Rabu, 22 April 2015

Bukan Travelogue: Pink Beach dan Senja di Bukit Mandalika (1)

Hari ketiga. Pink beach menjadi salah satu destinasi yang ditunggu-tunggu selama kunjungan ke Lombok. Hari masih gelap ketka Fajar mengetuk pintu kamar kami satu persatu. Dingin segera menyergap, kami berangkat bahkan sebelum matahari muncul di ufuk timur.

Perjalanan menuju dermaga pemberangkatan ditempuh selama kurang lebih dua jam. Kami tiba dengan muka lusuh di sebuah pasar ikan yang begitu riuh. Di sana sini tumpukan ikan segar memanjakan mata, bahkan ada yang ukurannya luar biasa besar! Imon, Ina, Jojo dan Ocha sibuk menebak-nebak antara Cumi atau Sotong. Saya hanya mengedarkan pandangan ke sekitar. Pagi ini ramai sekali.

Setelah menunggu Fajar tawar menawar kapal, akhirnya kami berangkat menuju Pink Beach. Bekal nasi goreng yang tadi dibawa Fajar belum juga tersentuh. Bapak pemilik perahu yang menemani kami hari ini sangat baik. Sepanjang jalan beliau menerangkan pulau-pulau kecil yang kami lewati. Konon, di tengah kawasan tersebut terdapat sampungan listrik bawah air yang sangat panjang. Ah, sayang sekali saya sudah lupa nama-nama spesifiknya! Satu yang saya ingat adalah Pulau Pasir, yang memang berupa gundukan pasir jika air sedang surut. Sayangnya pagi itu air cukup tinggi sehingga permukaan Pulau Pasir hanya tampak sekitar 50 cm saja. 

Kami melanjutkan perjalanan, di tengah jalan beberapa kali Bapak pemilik perahu menunjukkan spot-spot potensial. Tapi dasar kami ini tipikal manusia-manusia tidak sabaran, akahirnya kami memilih untuk menuju spot snorkling utama. Ah lupakan namanya apa. Spot ini berada tidak jauh dari daratan kecil berpasir putih. Bapak pemilik perahu dengan sigap mengeluarkan semacam kasur air yang ternyata fungsinya adalah untuk...latihan snorkling! Supri yang memang sama sekali tidak sempat belajar berenang menepi untuk mengambil kelas latihan. Saya juga dengan senang hati nebeng kesana kemari karena memang ketika di lautan, massa tubuh terasa lebih ringan sehingga sedikit sulit untuk mempertahankan posisi.

Beberapa saat berpegangan di pelampung membuat kepercayaan diri saya naik. Dengan keyakinan mulai bisa mengendalikan pergerakan saya pun gaya banget melepas pelampung karena memang 'ngabot-ngaboti'. Untuk berenang jarak dekat, disambung dengan berpegangan pada perahu, saya ngider jarak dekat untuk menikmati pemandangan bawah air. Sampai akhirnya Ocha menawarkan untuk melihat lebih ke tengah untuk melihar ikan yang lebih beragam. Yuhuu! saya sih semangat 45, sembari ancang-ancang ambil nafas karena jaraknya cukup jauh.  Melihat saya hendak ke tengah tanpa pelampung, Niken sudah lebih dulu mengingatkan: "Kamu yakin nggak mau pakai pelampung?" saya mengangguk sambil nyengir dan mulai meluncur. 

Setengah grogi saya mengikuti Ocha yang berenang santai. Hingga beberapa menit kemudian saya merasakan air mulai merembus ke dalam goggle. Perihnya nek, juga akhirnya saya kehabisan nafas karena repot mengeluarkan air, pergerakan kacau daaan...saya mulai tenggelam. Untung saja Ocha masih siaga dan segera menangkap tangan saya. Akhirnya saya menyerah dan kembali memakai pelampung, hehe..dengan sesekali nebeng Ina akhirnya bisa juga menikmati pemandangan bawah laut! Kereeen! setidaknya kali ini saya lebih berhasil daripada sewaktu di Tidung dulu :D
***
Perjalanan kami ke Pink Beach kembali dilanjutkan. Rencananya makan siang nanti akan diisi dengan menu ikan bakar dan sari laut lain. Sampai di Pink Beach, hari sudah mulai siang. Fajar dan Bapak pemilik perahu segera mempersiapkan bahan makanan dan tungku pembakaran, Tak lama kemudian, terlihat Bapak pemilik perahu sudah sibuk memasak ikan dan Fajar kembali menyusul kami yang asik bermain pasir -yang warnanya beneran pink- dan air. 

Pink Beach adalah lokasi wisata yang masih cukup sepi meskipun ya nggak sepi-sepi banget. Sesuai dengan namanya, pantai ini memiliki pasir berwarna merah muda dengan butiran halus. Di sepanjang tepian pantai ombaknya cukup besar hingga merusak mainan pasir yang kami buat -yes, kami masinan pasir-. Serpihan batu karang juga dengan mudah ditemukan di sepanjang tepi pantai, kalau si Pipit ikut pasti dikarungin deh itu batunya, haha. 

Sepanjang siang kami melakukan hal-hal nggak penting di Pink Beach. Mulai dari membuat kue yang ceritanya mau difoto untuk Izul, tahan-tahanan dalam posisi duduk di pinggir pantai, hingga mengubur Ocha di pasir. Yang terakhir asli random banget, dan kami semua begitu semangat menimbun Ocha yang sudah terlebih dahulu dipaksa terlentang dengan pasir pantai disekujur tubuh. Beneran puas ketawa-tawa sampai lapar! Untung saja, tak lama kemudian Fajar menginstruksikan agar segera menepi. Ikan bakar untuk kami sudah hampir siap.

Asap pekat dari pembakaran berkali-kali menerpa wajah hingga membuat mata berair. Kami menunggu dengan kelaparan kapan jatah kami siap disantap. Bapak pemilik perahu sudah siap dengan setermos nasi. Ikan, cumi dan udang akhirnya dipindahkan ke piring. Kami dengan khidmat menyantap sari laut yang..yang..Enaknyaaaa...enak banget! Udangnya manis, cuminya gurih, ikannya..ya rasa ikan, hehe. Saya memang kurang suka ikan dengan ukuran besar, jadi yasudah skip ya, lanjut cumi segede gaban dan udang yang manis segar luar biasa.

Selesai makan, Fajar meminta kami untuk bergegas. Tujuan selanjutnya adalah Batu Payung. Hanya saja, jaraknya cukup jauh sehingga kami tidak boleh terlalu lama mengabiskan waktu untuk mandi sperti kemarin. Sepanjang jalan kami menyusun strategi untuk menghemat waktu. Salah satunya dengan sigap di kamar mandi, haha. Begitu bertemu dengan kamar mandi, saya bergegas membersihkan diri dan sholat. Cepat! hanya sekitar 30 menit rasanya dan kami bertuju sudah duduk manis lagi berada di mobil. Pak Imam segera melaju membawa kami menuju Batu Payung. (Bersambung)

Ini nih bapak pemilik perahu yang baik hatinya dan suka menolong :D

Dalam imajinasi kami ini adalah wedding cake yang unyu, untuk dear Izul

Pink Beach!

Karang di tepian pantai menuju Pink Beach

Masih sambungan dari karang di sepanjang jalur menuju Pink Beach

 *Foto oleh Niken Yusnita, karena pada hari itu hanya dia yang free willy membawa kamera sedangkan yang lain asik bermain air dan pasir.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar