Selamat malam semesta! aku tidak lagi mau curiga konspirasi apa yang sedang kau rencanakan untukku. Bentangan jarak antara aku dan mimpiku yang kini seluas tujuh samudra bisa saja menipis selarik garis dalam sekejap. Siapa yang tahu?
Ada banyak hal yang terbenak di kepala. Tapi tidak satu larik pun berhasil saya rangkum. Tulisan ini setengah dipaksakan kalau tidak mau dibilang terpaksa. Satu kata: Rindu. Entah kepada apa, tapi rasanya begitu buncah. Sesak dan menghimpit.
Apa kabar? lama tidak bersua. Bukan karena sedang berkontemplasi bukan terbentangnya jarak ini? bukankah jarak terkadang hanya merupakan sebuah ilusi? ah..saya mulai berbicara yang bukan-bukan.
Kepada malam yang terhormat atas sunyi yang tidak pernah lelah kau genggam. Mengapa kau tega membungkuskan selimut sepi pada aku yang hanya bertumpu pada mimpi ini?
Apa saya jadi penulis saja? penulis macam apa yang bisanya hanya nyampah dan merandom seperti ini heu?
Angin mengombang-ambingkan sepotong hati yang telah ia tahu begitu rapuh.
Oh well, pantas saja karir saya sebagai penulis dan editor tidak pernah menjadi cemerlang. Menyusun kerangka saja tidak becus.
Meniupkan mimpi ditengah tidur yang gelisah, membangunkan mata ditengah dunia yang selalu membara.
Oh apa deh. Saya setengah menceracau dan tidak tahu sedang berbicara apa.
Jika semesta benar-benar bisa berkonspirasi. Bolehkan sebuah permohonan diajukan dengan mengharap iba?
Selamat malam semesta.
Selamat menyusuri kolong langit bagi para pengembara. Tunjukkan jalan melalui bintang-bintang. Berikan penerangan lewat cahaya bulan..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar