Sabtu, 05 November 2011

Malam Minggu Lagi, Ditemani Takbir

Saya lagi-lagi masih terpaku di depan laptop menyelesaikan editing beberapa tulisan. Suara Takbir memenuhi udara kamar saya yang masih terasa sangat dingin. Bandung gerimis sejak siang, meninggalkan basah, mengunci saya di dalam kosan. Saya sih..senang-senang saja. Hujan itu barakah.......

Besok Idul Adha. Lagi.
Berarti ini yang keempat kalinya saya menjelang Hari Raya di Bandung. Awalnya besok saya mau sowan ke rumah kakak, tapi sepertinya batal. Beliau ada acara, saya sih..santai saja. Toh, masih banyak pula yang harus saya kerjakan.

Suara takbir ini bukan hanya terdengar sayup-sayup. Tapi lantang, lantang terdengar entah dari mana saja..Yang jelas, ramai. Malam yang biasanya sunyi senyap kini dipenuhi seruan asma Allah, menentramkan. Syang sekali sejak tadi saya tidak berkesempatan menyimaknya dengan khusyuk. Saya diburu waktu, klise bukan? tapi benar, jika boleh memilih saya pasti akan memilih duduk terpekur menyimak takbir. Meskipun takbir selalu membuat saya rindu kampung halaman.

Saya ini anak desa. Lahir dan besar di sebuah desa di kota kecil, dimana surau-surau selalu hidup ketika malam hari raya. Dimana subuh masih menyuarakan kokok ayam di sela adzan. Ritme hidup teratur, tenang tanpa ancaman. Yah..jadi terkenang-kenag masa lalu. 

Dulu saya selalu bangun pagi-pagi ketika hari raya. Cepat-cepat mandi karena tak sabar memakai baju baru. Setelah siap, saya langsung melesat ke rumah tetangga, menunggu untuk berangkat bersama. Ramai-ramai saya dan teman-teman kecil saya akan berjalan menuju masjid, merencanakan hari ini mau kemana. Libur, itulah salah satu berkah hari raya yang selalau saya tunggu. 

Haa..jadi ingat mereka. Teman-teman sepermainan saya sewaktu masih kecil. Sudah lama sekali sepertinya tidak salaing menyapa. Bahkan saya tidak tahu di mana mereka sekarang. Kabarnya, banyak yang merantau juga seperti saya.

Teringat juga teman-teman seperjuangan di SMP dan SMA, dulu ketika Idul Qurban, seru sekali memotongi daging bersama. Anyir..tapi terkalahkan dengan wajah-wajah penuh harap yang tersenyum lega demi menerima kantong-kantong berisi daging. Allah punya cara-Nya sendiri untuk meratakan kebahagiaan dengan membagikan berkah.

Hhh..malam semakin dingin, hari ini saya cukup lelah menatap layar. Masih..masih ada suara takbirnya. Sepertinya mematikan lampu dan menikmati takbir di balik selimut merupakan ide yang cukup bagus. Malam ini malam minggu. Lagi. Dan tidak ada yang saya lakukan. Lagi.

Allahu Akbar..Allahu Akbar..Allahu Akbar..ampunilah dosa-dosa hamba 2 tahun yang lalu dan dua tahun berikutnya. Semoga di tahun mendatang hamba telah mampu ikut berkurban, menunaikan ibadah demi mengharap Ridha-Mu.

Rasulullah ditanya: "Wahai Rasulullah, apakah Qurban itu?", Rasulullah menjawab : "Qurban adalah sunnahnya bapak kalian, Nabi Ibrahim," Kemudian mereka kembali bertanya: "Apa keutamaan yang kami peroleh dengan qurban itu?" Rasulullah menjawab: "Setiap satu helai rambutnya adalah satu kebaikan," Mereka kembali bertanya: "Kalau bulu-bulunya?" Rasulullah kembali menjawab: "Setiap helai bulunya juga adalah satu kebaikan" (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar