Hanya satu waktu.
Ketika kalimat-kalimat berlalu lalang di dalam kepala.
Ketika obrolan hanya tersampaikan lewat karakter-karakter yang berterbangan di udara.
Ketika hidup serasa melodrama.
Ketika enggan membersitkan penyesalan.
Pertanyaan demi pertanyaan menguar.
Ah, benarkah pertanyaan? Toh tidak terjawab juga tidak masalah.
Dalam riuh mengaharapkan hening.
Dalam hening mencari-cari asal suara.
Ini pertanda apa?
Satu waktu.
Ingatan melompat-lompat tak tentu arah.
Teringat seulas senyum.
Teringat tawa-tawa renyah.
Teringat langkah-langkah yang terseok berat.
Merindukan biru laut dan angin lembut yang membelai ombak.
Merindukan hijau pepohonan dan dingin yang menusuk tulang.
Merindukan haru biru mencium tanah menyungkur sujud di atas dataran tertinggi.
Merindukan rasa penuh dan takjub.
Sepi bukan tidak ada yang menemani.
Hening bukan berarti tiada yang peduli.
Hanya satu waktu.
Yang niscaya akan silih berganti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar