Minggu, 21 Juni 2015

In Memoriam, Kadek Andana


Saya sedang membaca baik-baik petunjuk metode pengumpulan data alumni tracer di Whats*App, tentang jika ada yang DO, mengundurkan diri, atau meninggal maka silahkan ditandai. Ah, tidak ada yang perlu ditandai, kami lulus lengkap sesuai daftar absen. Semuanya baik-baik saja hingga saya menggulirkan mouse dan menemukan nama Kadek Andana.

Hati saya berdesir sesaat. Sampai sekarang rasanya masih tidak percaya dengan kepergian Kadek, rasanya seperti mimpi. Ya, Kadek adalah satu teman sekelas saya semasa kuliah. Kadek adalah seseorang yang memiliki kredit baik: Ramah, rajin, ringan membantu, murah senyum, punya adik cantik yang bahkan jadi presiden KM dan hobi beraktivitas di luar ruangan. 

Beberapa bulan lalu Kadek menikahi Alma, yang baru sekali saya temui di studio TA semasa rajin mengerjakan di studio dulu. Keduanya sama-sama mencintai kegiatan luar lapangan, sebut saja mendaki. Beberapa saat sebelum gempa Nepal terjadi, Kadek juga sempat nongol di grup Whats*App dengan riang gembira.

Beberapa lama kemudian, saya mengetahui kabar pendakian Kadek ke Himalaya melalui Facebook di jejaring sosial. Wow, bulan madu nih ceritanya..mendaki Himalaya, super anti-mainstream. Di Facebook pula, Kadek menyampaikan bahwa ia memulai pendakian melalui Nepal. Nepal, negara yang masuk wishlist kunjungan saya suatu hari nanti, makin..jawdropping.

Hingga kabar bencana gempa dengan kekuatan 7.9 SR memporak-porandakan Nepal bulan Mei lalu membuat kami semua terkejut. Grup WhatsApp, Line, ribut. Facebook gempar.

Bagaimana dengan Kadek dan Alma? Apakah keduanya selamat? 

Saya hanya mengikuti perkembangan pencarian tim evakuasi dari media online dan televisi. Alumni melakukan penggalangan dana untuk memberangkatkan tim pencarian ke Nepal. Hari berganti, minggu berganti hingga bahkan bulan berganti. Laman Facebook Kadek dipenuhi dengan doa-doa agar mereka selamat. Ibu Kadek, Lundi Farida masih bersikukuh bahwa Kadek baik-baik saja hanya tidak mendapatkan akses untuk menghubungi keluarga maupun kolega. Penyisiran dilakukan, harapan terus disemai hingga ditemukan KTP atas nama Alma di Langtang Village yang telah luluh lantak oleh tim SAR asal Spanyol. Setelah itu, kabar terakhir yang saya dengar adalah Sang ibu, telah mengikhlaskan putra tercintanya. 

Kabar terakhir yang saya baca di Facebook adalah sebuah komunitas menggelar penyelenggaraan shalat jenazah ghaib untuk Kadek dan Alma. Dan grup kami pun berhenti membicarakan Kadek selain mengiring doa dalam hening. Ah Kadek dan Alma, siapa yang menyangka kalian berdua akan pergi secepat ini?

Semoga Allah mengampuni dosa keduanya dan memberikan tempat yang terbaik. Dan jika keduanya hingga saat ini masih selamat, semoga segera ditemukan dan dapat berkumpul kembali dengan keluarga.

In memoriam, Kadek dan Alma.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar