakhir saya membeli kopi sebagai oleh-oleh adalah ketika ke Semarang, kopi Banaran. Rasa kopinya enak banget! meskipun sekarang sudah tidak membiasakan mengkonsumsi kopi, tapi tetap saja saya tidak bisa mengingkari kenikmatan pahit asam seduhan kopi. Ah, cukup bahasan tentang kopi ini.
Pak Imam kembali memacu mobil melintasi perkotaan menuju lokasi penginapan yang ebrada di daerah Senggigi. Hari sudah gelap ketika lamat-lamat kami menemukan Baleku, tempat menginap kami selama dua hari ke depan. Setelah menurunkan bawaan dan memilih teman dan kamar *which is tas saya dan tas Niken dimasukkan dalam satu kamar oleh petugas penginapan-lagi-lagi* akhirnya kami segera membongkar apa yang harus dibongkar dan melakukan apa yang harus dilakukan. Selesai dengan urusan masing-masin, kami berkumpul di saung bambu yang terletak di tengah area penginapan. Hari yang melelahkan ini kami tutup setelah menikmati makan malam dan puas bermain gaple. Ah, dasar anak muda..(Bersambung)
Kain tenun lombok (penamaannya asal banget, lupa namanya apa -,-!) |
Gadis Lombok yang sedang menenun benang |
*Kali ini foto dokumentasi saya pribadi, huhuyyy!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar