Selasa, 25 Desember 2012

Menurut Lo, Ini Piknik?

Kisah pelarian dua pejuang TA dan seorang calon pejuang TA. Di tengah masa pengumpulan data, dengan meninggalkan laporan yang terlantar di kosan. Ini adalah kisah hampir satu semester yang lalu...

Skip lah dengan segala cerita tentang bus yang berangkat pukul 07.00 pagi meskipun kami sudah standbay sejak pukul 05.30. Atau adegan diteriaki kernet bus yang salah paham atas gelagat -pengen ke Indomaret- sebagai -Iya bang, kita mau naik-. Serta perjalanan dibawah langit biru cerah yang super terik. Ini cerita setelah kelaparan terlambat makan siang.

Ya, saya yang palin bersemangat pergi ke Cirebon untuk jalan-jalan dan makan-makan. Yang paling semangat mencari rute kendaraan umum sejak dari Bandung hingga akses transportasi di sana. Mendaftar termpat wisata dan makanan khas di agenda. Menurut Lo ini piknik? haha..peduli amat! Sweet escape ditengah badai asistensi menuju preview selanjutnya.

Perlu diketahui, sejak awal saya begitu ngiler ingin mencicipi empal gentong, nasi jamblang, dan beberapa makanan khas Cirebon lainnya. Maka begitu urusan bengkel-membengkel selesai, kami segera menuju warung rekomendasi yang katanya menjual empal gentong dan nasi jamblang yang mantab jaya. Yess, wisata kuliner dimulai!

Setelah beberapa saat mencari-cari warung yang dituju, rupanya nasib baik belum mau berkompromi. Gagal sudah menuju warung rekomendasi karena kami bertiga have no clue sedang di mana dan menuju ke mana. Jadilah kami makan nasi jamblang di warung kaki lima yang bahkan dipilih secara acak berdasarkan variabel rame-atau tidaknya warung tersebut. Kalu rame kita hengkang, terlalu lapar untuk mengantri berebut piring kosong.

“Carilah pengabulan doa pada saat bertemunya dua pasukan, pada saat iqamah shalat, dan saat turun hujan.” (HR. Al-Hakim).


Read more: http://nuurislami.blogspot.com/2012/12/bersyukur-dan-berdoa-adab-muslim-hadapi.html#ixzz2G3tttFE4

Konsentrasi 'menggarap' nasi jamblang ;p

Kita, yang sama sekali tidak tahu menahu apa itu nasi jamblang, sempat ber -ooh- ria ketika melihat deretan baskom berisi berbagai macam lauk yang terhampar di atas meja. Sebenarnya saya juga masih nggak ngerti nasi jamblang itu apa bahkan setelah habis melahap satu porsi, haha. Yang jelas, pokonya ada nasi yang dialasi daun jati ketika dihidangkan, terus ada macam-macam lauk dari tahu tempe telor ati ampela dan lain-lain serta berbagai sayur bersantan berwarna dominasi merah-oranye itu yang dengan takut-takut saya cicipi dulu, inspeksi pedas atau tidak, hehe.

Setelah kenyang, kami bertolak menuju lokasi piknik yang terjangkau dari warung nasi. Tampak nggak niat banget ya pikniknya? hahah..maklum lah, hari semakin sore dan kita kehabisan waktu. Akhirnya kami memutuskan untuk menuju keraton Cirebon via angkot. Setelah sampai, ternyata keraton-nya sunyi senyap. Tapi yasudahlah, lanjut saja..dengan ditemani sorang guide yang menjelaskan panjang lebar cerita tentang keraton dan isinya kami mulai berkeliling.

Sebenarnya saya sudah lupa nama bagian-bagian keraton. Berikut beberapa foto yang pastinya tanpa penjelasan detail =_=, yang sempat diambil dalam perjalanan tersebut.




Sedikit yang saya ingat tentang batu pada foto di bawah. Pokoknya waktu itu kami diminta untuk mencoba mengukur panjang batu dengan jengkal. Dan memang dicoba tiga kali dengan tangan yang berbeda hasilnya juga berbeda. Lha terus? yah saya juga lupa kenapa. Yang jelas konon, hasil pengukuran tersebut bisa digunakan untuk mengetahui nasib kita kedepannya. Saya cuma cengengesan saja mendengarnya. Bagi saya nasib itu sepenuhnya ada pada ikhtiar kita dan ketentuan Allah :).

Selain fenomena 'mengukur batu' ada juga sumur yang konon airnya jika digunakan untuk membasuh muka akan menjadikan wajah awet muda. 


Ada juga kereta kencana yang menurut saya kondisinya kurang terawat. Bisa dilihat juga pada foto, selain berada di tempat yang cukup terpencil, kereta yang konon juga keramat ini hanya ditemani dedaunan yang alpa disapu serta bekas tanah becek di sana-sini. Padahal bisa jadi, kereta ini peninggalan sejarah yang penting dan bernilai tinggi.


Terakhir adalah bangku batu di taman depan yang katanya juga tidak kalah mistis yang saya lupa lagi kenapa bisa jadi mistis.



Di akhir perjalanan ada gapura yang membuka jalan menuju sebuah situs mirip candi tapi berukuran kecil.  Setelah ini, kami segera mengakhiri perjalanan singkat di Cirebon dan kali kembali ke dunia nyata. Oh iya, dalam perjalanan pulang kami sempat oper bus karena, bus yang kami tumpangi mogok di jalan. Sekian catatan perjalanan menuju Cirebon di tengah badai TA.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar