Glek!, saya menelan ludah melihat gundukan keju di depan mata. Bukannya saya kalap ingin segera menyikatnya sampai tandas, tapi saya justru meragukan kemampuan saya malam itu. "Gila ini mah..." batin saya dalam hati.
Bukan pertama kalinya saya melihat dengan mata kepala besarnya porsi mi rebus ditimpa keju di salah satu warung yang terkenal di Bandung ini. Hanya saja, seringkali saya lebih memilih roti atau pisang daripada segunduk mi rebus. Tapi malam itu, perut saya yang memang lapar menggoda saya memesan seporsi mi rebus keju yang berakhir dengan tatapan tidak percaya. "MasyaAllah...........banyak bener ini..."
Sesendok demi sesendok, saya berusaha menelannya pelan-pelan.
Setengah jalan, makan malam saya ini serasa tantangan di reality show. Perut saja sudah mulai memasang alarm penuh. Muti, oknum yang mengajak saya makan di tempat ini hanya tertawa-tawa melihat muka saya yang tersiksa demi menghabiskan semangkuk mi rebus kuah keju ini. Bagaimanalah..saya bukan tipe orang yang bisa menyisakan makanan, maklum..sifat mahasiswa saya sudah sangat mendarah daging. Akhirnyaaaa....sampai juga suapan terakhir, dengan penuh perjuangan saya bisa menghabiskan porsi maut makanan ini.
roti panggang tertimbun keju (lagi) |
Akhirnya kami memutuskan untuk membungkus roti panggang yang tersisa, dan menghibahkannya pada Friska yang menerimanya dengan hati berbunga-bunga. Hmm..malam minggu itu masih berlanjut dengan berbagai adegan yang akan disimpan sebagai konsumsi pribadi :P. Terimakasih telah menyimak.
*Friska adalah adek kos paling muda yang selalu jadi korban pembulian di kosan.
**Kami makan mi bertiga setelah sempat berdebat ingin makan apa di sepanjang jalan kebon bibit hingga jalan Dago, dengan tokoh yang belum disebut: Niken.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar