Istilah batuk rejan mungkin sudah sering kita dengar. Penyakit yang juga dikenal sebagai batuk seratus hari atau pertusis ini bisa jadi bukan termasuk penyakit berbahaya. Tetapi lain ceritanya jika penyakit menjangkiti bayi, terutama yang belum mendapatkan vaksin DPT. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri bordetella pertussis ini merupakan penyakit yang harus mendapatkan penanganan serius karena bisa mengakibatkan henti nafas (apneu) sehingga menyebabkan kematian pada bayi.
Serem?
Saya tidak bisa tidur sepanjang malam setelah mendengar dugaan dokter terhadap Ruby. Saya 'ngubek-ubek' internet dan kanal youtube untuk mencari informasi tentang pertussis dan pengobatannya.
Apakah betul pengobatannya harus menggunakan antibiotik? Seberapa efektif pengaruhnya terhadap kesembuhan batuk? Apa kmungkinan terburuk jika tidak tertangani dengan baik?
Dan hasilnya nggak ada yang melegakan. Sebaliknya, hampir semua artikel menyarankan agar bayi yang terpapar penyakit ini dirawat di ruang isolasi karena adanya resiko kematian mendadak. Saya juga nggak sanggup rasanya nontonin video-video para bayi pertussis. Sama seperti halnya ketika Ruby batuk, kalau bisa saya wakili biar saya aja yang batuk. Habis air mata saya nangis bombay malam itu.
Dokter sempat meminta saya merekam batuk yang dialami Ruby untuk memastikan apakah memang pertussis atau bukan. Pada kunjungan ke-2, saya kembali membawa hasil rekaman dan mendapatkan kepastian bahwa secara klinis menurut dokter Ruby terpapar pertussis. Pemberian antibiotik adalah hal yang disarankan dokter, tapi karena saya masih saja bimbang akhirnya kami pulang tanpa menebus resep. Malamnya kembali saya memutar ulang video batuk Ruby, mengirimkannya pada beberapa teman meminta pendapat hingga berakhir pada kesimpulan untuk konsultasi ke DSA lain untuk mencari second opinion.
Oiya, sebelum saya mantab mencari DSA lain saya mencoba meyakinkan diri dengan beberapa pertimbangan:
1. Potongan artikel yang dikirimkan oleh beberapa teman dari buku dr. Apin, bahwa pemberian antibiotik setelah lewat masa inkubasi hanya akan mencegah penularan pada orang lain, bukan mengobati penderita.
2. Batuk yang diderita Ruby tidak konstan. Memang terdengar seperti ada tarikan napas yang mendengking (whooping, dalam bahasa inggris pertussis juga dikenal sebagai whooping cough) tetapi batuknya hanya sesekali.
3. Mau kembali ke DSA pertama nggak bisa karena beliau ke luar kota, jadi terpaksa mencari DSA lain (antiklimaks banget ya, :))
4. Saya nggak tega dan nggak rela Ruby yang umurnya baru 13 hari harus terpapar antibiotik.
Akhirnya saya membuat janji dengan DSA di RS. Awal Bros Batam dalam rangka mencari second opinion dan berharap mendapatkan tindakan segera jika memang Ruby positif terpapar pertussis. Setelah lama menunggu dan mendapatkan giliran periksa, saya sengaja tidak mengatakan terlebih dahulu dugaan pertussis yang dinyatakan DSA sebelumnya agar tidak mempengaruhi pemeriksaan dokter.
Benar saja, ternyata hasilnya berbeda. Dokter menyatakan kemungkinan ada alergi bawaan dari orangtua, sehingga meyebabkan batuk. Lalu saya menceritakan pada dokter diagnosa pertussis sembari menunjukkan video batuk Ruby. Setelah melihat rekaman video, dokter berpikir sejenak, lalu kembali berkata bahwa beliau lebih condong pada alergi karena kondisi batuk yang tidak terus menerus. Saya diminta meneruskan pemberian balsam pada Ruby, pengencer dahak, serta ditambah obat alergi. Selanjutnya meneruskan pantangan makanan terhadap kacang tanah, ikan laut, telur dan susu untuk sementara waktu hingga batuknya sembuh. Kami pulang dengan lega, dalam hati saya sangat ingin percaya bahwa Ruby benar-benar tidak terpapar pertussis.
***
Hari ini sudah lebih dari satu bulan setelah kunjungan terakhir kami ke DSA. Saya masih belum berani mengkonsumsi pantangan makanan, meskipun beberapa kali juga terlupa melanggarnya. Lalu bagaimana kondisi Ruby?
Alhamdulillah batuk sudah sembuh setelah beberapa hari saya stop memakan beberapa jenis makanan sesuai anjuran dokter, tidak ada lagi batuk yang konstan membuatnya sulit bernapas. Muntah ketika menyusu masih sesekali terjadi tapi karena tersedak. Obat alergi dan pengencer dahak juga sama sekali tidak saya berikan setelah kunjungan terakhir dari DSA.
Meskipun belum sepenuhnya mengetahui apakah batuknya alergi dan apa alergennya, saya hanya berharap semoga tidak ada lagi malam penuh drama berlarian membawa Ruby ke UGD. Karena rupanya melihat Ruby menangis kesakitan dan harus pura-pura strong itu lebih menyakitkan daripada sakit apapun.
Huhuhu sedih ya
BalasHapusAlhamdulillah adek ruby sudah sehat
Semoga semakin besar semakin kuat ya. Anak yg menderita alergi biasanya daya tahannya lebih lemah. Tp semoga adek rubi kuat dan sehat2 selalu
aamiin, iyaa..terimakasih doanya mama yoshi :D, semoga alerginya juga bisa hilang nanti pas makin besar :D
HapusAlhamdulillah ya mbaa.. ya Allah, ikut legaa dengernyaa.. Semoga Ruby sehat selaluu..
BalasHapusMemang penting ya second opinion..karena dokter jg manusia yg bisa saja salah.. :))
iya mbaa..makasih juga dikasih masukan dari buku dr. Apin, sangat membantu. Dan emang kadang kita ngga boleh fanatik sama satu dokter hanya karena reviewnya bagus, hheheh
HapusAlhamdulillah adek Ribu udah sehat lagi. Salut deh sama mbk Rafika yang sangat detail mencari informasi penyakit yang di derita anak nya.
BalasHapusSemoga selalu sehat2 terus ya mbk dedek nya.