Senin, 30 Maret 2015

Bukan Travelogue: Mengejar Matahari Terbit di Pulau Kenawa (3)


Dalam pelukan sujud di sebuah pulau di tengah lautan, aku menitipkan sebuah doa yang panjang. Agar kelak, Tuhan mengijinkan kita untuk kembali berperjalanan bersama. Mencari apa yang seharusnya kita temukan, dan merelakan apa yang harus kita tinggalkan. Selamat pagi, Pulau Kenawa.

Semburat merah saga sudah mulai terlihat di ufuk timur. Kami semua sudah terjaga sejak lama. Saya sendiri pagi ini akan melaksanakan misi pribadi saya: mengabadikan matahari terbit di Pulau Kenawa. Berbekal kamera handphone (nggak niat banget ya, padahal katanya misi besar-.-) karena tidak berhasil mendapat pinjaman kamera sedang kamera pocket saya rusak, saya bersiap menghadap ke timur. Kami semua duduk berjejer untuk menikmati matahari terbit.

Mendung hitam di ufuk timur rupanya tak kunjung bergeser. Saya dengan kamera seadanya kesulitan menangkap dengan jelas perubahan warna langit. Puluhan gambar saya jepret sejak tadi. Rasanya sudah sangat lama dan matahari belum juga beranjak naik. Ah, sepertinya, pagi ini saya tidak akan bisa menangkap matahari pagi dengan sempurna. Tapi berkat bantuan Jojo, akhirnya saya mendapatkan pemandangan matahari terbit yang sangat cantik di Pulau Kenawa! Pengen nangis rasanya lihat hasil foto Jojo, Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

Langit gelap berubah warna menjadi merah, lalu disusul semburat kuning yang semakin lama berubah menjadi keemasan. Padang rumput perlahan menghijau diterpa cahaya pagi. Lautan berkilau cantik memantulkan nyala oranye seperti minyak. Awan berarak dari abu-abu hingga putih di ufuk timur, menyelimuti barisan gunung di kejauhan. Sepotong pemandangan pagi yang sempurna untuk dinikmati dari puncak bukit kecil.

Jika bisa, saya ingin memotongnya dan menjadikannya kartu pos, memasukkannya ke dalam saku seperti ulah Seno Gumira yang mencuri senja untuk Alina. Tapi ituk tidak mungkin saya lakukan bukan? saya hanya bisa menyimpannya rapat-rapat dalam ingatan, untuk kembali diceritakan suatu saat nanti.

Saatnya menjelajahi Pulau Kenawa! Niken, Imon dan Supri sudah terlebih dahulu menyusuri jalan setapak di bawah, menuju bukit yang lebih tinggi. Dari kejauhan tampak tubuh mereka yang semakin mengecil di antara rerumputan hijau yang tinggi. Saya, Jojo, Ina, Ocha dan Fajar menyusul menuju bukit yang sama. Jojo masih terus berburu foto landscape sedangkan saya dan Ina berjalan pelan ditinggalkan Ocha dan Fajar. Bukit di depan kami rupanya sangat curam, jalan setapaknya juga cukup licin meskipun sedikit berbatu. Saya yang hanya memakai sepatu plastik sempat gentar, tidak yakin bisa naik hingga ke puncak. Ina dan Jojo sudah lebih dahulu berhenti dan berbalik, tapi saya penasaran. Dengan ekstra hati-hati saya mendaki bukit dengan sesekali berpegangan pada akar rumput. Akhirnyaa, saya berhasil sampai ke atas meskipun dengan susah payah! dan pemandangan dari atas memang indah! dan selanjutnya saya pusing memikirkan bagaimana caranya turun dari sini.

Jalanan menurun semakin sulit dilalui, saya terpaksa ngesot menuruni bukit. Beberapa kali sempat terpeleset membuat saya semakin selektif memilih pijakan. Meskipun tidak selicin Ijen, tapi tetap saja kalau jatuh ini sakit pak, maka saya istiqomah untuk berjalan perlahan-campur ngesot-agar bisa sampai di bawah dengan selamat. Yay! berhasil juga turun dan saatnya mengeksplor perairan!

Kami berjalan beriringan dengan riang gembira, agenda pertama nyemplung di laut sejak tiba di Sumbawa nih! Fajar sudah menyiapkan beberapa goggle dan fin untuk kami. Saya mencari cari yang pas dan langsung nyebur ke lautan. Setelah beberapa saat nyemplung, saya agak kecewa karena ternyata tidak banyak yang bisa dilihat. Hanya ada ikan-ikan kecil, tidak tampak karang warna-warni. Sepertinya kami sedikit salah spot. Tapi yasudahlah, bagi kami yang setiap hari melihat motor berlalu lalang, bisa slulup di laut ramean kaya gini sudah sangat bahagia. Akhirnya kami hanya bermain-main air saja, hitung-hitung pemanasan. 

Matahari sudah semakin tinggi, Fajar mengkode kami agar segera kembali ke tenda untuk berkemas. Disela-sela merapikan tas dan peralatan, Fajar menyempatkan diri memasak sarapan dan milo hangat. Milonya, enak bangeeeet! Pasti ini efek kelaparan. Setelah sarapan, kami segera membongkar tenda, foto berkali-kali dalam berbagai pose lalu berjalan menuju dermaga untuk menunggu kapal. Kami berjalan menyusuri padang rumput yang terik, dari kejauhan tongkang penjemput kami sudah terlihat. Ransel-ransel segera dipindahkan, satu persatu kami melompat dari dermaga. Perlahan tapi pasti, kami meninggalkan Pulau Kenawa. (Bersambung)

Bersiap menyambut matahari terbit

Liburan!
Pulau Kenawa
*Foto oleh Yohanda Mandala, Flickr account: jokidz90, dan dokumentasi pribadi



Tidak ada komentar:

Posting Komentar